Bercerita tentang kehidupan manusia yang terusik dengan keberadaan iblis, sehingga terbentuk suatu kelompok pembasmi iblis.
Diawal cerita pemimpin kelompok pembasmi iblis berhasil membunuh raja iblis yang sangat kuat tetapi harus mengorbankan nyawanya.
Perseteruan antara iblis dan manusia tidak sampai disitu, terus berlanjut pada keturunan berikutnya. Keturunan inilah yang menjadi akhir dari perseteruan antara iblis dan manusia.
Tokoh utama : 2 anak kembar anak dari pimpinan kelompok pembasmi iblis awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifki Arifandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#28
Vil dikenal sebagai pemimpin yang baik hati, tapi oleh segelintir orang. Sebagian ada yang beranggapan Vil adalah pemimpin terburuk yang pernah ada di Negeri Bunga.
Semenjak Vil memimpin dengan pemerintahan banyak dikuasai oleh orang-orangnya, hukum di Negeri Bunga tidak berjalan semestinya. Banyak penjahat yang merugikan negeri dibebaskan dari hukuman hanya karena dekat dengan Vil.
Tidak hanya itu dengan sistem pemerintahan seperti ini, siapa yang baik dan dekat dengan Vil akan diberikan suatu jabatan penting. Mungkin sistem pemerintah seperti inilah awal dari hancurnya kehidupan rakyat Negeri Bunga.
Banyak pemberontakan terjadi di setiap wilayahnya karena kurangnya keadilan, siapa yang berani mengkritik pemerintahan Vil, maka akan di anggap sebagai penjahat dan tak segan-segan di penjara.
Perbudakan masih berlaku di Negeri ini, perbudakan yang di maksud adalah orang dipekerjakan dengan gajih yang tidak sesuai, banyak orang pintar dan tulus ingin membangun negeri di pinggirkan dari Negeri Bunga.
Bukan tanpa alasan, pemerintahan Vil menganggap orang pintar dan baik akan menghambat kepentingan pribadinya masing-masing.
“Kalian nanti lihat sendiri alangkah menyedihkannya rakyat kecil di Negeri Bunga,” ucap Jud dengan tatapan serius.
“Ngomong-ngomong, apa tidak papa kita membawa Kio ke pemukiman penduduk?” tanya Sky, tangannya mengelus dagu Kio.
“Kita tinggalkan saja!” ucap Key sambil melirik-lirik Kio.
Sontak Kio langsung menerkam Key dan menjilatinya seperti sedang merajuk, ingin di ajak pergi bersama mereka semua.
“Hahaha, sudah… sudah… aku hanya bercanda, kita pasti mengajakmu pergi,” kata Key wajahnya basah terkena liur Kio.
Sky dan Jud tersenyum melihat tingkah keduanya.
“Aku akan mengikat Kio dengan tali dan memegangnya ke mana-mana agar terlihat seperti hewan peliharaan, sehingga warga tak khawatir tentang hewan buas satu ini,” kata Jud, mengusap perut Kio.
“Oke semua sudah siap, ayo kita berangkat menuju Negeri Bunga!” kata Sky penuh dengan semangat sampai mengangkat tangannya.
“SIAP!” jawab Key.
Jud mengambil tali, mengikat Kio dan menaruh sedikit barang-barangnya di atas tubuh macan kubang itu. Perjalanan dimulai, dengan semangat yang menggebu-gebu saat di perjalanan Key mulai bernyanyi-nyanyi. Wajah Kio saat mendengar suara Key tampak menyedihkan, mungkin jika dia bisa menyumpal telinganya pasti sudah dilakukan.
“Jangan bernyanyi lagi kau!” bentak Sky pada Key.
“Sumpal saja telinga kalian, aku ingin bernyanyi!” jawab Key.
Sky dan Jud yang tak tahan lagi mendengar suara Key menyumpal telinganya. Tak terasa perjalanan sudah setengah jalan, sebentar lagi mereka sampai di pintu gerbang masuk Negeri Bunga. Kio yang kesal terus menerus mendengar suara Key, tiba-tiba menyeruduk pantat Key dari belakang.
“Hahaha… rasakan kau Key, sudah ku bilang jangan bernyanyi lagi,” kata Sky tertawa melihat Key tersungkur di tanah. Jud membuka sumpal telinganya dan tersenyum.
“Kurang ajar kau! Mau ku dandani seperti kucing imut?!” guram Key pada Kio.
Kio berlari menyebelahi Jud. Ternyata Kio takut didandani seperti kucing imut. Jud tertawa saat membayangkan wajah seram Kio penuh dengan luka karena sering bertarung berubah menjadi kucing imut.
