NovelToon NovelToon
Obsession (Cinta Dalam Darah)

Obsession (Cinta Dalam Darah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ricca Rosmalinda26

Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terjebak dalam Obsesi

Valeria mengusap bibirnya, matanya masih menyala dengan gairah dan kemarahan sekaligus. Napasnya memburu, bukan karena gentar, tetapi karena Dante membuatnya merasa… hidup.

Dante tersenyum tipis, menikmati ekspresi Valeria. "Kau terlihat marah, tesoro."

Valeria terkekeh, tangannya mengambil pistol yang jatuh ke lantai, lalu dengan cepat menekan pelatuknya ke arah Dante.

Klik.

Masih kosong.

Dante hanya mengangkat alisnya, tidak bergerak sedikit pun. "Jika kau benar-benar ingin membunuhku, kau sudah mengganti pistolnya dengan peluru penuh."

Valeria menatapnya lama. "Dan jika kau benar-benar ingin menguasai aku, kau sudah membunuhku sejak awal."

Keheningan jatuh di antara mereka, penuh dengan ketegangan yang tak terucapkan.

Dante mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Valeria dengan kelembutan yang berbahaya. "Kita seperti dua pisau tajam, Valeria. Kita bisa saling melukai, tapi kita juga saling melengkapi."

Valeria menepis tangannya, tetapi bukan dengan kebencian—melainkan dengan godaan. "Aku tidak suka menjadi bagian dari sesuatu. Aku lebih suka mengendalikan."

"Dan aku tidak suka dikendalikan," Dante membalas dengan nada rendah.

Mereka bertemu di tengah—dua jiwa gila yang terjebak dalam obsesi satu sama lain.

"Jadi apa yang akan kita lakukan?" tanya Valeria, matanya menatap Dante penuh tantangan.

Dante tersenyum miring. "Kita tidak bisa saling membunuh. Kita tidak bisa saling melepaskan. Satu-satunya pilihan…"

Ia mendekat, berbisik di telinga Valeria. "…adalah menghancurkan dunia bersama-sama."

Valeria tertawa pelan, suara rendahnya menggema di ruangan yang kini dipenuhi ketegangan yang berbeda.

Ia meraih dagu Dante, menatapnya dalam-dalam. "Kau ingin berperang denganku, atau kau ingin berperang bersamaku?"

Dante tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia menarik Valeria lebih dekat, menatap gadis itu dengan intensitas yang membakar.

"Jika aku tidak bisa memilikimu sepenuhnya, maka dunia ini juga tidak akan bisa."

Valeria menyeringai. "Sempurna."

Dan malam itu, mereka mengikat diri mereka dalam sesuatu yang lebih berbahaya dari cinta—ketergantungan yang destruktif.

---

Malam di Roma terasa lebih gelap dari biasanya. Di sebuah gedung tinggi dengan jendela kaca yang memantulkan cahaya kota, Valeria berdiri di dekat balkon, menyesap anggur merahnya perlahan.

Di belakangnya, Dante bersandar di sofa, memperhatikannya dengan mata penuh perhitungan. "Jadi, bagaimana kita akan memulainya?" suaranya rendah, hampir seperti bisikan di tengah sunyi.

Valeria menoleh, bibirnya melengkung dalam seringai samar. "Kita?" ia mengulang dengan nada menggoda. "Aku pikir kau tidak suka dikendalikan, Dante."

Dante terkekeh, bangkit dari sofa dan berjalan mendekatinya. Ia mengambil gelas anggur dari tangan Valeria, menyesapnya sebelum berbisik di telinganya. "Aku tidak suka dikendalikan, tapi aku suka melihatmu mencoba."

Tatapan mereka bertemu, dipenuhi api yang sama—api yang akan membakar dunia jika dibiarkan.

"Giovanni sudah mati," Valeria akhirnya berkata, mengalihkan topik. "Tapi masih ada yang harus kita singkirkan sebelum kita benar-benar mengambil alih permainan."

