NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Janda / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:357.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

N ~ Bab 31

......................

Fikar bukan cuma mengoyak baju mantan istrinya, tetapi juga berhasil menarik parang keluar dari sarungnya dan melemparkan ke sembarang arah, sedangkan pisau deres milik Dhien tercampak entah dimana.

Dhien tidak tinggal diam, tangan kanannya mengayun kuat serta cepat.

BUGH.

Wajah Fikar tertoleh ke kiri.

CUIH.

“Lonte!” Fikar meringsek maju, menampar kedua pipi Dhien.

PLAK.

PLAK.

Belum sempat Dhien membalas, tangannya sudah dicekal dan dipiting pada punggung.

“Kau rasakan ni!” Fikar membenturkan kening Dhien pada pohon karet.

DUG.

DUG.

Seketika Dhien merasakan pusing, serta pandangannya berkunang-kunang.

Argh.

“Badjingan kau, Iblis!” Sekuat tenaga berusaha melepaskan diri, tetapi gagal.

“Ha ha ha … coba kau rasakan! Dia sudah tegang dan siap menggagahi mu!” Digeseknya bokong Dhien.

Posisi wanita itu terjepit antara Fikar dan pohon, kedua tangannya dibelakang badan, rambutnya dijambak kasar.

‘Ayah! Tolong Dhien!’ mohonnya pilu.

“Ahh … aku sudah tak tahan lagi!” Laki-laki berperawakan tinggi itu lantas mengendurkan cengkraman guna membuka celana.

Dhien memanfaatkan kesempatan yang ada, secepatnya membalik badan dan menendang perut Fikar.

BUGH.

Seketika tubuh sedikit tambun mantan suaminya terpelanting.

“Jahanam kau Sundal!” Fikar merasakan nyeri, secepatnya berusaha berdiri.

Baru saja hendak lari, kakinya dijegal oleh Fikar, berakhir dirinya tersungkur.

Fikar langsung menduduki pantat Dhien, menjambak rambut keriting mantan istri.

“Menyerah saja! Maka aku akan berlaku lembut!” Laki-laki bak kesetanan itu mencoba menurunkan celana jeans Dhien, tetapi belum berhasil.

Argh.

Dhien kembali melawan, sampai Fikar terjatuh di sampingnya.

Masih terduduk di tanah, Dhien menendang perut bagian kiri milik Fikar. “Lebih baik aku mati! Daripada harus menyerahkan diri!”

BUGH.

Fikar menghantam sisi kepala Dhien dengan sarung parang miliknya.

Sekuat-kuatnya tenaga wanita, tetap akan kesulitan menandingi laki-laki yang sedang dikuasai oleh gairah serta amarah.

Dhien tumbang, penglihatannya semakin berkunang-kunang, rasa asin dapat dia rasakan pada kedua sudut bibir.

‘Tolong cabut nyawa hamba, ya Rabb! Jangan biarkan diri ini masih hidup kala nya berhasil menggauli.’ dengan sisa tenaga, dirinya berusaha mundur seraya merayap layaknya hewan melata.

“Ha ha ha … akhirnya kau tak berdaya Dhien! Coba tengok sini! Nya sungguh perkasa bukan?” Fikar sudah dalam keadaan setengah polos, memainkan kejantanannya, lalu mulai berlutut, menarik kedua tungkai, meremas sebentar paha Dhien, dirinya hendak membuka celana jeans panjang itu.

“BRENGSEK KAU BEDEBAH!!” Tangan kokohnya menjambak rambut pendek Fikar, sampai sosok itu menyingkir dari paha Dhien, berakhir terjengkang.

Dzikri melihat sekilas bagaimana penampilan berantakan Dhien, bagian dada dan perut kelihatan. Emosinya menjadi tidak terkendali, sepatu boot-nya menginjak dada Fikar.

“Aku lawanmu!” Dengan masih menginjak dada, Dzikri menjambak rambut Fikar, menarik wajahnya sampai menengadah.

BUGH.

Seketika bibir berwarna gelap dikarenakan perokok aktif itu mengeluarkan darah. Masih belum juga puas, Dzikri memberikan bogeman tepat pada bagian tengah mulut Fikar.

AKH.

UHUK.

CUIH.

Tiga gigi atas bagian depan Fikar ikut terludah.

“Ampun! Aku menye_rah!” mohonnya memelas.

“Awas!” Dhien mendorong Dzikri, kini gilirannya yang membalas perbuatan bejat Fikar.

