Hidup sendirian tak membuatku merasa takut.
aku terbiasa apapun sendiri dan mandiri sejak menginjak dewasa.
namun, semuanya berubah setelah aku menikah dengan Ayah sahabatku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Selesai dari pemakaman,
Mobil pun melaju kembali di jalan yang cukup senggang karena masih pagi.
Kini tujuan mereka adalah Gedung dimana acara pernikahan nanti nya akan di gelar.
"Ayah, jangan lupa dengan janji Ayah kalau udah nikah jangan ganggu waktu aku sama Bunda di weekend full" ucap Amanda dengan bahagia.
"Iya jika kalau Ayah sedang tidak ada di rumah, kalau Ayah di rumah kamu hanya punya waktu sebentar aja" balas Leon santai.
Ck,
"Bukan begitu ih, ah Ayah mah" kesal Amanda.
Maudy menggelengkan kepala saja melihat kelakuan Ayah dan Anak itu.
Dia lalu menatap ke arah luar jendela mobil, dia menikmati suasana yang tidak terlalu cerah hari itu.
Leon menatap ke arah Maudy yang sejak tadi diam saja.
"Hei, kenapa sayang?" tanya Leon lembut.
"Tidak apa, Hubby" jawab Maudy tersenyum kecil.
Tangan Leon menggapai jemari lentik Maudy, dia sedikit meremas lembut agar memberikan kesan positif pada diri Maudy.
"Maaf ya, aku belum bisa menemukan mereka. Tapi, aku dan Alwi selalu berusaha dan semoga saja kamu bisa secepatnya bertemu dengan mereka" jelas Leon pada Maudy.
Maudy mengangguk kecil, dia tersenyum pada Leon.
Baik-baik saja?
Tentu saja tidak!
Maudy juga rindu sosok yang di sebut Mama dan Papa, meskipun ia sudah mendapatkan dari Ibu panti.
Tapi,
Semuanya berbeda, dia selalu saja berharap bahwa dia bisa bertemu sosok itu setelah dia tau bahwa dia bukanlah anak buangan.
Leon memeluk Maudy dengan lembut, dia tau perasaan wanita nya saat ini tidak baik-baik saja.
Amanda menatap Maudy dengan penuh iba, dia juga sudah berusaha bersama Alwi untuk mencari keluarga tersebut.
Namun,
Perjuangan keduanya masih belum membuahkan hasil.
"Kamu yang sabar ya, Dy. Aku, Kak Alwi dan Ayah akan selalu berusaha mencaritahu nya, dan kita pastikan kamu akan berkumpul bersama mereka" ucap Amanda penuh yakin dan tekad.
"Iya, makasih ya dan maaf merepotkan" balas Maudy penuh haru.
Amanda menggelengkan kepala pelan.
"Tidak ada kata merepotkan" tegas Amanda.
*
Hingga tak terasa perjalanan mereka pun sudah tiba di halaman Gedung yang sangat luas.
"Wow, besar sekali Hubby" ucap Maudy dengan wajah kaget nya.
Ck,
"Ya kali di Ballroom Hotel Maudy, undangan yang kalian buat ada berapa? 100 orang" celetuk Amanda kesal.
Ehh.
Maudy terkekeh kecil,
Mereka langsung saja masuk, disana sudah ada beberapa tim WO dan juga tim Gedung yang akan mengantarkan mereka.
Ya, Maudy juga langsung mengundang WO untuk menjelaskan dimana yang harus ini dan itu.
Leon membiarkan Maudy dan Amanda bersama yang lainnya untuk melihat-lihat bagian Gedung.
Sedangkan dia dan Alwi menunggu saja, ada obrolan yang harus mereka bahas.
*
"Wi, apa kamu belum menemukan titik terang?" tanya Leon setelah melihat kepergian Maudy dan yang lainnya.
Alwi menggelengkan kepala dengan pelan.
"Belum ada titik terang, seperti nya keluarga mereka tidak ada di Indonesia atau bisa mereka melindungi diri dengan sangat berlapis" jawab Alwi menatap lurus ke depan.
Huh.
Leon terus saja mengikuti pergerakan dari Maudy yang sangat cekatan kesana kemari dengan menjelaskan apa saja yang harus di lakukan tim WO.