Dante mengangguk, jarinya memainkan rambut Valeria dengan santai. "Marcello dan Federica?"

Valeria tersenyum tipis. "Mereka pikir dunia ini masih milik mereka."

Dante mengangkat dagunya sedikit, matanya menatap tajam ke arah jalanan di bawah. "Maka biarkan mereka tahu bahwa dunia ini sudah berubah."

Hening sesaat.

Lalu, Valeria berbalik sepenuhnya, tangannya naik ke dada Dante, matanya menyala penuh eksitasi. "Dan siapa yang akan kita buat menderita lebih dulu?"

Dante meraih dagunya, mengangkatnya sedikit sebelum mengecup bibirnya sekilas. "Kita buat mereka berlutut. Perlahan. Hingga mereka sendiri yang meminta kita menghabisi mereka."

Valeria tersenyum di antara ciuman mereka. "Kau tahu, Dante?" ia berbisik. "Aku mulai berpikir bahwa mungkin kita memang diciptakan untuk menghancurkan dunia bersama-sama."

Dante tertawa kecil, tangannya melingkar di pinggang Valeria. "Atau dunia yang akan menghancurkan kita."

Mereka bertatapan, dua iblis yang siap merobek tatanan kekuasaan.

---

Malam berikutnya, dua ledakan terjadi di pusat kota Roma. Salah satunya menghancurkan sebuah klub malam eksklusif milik Marcello, sementara yang lainnya membakar gudang senjata Federica. Kedua target itu dipilih dengan sempurna—cukup untuk melemahkan mereka, tetapi tidak langsung membunuh mereka.

Valeria menonton berita dari layar ponselnya, bibirnya melengkung dalam seringai puas. "Mereka pasti panik sekarang."

Dante, yang duduk di kursi dekat jendela, mengaduk espresso-nya dengan santai. "Mereka tidak akan langsung menyerah, tesoro. Mereka akan mencoba membalas."

Valeria berbalik, berjalan mendekat, lalu duduk di pangkuan Dante tanpa ragu. "Dan itu yang kita inginkan, bukan?" bisiknya di telinga pria itu. "Membiarkan mereka berpikir mereka masih punya kesempatan."

Dante tertawa pelan, jari-jarinya mengusap paha Valeria. "Kau menikmati ini, Valeria."

Valeria menatapnya dengan mata berkilat. "Tentu saja. Kau juga menikmatinya, Dante."

Dante menatapnya lama sebelum akhirnya mengangguk. "Aku menikmatinya lebih dari yang seharusnya."

Marcello Tidak Akan Diam

Sementara itu, di sisi lain kota, Marcello berdiri di tengah puing-puing klubnya, rahangnya mengatup keras. Kepulan asap masih membumbung ke udara, sementara anak buahnya sibuk berusaha menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan.

Federica, yang baru saja tiba, menatap Marcello dengan ekspresi tajam. "Dante dan wanita itu. Mereka bermain terlalu jauh."

Marcello mendengus. "Aku sudah menduga mereka akan menyerang, tapi tidak secepat ini."

"Apa yang akan kau lakukan?"

Marcello menoleh ke arah Federica, matanya penuh kebencian. "Aku akan memburu mereka. Tidak peduli berapa banyak mayat yang harus aku jatuhkan."

Dante dan Valeria—Dua Iblis di Atas Tahta

Di sebuah penthouse mewah, Dante dan Valeria menikmati anggur merah mereka, seolah tidak ada yang terjadi.

"Marcello akan menyerang balik," Dante berkata tenang, matanya menatap keluar jendela ke arah kota yang kini sedang bergolak.

Valeria tersenyum miring. "Biarkan dia. Kita akan buat dia berpikir bahwa dia masih punya kendali… sebelum akhirnya kita meremukkan semuanya."

Dante menatap Valeria lama. Lalu, dengan nada rendah, ia berkata, "Kau benar-benar iblis, tesoro."

Valeria terkekeh, lalu mendekat, menyentuhkan bibirnya ke telinga Dante. "Dan kau jatuh cinta pada iblis ini."

