Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 34
Hari ini Arselo berniat menemui Safira lagi, ia tidak akan menyerah untuk meminta maaf pada Safira dan anak-anaknya sampai mereka mau mengakui Arselo sebagai ayahnya.
Setelah pagi harinya ia habiskan untuk bersabar menghadapi Vivi yang mengancam untuk bunuh diri beserta anaknya, kini ia juga harus bersabar saat melihat ke tiga anak-anaknya sangat dekat dengan seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengannya.
"S***, harusnya aku yang ada bersama dengan mereka, harusnya aku yang menggendong gadis kecil itu dan mendapat pelukan beserta ciumannya, harusnya mereka tertawa bersama ku, harusnya aku yang berada di tengah-tengah mereka" batin Arselo marah, kesah dan sedih. Ia merasa iri dengan kedekatan pria yang kini tengah menggandeng anak-anaknya.
"Sofyan, tolong kamu cari tahu tentang laki-laki yang sedang bersama Safira saat ini" perintah Arselo.
"Pria itu bernama Abizar, tuan. Dialah orang yang membawa nona Safira saat pergi dari apartemen itu, sebelumnya mereka tidak saling mengenal. Mereka berkenalan di bis yang mereka tumpangi bersama, dan keluarga pria itu juga yang sudah membantu dan merawat nona beserta anak-anak anda, tuan. Dia juga yang membawa nona kembali ke kota ini dengan alasan untuk membantunya mengurus cabang restorannya yang berada tepat di sebrang TK" terang Sofyan dengan nada dingin, dia sangat kesal dengan tuannya, tapi tidak bisa melampiaskannya.
Arselo yang mendengar penjelasan Sofyan sedikit terkejut, karena ia baru melihat laki-laki itu dan dia juga baru memerintah Sofyan untuk mencari tahu tentang pria itu, tapi secara mengejutkan ternyata Sofyan sudah memeriksanya terlebih dahulu.
"Sejak kapan kamu mengetahui tentang pria itu?" tanya Arselo sedikit penasaran.
"Sejak saya mengetahui jika anda pernah terlibat dengan nona Safira di masa lalu" jawab Sofyan.
"Apa? Dari mana juga kamu tahu tentang masa laluku bersama Safira?" tanya Arselo lagi.
"Tentu saja dari awal saya mengetahui tentang tespek yang berada di dalam kamar kosong yang ada di apartemen lama tuan" jawab Sofyan dengan mudahnya.
Arselo dibuat terkejut dua kali dengan pengakuan Sofyan.
"Lalu kenapa selama ini kamu hanya diam saja saat mengetahui jika aku sudah mempunyai anak dari wanita lain? Bahkan kamu juga tidak menegurku saat aku akan menikahi Vivi waktu itu" tanya Arselo dengan kesal.
"Apa akan ada pengaruhnya jika saya mengatakan semua ini dari awal pada anda yang saat itu masih memiliki tempramental yang buruk juga tidak bisa menerima pendapat orang lain?" tanya balik Sofyan.
Arselo tidak bisa menjawab apa-apa lagi. semua yang dikatakan oleh Sofyan memang benar adanya, jika dari dulu dia mengetahui keberadaan anak-anak itu pun mungkin dia akan tetap mengabaikannya.
TUNGGU...
Tiba-tiba Arselo mengingat jika memang sekitar sepuluh bulan setelah kejadian itu berlalu dia memang pernah menemukan sebuah alat tes kehamilan dengan garis dua yang tertera di sana tapi dia memang sudah mengabaikan kenyataan itu dan melupakan nya begitu saja.
Ternyata benar apa yang dikatakan Sofyan padanya, akan percuma saja jika Sofyan mengatakan semua itu dulu saat ia masih mencintai kebebasan dan s** bebas.
"S***, k*****t, b******n" umpat Arselo untuk dirinya sendiri.
"Tuan, tidak ada gunanya sekarang anda terus mengumpat diri seperti itu, nona Safira gak akan pernah mau memaafkan tuan yang hanya bisa mengumpat dan anak-anda juga pasti tidak akan mau mempunyai ayah gila seperti anda saat ini" ucap Sofyan setelah bosan melihat tuannya hanya mengumpat diri terus menerus.
Arselo yang mendengar ucapan Sofyan akhirnya berusaha mengendalikan emosinya lagi, meskipun harga dirinya tidak terima di katakan gila oleh Sofyan, tapi itu memang kenyataannya.
