Me And Hot Mafia

"Aku di rumah saja ya, Bu. Aku takut Damian nanti malah bertindak gila lagi!" ucap Jeje pada ibunya.

"Yang nyuruh kau ikut itu siapa, sebenarnya ada masalah apa sama suamimu? Udah nikahmu gak izin orang tua, pulang-pulang malah bawa menantu model gangster begitu!" gerutu ibunya.

Jeje jadi serba salah sekarang, bagaimana kalau ibunya tahu bahwa sebenarnya mereka belum menikah?

"Maafkan aku, Bu!" ucap Jeje menyesal.

"Selesaikan masalahmu, kemarin listrik tadi malam telanjang pagi ini adegan 21++++ setelah itu apa lagi, Je?"

Ibu Jeje langsung pergi setelah mengatakan itu, mungkin karena selama ini Jeje jarang pulang hidupnya jadi ke barat-baratan.

Sementara Damian memandangi semua itu dari kejauhan sambil mengawasi teknisi listrik yang sedang bekerja.

"Apa mertuaku marah padaku?" tanya Damian yang menebak raut wajah Jeje yang berubah sedih.

"Kalau kau menghancurkan listrik mereka seperti ini, ya pasti marah lah!"

"Tapi aku kira itu memang alat mata-mata!" elak Damian masih berusaha membela diri.

"Lebih baik minta maaf pada mertuamu!"

Damian juga berpikir seperti itu. Dia segera menghubungi Keith supaya mencairkan uang rupiah sebanyak 1 koper penuh.

"Semua akan selesai dengan uang!" batin Damian.

Lalu dia mendekati Jeje yang masih mematung di tempatnya.

"Tidak jadi memberi makan Manto?" tanyanya.

Jeje tidak menjawab, dia merasa hidupnya rumit setelah mengenal Damian.

"Hei!" panggil Damian karena merasa diabaikan. Lelaki itu memeluk Jeje karena dia yakin wanitanya tidak baik-baik saja. "Kenapa?"

"Pasti karena aku ya?"

"Sudah tahu pake nanya!" Jeje akhirnya bersuara.

"Aku janji akan berubah. Jika aku bisa berubah, apa aku bisa minta hadiahku?"

"Kau pasti berpikir hadiahku itu berupa hubungan sek..s kan?"

"Awalnya begitu tapi makin kesini aku ingin menjalani hubungan serius denganmu!"

Jeje mengadah menatap Damian, dia tidak percaya lelaki itu bisa bicara demikian.

"Apa maksudmu?" tanya Jeje mamastikan.

"Aku ingin menikahimu!" jawab Damian tanpa ragu.

"Maksudmu kau melamarku?"

"Bisa dibilang begitu!"

"Ish, dari pernyataan cinta sampai lamaran, tidak ada yang romantis!"

"Kau ingin kita bermain di atas ranjang? Karena itu yang kusebut romantis! Kulit bersentuhan kulit, gumpalan daging bertemu daging lainnya!"

Walaupun begitu, Jeje tersenyum haru karena Damian mulai membalas cintanya. Tapi sekarang masalahnya lelaki itu adalah kriminal. Apa orang tuanya akan menerima Damian?

"Damian, apa kau bisa berhenti dari pekerjaan gelapmu? Kau bahkan sekarang buronan, bagaimana bisa aku menyerahkan hidupku pada penjahat!" ungkap Jeje yang membuat wajah Damian berubah seketika.

"Aku sudah menggeluti bidang itu bertahun-tahun lamanya dan kau memintaku untuk berhenti hanya karena menikah denganmu?" tanya Damian gusar.

"Berarti kau belum mencintaiku sepenuhnya, Damian!"

Jeje memundurkan badannya dan berlari pergi meninggalkan lelaki itu.

"Dasar wanita, setiap ada masalah pasti pergi!" gerutu Damian kesal. "Siapa bilang aku tidak bisa berubah? Aku akan berubah!"

Damian berjalan ke kandang Manto, dia akan membuktikan jika dirinya bisa hidup normal seperti manusia lainnya.

"Hei, aku tidak takut padamu!" tantang Damian pada si angsa Manto.

Dia membuka kandang dan membiarkan Manto keluar dari kandangnya. Tentu saja Manto keluar dari kandang dan langsung mematuk kaki Damian.

Badan Damian mulai bergetar tapi dia berusaha menahannya.

Sampai Manto mengeluarkan kotorannya lagi yang mana membuat Damian membatin. "Anggap itu selai nanas, Damian!"