Dante tidak menyangkal. Ia hanya tersenyum, menikmati rasa obsesi dan kehancuran yang semakin mendekat.

---

Roma tidak pernah tidur malam itu. Dua ledakan hanyalah awal—Valeria dan Dante tidak ingin sekadar mengancam, mereka ingin menghancurkan.

Marcello—Dibunuh oleh Ketakutannya Sendiri

Marcello bukan orang bodoh. Ia tahu Dante dan Valeria tidak akan membiarkannya hidup. Itu sebabnya ia bersembunyi di vila pribadinya di luar kota, dikelilingi lebih dari dua puluh pengawal bersenjata lengkap.

Tapi Valeria sudah menanam seorang pengkhianat di dalam lingkaran kepercayaannya. Seseorang yang memastikan vila itu tidak seaman yang Marcello kira.

Malam itu, Marcello terbangun dengan suara alarm berbunyi. Ia meraih pistol di nakas, berkeringat dingin.

"ADA PENYUSUP!"

Anak buahnya panik, tapi mereka tidak melihat apa pun. Mereka menyisir ruangan demi ruangan, tetapi vila tetap sunyi… terlalu sunyi.

Lalu, satu per satu lampu mati.

"Sial! Generatornya kenapa?"

Kemudian suara itu datang—bisikan pelan di telinganya.

"Ketakutanmu adalah kelemahanmu, Marcello."

Marcello menoleh, tetapi tidak melihat siapa pun.

Dan dalam hitungan detik, ia merasakan dinginnya pisau melintasi tenggorokannya.

Valeria menatapnya dari bayangan, matanya penuh kegilaan. "Kau bahkan tidak layak mati dengan cepat."

Saat Marcello terjatuh, napasnya terputus-putus, Valeria hanya berdiri di sana, menyaksikan hidupnya perlahan menghilang.

Federica—Jebakan yang Sempurna

Federica lebih licik. Ia tahu Marcello akan mati lebih dulu, jadi ia sudah bersiap melarikan diri ke Prancis. Tapi Dante tidak akan membiarkannya pergi dengan mudah.

Saat Federica tiba di bandara pribadi, ia sudah memesan pesawat. Ia pikir ia masih bisa kabur.

Tapi kemudian ia melihat pilotnya—dan darahnya langsung membeku.

Dante.

Dante tersenyum kecil dari kokpit, matanya dingin. "Mau pergi ke mana, bella?"

Sebelum Federica bisa berteriak, dua pria sudah mencengkeram lengannya dari belakang, memaksanya masuk ke dalam pesawat.

"Kau pikir aku tidak akan menyiapkan sesuatu untukmu?" Dante berbisik sambil duduk di sampingnya.

Federica mencoba melawan, tetapi Dante menahannya dengan mudah. "Kau tahu, aku sebenarnya mengagumimu, Federica. Kau hampir berhasil. Tapi sayangnya, aku lebih cepat."

Pesawat itu tidak pernah lepas landas.

Beberapa jam kemudian, tubuh Federica ditemukan di reruntuhan pabrik tua di luar kota—terbakar habis, tidak bisa dikenali.

Roma Kini Milik Mereka

Valeria berdiri di balkon penthouse mereka, menghirup udara malam, sementara Dante berdiri di belakangnya, tangannya melingkar di pinggangnya.

"Semua sudah berakhir," Dante berbisik di telinganya.

Valeria menyeringai. "Belum. Ini baru permulaan."

Dante menatapnya dengan penuh obsesi. "Apa yang kau inginkan sekarang, tesoro?"

Valeria berbalik, jemarinya menyusuri garis rahang Dante. "Segalanya."

Dan malam itu, mereka tidak hanya merayakan kemenangan—mereka merayakan awal dari kekuasaan mereka atas Roma.

Dunia kini milik mereka.

1
nurzzz
ceritanya bagus banget semoga bisa rame yah banyak peminatnya
nurzzz
wow keren
nurzzz
wah keren
Naira
seruuu kok ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!