"Apakah mereka akan memaafkan ku?" tanya Arselo pada Sofyan.
"Berusahalah memperbaiki semua keadaan yang sudah terjadi tuan, saya rasa nona Safira adalah orang baik dan semoga dia bisa memaafkan semua kesalahan yang sudah anda perbuat" jawab Sofyan.
Setelah mengatakan itu, Sofyan pun kembali menghidupkan mesin mobil mereka yang sejak tadi terparkir di depan sekolah taman kanak-kanak itu menuju perusahaan milik orang tua Arselo.
***
Di tempat lain seorang wanita hamil besar tengah tertawa puas setelah melihat laki-laki yang diincarnya kembali masuk kedalam jebakannya, bahkan kali ini dia sukses besar hanya dengan mengancam bahwa dia akan bunuh diri serta membawa anaknya mati bersamanya.
Flashback on
Vivi yang baru bangun dari tidurnya melihat Arselo tengah duduk di sofa yang berada di kamarnya, kepalanya masih merasa pusing karena efek dari alkohol yang ia minum bersama dengan teman-temannya di salah satu klub yang dia datangi.
"El, Apa itu kamu?" tanya Vivi yang baru bangun tidur.
Vivi sama sekali tidak mengingat obrolan yang dia bicarakan bersama arselo sebelum tertidur semalam, Arselo menatap Vivi dengan marah dan kesal.
"Kenapa? Apa yang kamu butuhkan?" tanya Arselo.
"El, bisakah kamu sedikit merasa kasihan terhadap ku yang sedang mengandung anakmu ini?" tanya Vivi saat Arselo menanyainya dengan sinis.
"Atas dasar apa aku harus mengasihani mu?" tanya balik Arselo.
"Tentu saja karena aku sedang mengandung anak mu El, ini buah hati kita" jawab Vivi dengan suara yang serak seperti menahan tangis.
Mendengar suara Vivi yang seperti di buat-buat, Arselo geram. Dia bahkan sudah memegang tab yang berada di tangannya kuat-kuat untuk menyalurkan rasa kesal dan marahnya.
"Benarkah anak itu milikku?" tanya Arselo.
Vivi yang mendengar pertanyaan Arselo dengan suara yang menurutnya menakutkan, sedikit menciut tapi dia segera merubah mimik wajahnya dengan bingkai wajah yang semenyedihkan mungkin.
"El, kenapa kamu tidak percaya padaku?" tanya Vivi dengan lirih.
"Percaya? Untuk apa aku percaya pada wanita Iblis seperti mu?" tanya Arselo yang sudah mulai terpancing emosinya.
"El, jika kamu tidak menginginkan kami, lebih baik aku mati bersama dengan anak ini, aku tidak mau jika anak ini nanti akan menderita karena tidak mendapat pengakuan dari ayah kandungnya" ucap Vivi yang segera turun dari ranjang dan menuju laci meja rias untuk mengambil gunting yang berada di dalam sana.
"Biar aku pergi dengan anak ini" sambung Vivi dengan gerakan menempelkan ujung gunting pada perut besarnya.
Arselo yang awalnya tidak peduli dengan ucapan Vivi pun cukup terkejut dengan tindakan yang Vivi lakukan.
"Hentikan!!!" perintah Arselo saat Vivi terlihat mulai menekankan ujung gunting itu pada perut buncitnya.
"Baik, akan aku hentikan. Tapi aku minta kamu jangan menceraikan ku sampai kapanpun-" ucap Vivi sambil tersenyum kecil "- Bagaimana, apa kamu setuju?" sambung Vivi.
Arselo sempat terdiam mendengar permintaan Vivi, tapi dia juga tidak bisa membahayakan anak yang berada dalam kandungan Vivi, Anak itu tidak bersalah fikir Arselo.
"Baiklah aku tidak akan menceraikan mu jika kamu tidak membohongiku tentang hal apapun, tapi jika kamu terbukti membohongiku, kamu akan aku tuntut dengan seberat-beratnya" ucap Arselo.
Vivi pikir Arselo belum mengetahui kebenaran tentang tes DNA yang sudah dia lakukan.
"Baiklah aku akan menyetujuinya, karena aku memang tidak pernah membohongimu" jawab Vivi dengan yakin.
Flashback off