🌸
Sedangkan di Negara S.
Di sebuah Rumah ah lebih tepat nya Mansion mewah dengan nuansa klasik sedang berkumpul sebuah keluarga.
Disana ada sepasang paruh baya dan kedua Putra mereka yang sedang terlibat obrolan penting.
"Sudah 25th berlalu, dan semua masalah sudah selesai"
"Apa kita bisa kembali ke Indonesia dan bertemu Princes kita, Pa?" tanya salah seorang Putra mereka.
Huh.
"Minggu besok semua urusan perusahaan dan yang lainnya beres, kita akan pulang ke Indonesia"
"Tapi, bukan itu permasalahannya"
Kedua Putra nya saling bertatap,lalu keduanya pun menatap Papa mereka.
"Lalu apa?" tanya Putra pertama nya dengan nada datar.
Huh.
"Papa kehilangan kontak dengan Bibi yang membawa Princes, dan anak buah Papa bilang bahwa Bibi sudah meninggal sejak 10th yang lalu"
"Mereka juga menemukan fakta bahwa Princes kita di titipkan ke Panti asuhan, tapi kita tidak tau dimana Panti itu"
Brak.
Putra keduanya langsung menggebrak meja di depan mereka karena kaget dan syok.
"Kerahkan semua anak buah kita Bang, kita harus cari Princes kita"
"Kamu tenang dulu sayang" ucap sang Mama lembut.
Ck,
"Princes kita memakai kalung yang sama dengan Mama, dan tidak ada yang punya lagi meskipun sama namun tetap beda" jelas Mama.
"Apa yang membedakannya? Apa punya ciri khas?" tanya sang Abang.
Mama mengangukan kepala,
Lalu dia pun mengambil kalung nya dan menunjukan pada kedua putra dan suami nya.
"Di balik inisial ini ada tanda hati dengan panah, jika di tekan akan menyala merah meski samar"
"Itu tanda yang di buat Mama untuk ciri khas kalung Mama dan Princes" jelas sang Mama dengan menunjukan kalung dan ciri khas nya
Sang Abang mengangguk dan meminta kalung tersebut,
"Abang dan Adik akan kesana lebih dulu, karena 5 hari lagi ada relasi bisnis kita yang akan melangsungkan pernikahan" ucap sang Adik.
Papa menganggukan kepala,
"Kalian hati-hati disana, Mama dan Papa akan menyusul secepat nya"
"Jangan lupa juga bahwa kita harus menemukan Princes kita"
Abang mengangguk dengan tatapan tertuju pada kalung dan foto bayi wanita.
Obrolan mereka pun terhenti karena hari sudah larut malam.
Kedua orangtua mereka pun memutuskan untuk masuk ke kamar lebih dulu.
"Coba kamu hubungi anak buah kita yang ada disana, berikan foto ini dan juga kalung ini agar mereka bergerak cepat"
"Bahkan kalau perlu mereka cari sampai ke pelosok dan panti-panti yang tak jauh dari rumah Bibi"
Sang Adik mengangguk patuh, dia pun berdiri dengan tangan di ponsel nya.
-
"Kamu dimana Princes, maafkan Abang ya karena Abang belum bisa menemukan kamu"
"Tapi kamu tenang saja, sebentar lagi kita akan bertemu dan menebus semua waktu yang telah hilang"
"Baik-baiklah dimana pun kamu berada, bertahanlah sebentar lagi"
"Abang, Kaka, Mama dan Papa bukan membuang kamu sayang, kami menyelamatkan kamu dari mereka yang serakah"
Huh.
"Kini, semua sudah berlalu dan mereka pun sudah mendapatkan balasan yang lebih dari apapun"
Sang Abang pun ikut meninggalkan ruangan keluarga dengan wajah datar nya.
Tapi,
Di balik wajah datar dan dinginnya tersimpan kesedihan yang sangat mendalam.
Rindu,
Sedih,
Dan Amarah bercampur jadi satu dalam diri nya, dan semua itu membuat dirinya semakin datar dan tak tersentuh.
Ia masuk kamar,
Koper dan semua hal yang penting sudah ia packing sejak kemarin.
"Princes, Abang datang"
.
.
.