Menggunakan kayu ranting rambung, dengan tenaga yang tersisa, Dhien memukul bagian perut dan pundak. Dirinya sama sekali tidak memberikan pengampunan apalagi merasa kasihan.

“Mati kau!”

“Mati kau Badjingan!” Kayu panjang itu menghantam burung dan telur si Fikar.

Argh.

Tangannya terus memukul dengan air mata berderai, suara teriakannya berubah parau, badannya bergetar hebat, tetapi tetap tidak mau menyudahi aksinya.

Fikar ambruk, dirinya pingsan, pukulan kayu Dhien berhasil merenggut kesadarannya.

“Dhien, sudah!” Dzikri berseru berusaha menghentikan aksi wanita yang masih terus mengayunkan kayunya.

“Cukup, Dhien!” Tangannya terpaksa menarik kuat lengan Dhien, membuang asal kayu tadi.

Hiks hiks … tubuhnya luruh, dirinya terduduk dan menarik kedua lutut.

“Baru kali ni, aku merasa begitu kotor menjadi seorang wanita!” lirihnya pilu.

Dzikri yang kalut, tidak menangkap maksud perkataan Dhien, dirinya ikut terduduk tepat dihadapan wanita yang menyembunyikan wajahnya pada kedua lutut.

“Maaf!” Tangan yang tadi begitu perkasa menganiaya Fikar, kini bergetar kala mencoba menyentuh pucuk rambut Dhien.

“Maaf, aku tak bermaksud merendahkan mu!” ucapnya parau seraya mengelus lembut rambut Dhien.

Bukan cuma Dhien yang menangis pilu, Dzikri juga berlinang air mata.

“Dhien … apa yang bisa kulakukan untukmu?” Dzikri meraih kedua tangan Dhien yang terkepal, menggenggamnya erat.

Pemuda itu tidak berani berbuat lebih, apalagi memanfaatkan kesempatan yang ada. Dirinya yang sudah kehilangan sosok ibu di masa remaja, begitu menghargai seorang wanita.

Fikar masih tidak sadarkan diri, dirinya tergeletak mengenaskan, wajah dan sekujur tubuhnya mulai menampakkan tanda-tanda lebam.

.

.

“Sudah lebih baik kah?” Dzikri menatap sendu wajah yang tadi tertunduk kini menengadah, tangan mereka masih saling menggenggam.

‘Astagfirullah. Setan kau Fikar!’ hatinya seperti diremas kala melihat wajah Dhien, sudut bibir terluka, kening bengkak dan ada bekas luka masih sedikit mengeluarkan darah.

“Dzi … aku ingin mati! Bisa tak, titip Emak?” Dhien kembali menangis.

“Hei … lihat aku!” Dzikri melepaskan tautan tangan mereka, membingkai lembut wajah Dhien. “Tak elok cakap macam tu! Semuanya telah berakhir. Aku yang menjamin segalanya pasti baik-baik saja! Kau tak perlu risau soal apapun!”

“Tolong percaya padaku, bisa ‘kan?” ucapnya lembut, seringan jemarinya menghapus lelehan air mata Dhien.

“Aku malu! Setelah ini, sungguh tak akan punya muka bertatap denganmu!” Dhien menatap sayu netra Dzikri.

Ini kali pertama bagi dua insan itu begitu dekat tanpa adanya perdebatan, duduk berhadapan dengan lutut saling bersinggungan.

“Aku harus macam mana, agar kau tak malu, Hem?” Dzikri mengambil sejumput rambut sang wanita, menyelipkannya di belakang telinga.

“Tolong untuk sementara waktu, pergilah dulu! Jangan pernah muncul di hadapanku!” Dhien kembali membenamkan wajahnya pada lutut.

Tanpa Dhien ketahui, sosok penolongnya kembali mengeluarkan air mata.

‘Berpisah? Apakah aku sanggup tanpa melihat sosokmu Dhien?’

“Apa dengan kepergian ku, kau bisa kembali seperti sebelumnya? Bercanda dengan Meutia, tertawa bersama Amala, mengamuk kala Ayek dan lainnya memancing emosi mu, bisa kah, Dhien?”

Anggukan samar itu nyaris tidak terlihat, tapi Dzikri sudah mendapatkan jawabannya. "Baiklah. Tapi, kau harus janji satu hal, bisa?”

“Apa?” tanyanya lirih, memberanikan mendongak dan menatap netra basah Dzikri.

Entah keberanian dari mana, Dzikri kembali membingkai wajah Dhien.