“Kemari kau macan jelek!” kata Key sambil berlari mengejar Kio.
Kio lari ketakutan, Key berlari sambil tertawa terpingkal-pingkal. Melihat tingkah konyol mereka berdua Sky dan Jud tersenyum. Key melompat ke atas tubuh Kio, mereka bergulat, Key merasakan kebahagian sendiri saat bermain dengan macan satu ini.
Sky mendekat menendang pantat Kio dan Key seraya berkata, “Sudah cukup bercandanya, kita lanjutkan perjalanan.”
Setelah berjam-jam menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di ujung hutan dan terlihat Negeri Bunga. Matahari sebentar lagi akan terbenam, mereka harus segera masuk ke dalam Negeri Bunga.
Sesampainya di gerbang masuk perbatasan Negeri Bunga, Key melihat beberapa orang yang menjaga gerbang tersebut. Datang menghampiri mereka dengan membawa pedang di pinggangnya. Penjaga itu meminta tanda pengenal mereka, sayangnya Sky, Key, dan Jud tidak ada tanda pengenal.
“Dari negeri mana kalian?” tanya penjaga dengan tatapan sinis nya.
“Kami dari tengah hutan, lama tersesat bahkan belum makan selama beberapa hari, bolehkah kami mampir di Negeri ini untuk membeli makanan?” Sky memasang wajah memelas.
“Kalian tidak boleh masuk, orang asing yang tak jelas asalnya dilarang masuk ke dalam!” tegas ucap sang Penjaga.
“Tolong kami sangat lapar,” Key memohon sambil memegangi tangan Penjaga.
Tangan Key di tepis, dengan kasar penjaga mengusir mereka. Jud yang sudah kesal ingin sekali menghajar kedua penjaga di hadapannya. Sky mengedipkan mata kepada Jud, isyarat untuk mengalah. Akhirnya mereka pergi menjauh dari pintu gerbang.
Sky sadar jika masuk dengan cara kekerasan maka tidak ada kesempatan untuk tinggal lebih lama di Negeri Bunga, lebih baik merencanakan caranya masuk dengan aman. Mereka berdiskusi tentang cara masuk, Jud yang sebelumnya sudah pernah tinggal di Negeri Bunga mengetahui ada tempat yang lepas dari penjagaan.
“Seandainya kita masuk lewat Distrik A, kita akan dilindungi oleh penduduk setempat. Ada beberapa yang ku kenal di sana,” kata Jud sembari menunjuk arah lokasi itu.
“Yasudah, langsung saja kita ke sana,” jawab Key.
Singkat cerita untuk sampai di Distrik A mereka harus berjalan kurang lebih 2 jam. Matahari mulai terbenam, waktu yang pas untuk menyelinap. Setelah sekian lama berjalan sampailah mereka di batas wilayah Distrik A.
Benar saja tidak ada satupun penjaga di jalan masuk, mereka masuk dengan santainya, Jud memandu jalan pergi ke rumah orang yang merawatnya dulu. Nama orang itu adalah Paman Hid.
Paman Hid tinggal sendirian, anak dan istrinya pergi meninggalkan dirinya hanya kerena masalah ekonomi keluarga. Istrinya tak tahan hidup miskin, padahal Paman Hid dulunya adalah seorang petinggi Negeri Bunga.
Karirnya hancur saat mencoba mengkritik pemerintahan Vil. Paman Hid di asingkan ke Distrik A yang jauh dari pusat kota. Sejak saat itu dirinya hanya menjadi pengrajin gerabah.
Distrik A adalah tempat pengasingan bagi orang-orang yang sekiranya akan membahayakan pemerintahan Vil. Di sini ada banyak orang pintar, bahkan dokter hebat pun tinggal di sini.
Naasnya orang-orang hebat yang tinggal di sini seperti tidak di anggap, Distrik A sengaja tidak dipedulikan oleh pemerintah. Pembangunan tidak ada sama sekali, penduduk yang tinggal di sini rata-rata miskin.
Bagaimana tidak miskin roda perekonomian dibatasi oleh pemerintah. Pendapatan mereka hanya cukup untuk makan. Tak jarang banyak anak yang meninggal karena kekurangan gizi.
Sesampainya di rumah Paman Hid, Jud mengetuk pintu. Terdengar suara orang membukakan pintu sambil batuk-batuk. Melihat Jud di hadapannya, Paman Hid merasa bahagia.
“Jud, akhirnya kau kembali!” ucap Paman Hid sambil merangkul Jud.