“Apapun yang terjadi, cobaan datang silih berganti, aku mohon Dhien! Tetaplah menjadi kuat dan teguh seperti arti namamu! Jangan menyerah apalagi putus asa! Jadilah Dhien ku, yang tangguh! Berkenan ‘kan?”

“Iya.”

“Terima kasih. Selama aku tak ada, jaga kesehatan ya! Sekarang pulanglah! Biar ku bereskan kekacauan ni!” Dzikri mengelus sebentar luka-luka di wajah Dhien, terakhir mengusap pucuk kepalanya.

Laki-laki berbadan tegap itu lantas membuka bajunya, hanya menyisakan kaos singlet putih tanpa lengan.

“Pakailah!” Dirinya langsung berdiri dan membelakangi sang wanita.

Tangan Dhien bergetar, perlahan dia mengenakan kaos oblong milik Dzikri, setelahnya berusaha berdiri.

“Aku pulang!” pamitnya lirih, melangkah pelan dengan pandangan kosong.

Saat tidak lagi mendengar langkah kaki menginjak dedaunan, Dzikri membalikkan badan, menatap sosok ringkih yang berjalan seraya sesekali memegang pohon karet.

“Apapun tu, akan ku usahakan yang terbaik untuk mu Dhien!”

.

.

“Mala ….”

“Astagfirullah. Dhien! Kau kenapa …?”

“Tolong sembunyikan aku, Mala!”

.

.

Bersambung.

1
Mawar Hitam
Ohbyangbdibaqa je rumah sakit tu si Samson toh..
Mawar Hitam
Ya..si Winda mau dilamar Polisi pun tak jadi. Barang aisa siapa mau ambil rugi.

Hanya akan jadi samsak si Dhien aaja kau ni.
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 𝚜𝚌𝚘𝚛𝚙𝚒𝚘 🦂
thor.. kau mengingatkan ku pada masa2 sulit di masa lalu😭😭😭😭
Jamilah Dwi
ternyata kena prank, ku pikir ikram melamar meutia ke bang agam, ternyata samson berubah bentuk 🤣🤣🤣
Mawar Hitam: iya. aku juga sama kak..Kupikir Ikram.audah tak awsat dengar suami mwtia yg akan di bawa kw Rumah sakit.
total 1 replies
Fia Ayu
Lah ku kira omongan ini untuk si ikram,kena pranknya aku😭🤣
Ismi Asih
thor winda ini apa gak suster winda yg temen nya dokter rani ? yg kawin di semak²
Zidni Zakir
mudh2n jodoh dien itu bang dzikri /Whimper/
Masita
ya allahh tia paokkk 😭😭😭🤣🤣🤣🤣
Masita
dhien kowe dirasani anak buahmu 🤣🤣
ra nduwe wedi trio cebol iki 🤣🤣
Masita
ehhh mbuh tia 😭🤣
jan nyebut tenanan 🤣
jawir
Temen jadi demen ya ga apa2, sah2 aja ,,jgn di ambil paitny klu ada2 apa nanti persahabatan jd rusak ,y siapa tau dengan rasa yg tulus itu akan membawa mereka bersatu, menua bersama, hingga rambut memutih saling menjaga sampai maut memisahkan
maka udah selayaknya saling meraba perasaan masing2 ,menegaskan tanpa merasa risih hingga harus jd kakak beradik percayalah ga akan bisa jg karena hati yg sudah bertaut
jawir
Dalam kali kata2mu meutia ,teryata sesayang itu ya kalian pada Dhien ..jd teeharu aku tuh
Rehaan Aamir
Q Malah Tertarik Sama Kelanjutan Kehidupan Nirma&Byakta Thor...Meskipun Trio Cebol Juga Mungkin Bkln Menarik Krn Yg Ada Dalam Bayangan Q Seperti Film Laskar Pelangi....
Nayla Nachifaa
Luar biasa
Yuli a
dipaksa apa Tia...?? dipaksa nikah sama ikram Tah..???
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kenapa baca surat nya Dzikri ikutan sedih gitu
sedalam itu rasamu buat Dhien
nah bangkit Dhien tunjukkan kamu setegar karang yang ga bisa dihempas siapapun
Bang Fay
seru banget semakin penasaran bagaimana langkah yg akan di lakukan oleh keluarga Fikar
Bang Fay
pertemukan Dhien dgn zhi dalam mahligai rumah tangga
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
untung ada amala yang bisa ngasih tau Emak inong soal Dhien . tapi gimana pun emak inong kan ibunya pasti ada lah firasat dia ga enak ttg dhien
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
apa ini yang dikasih buat dititipkan ke Dhien
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!