Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Sebanding Dengan Suamiku
Setelah menyelesaikan urusannya di toko pakaian, Lin Momo melanjutkan perjalanannya ke apotek terdekat.
Saat masuk, aroma khas obat-obatan langsung tercium. Rak-rak kayu tertata rapi dengan berbagai jenis obat dan perawatan kulit.
Seorang wanita paruh baya yang mengenakan celemek putih berdiri di balik meja kasir. Ia tersenyum ramah begitu melihat Lin Momo masuk.
"Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan suara lembut.
Lin Momo melangkah mendekat dan mengedarkan pandangannya ke rak obat kulit. Matanya berbinar ketika melihat produk yang ia kenal dari kehidupan sebelumnya, obat totol jerawat yang terkenal ampuh menghilangkan jerawat dalam beberapa hari.
Ia mengambil satu tube kecil dan berkata, "Ah! Untunglah obat ini sudah ada di zaman ini."
Wanita itu menatapnya dengan minat. "Nona sudah pernah memakai obat itu?"
Lin Momo mengangguk. "Ya, ini cukup ampuh untuk jerawat kecil dan kemerahan. Tapi aku juga butuh sesuatu untuk menjaga kulitku tetap lembap, mungkin pelembap wajah yang ringan."
Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Tunggu sebentar." Ia berjalan ke rak lain dan mengambil sebuah botol kecil. "Ini adalah krim pelembap berbahan alami. Tidak lengket, dan cocok untuk semua jenis kulit. Banyak pelanggan yang suka."
Lin Momo menerimanya dan membaca deskripsi di kemasannya. "Terbuat dari ekstrak bunga dan madu... hmm, sepertinya bagus."
Ia lalu teringat sesuatu dan bertanya, "Apakah Anda juga punya minyak untuk bekas luka atau bintik hitam? Sesuatu yang bisa memperbaiki tekstur kulit?"
Wanita itu tampak berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Kami punya minyak biji anggur dan minyak vitamin E. Keduanya bagus untuk memperbaiki kulit dan menyamarkan bekas luka."
Lin Momo mengambil botol kecil minyak biji anggur, membukanya sedikit untuk mencium aromanya. "Baunya tidak terlalu kuat, sepertinya bagus. Baiklah, aku ambil ini juga."
Saat berjalan menuju kasir, ia sekalian mengambil beberapa perban kecil dan antiseptik. Meskipun tidak terlalu membutuhkannya sekarang, ia selalu berpikir lebih baik bersiap jika suatu saat membutuhkannya.
Saat wanita itu menghitung total belanjaannya, ia tersenyum ramah. "Jarang sekali ada gadis muda yang begitu teliti dalam merawat kulitnya. Biasanya pelanggan yang datang ke sini mencari obat luka atau sakit kepala."
Lin Momo terkekeh. "Aku baru sadar pentingnya perawatan kulit. Apalagi aku ingin sedikit mengubah penampilanku."
Wanita itu mengangguk setuju. "Itu keputusan yang bagus. Perawatan kulit bukan hanya soal kecantikan, tapi juga kesehatan."
Setelah membayar, Lin Momo memasukkan barang-barangnya ke dalam tas kain yang ia bawa, lalu tersenyum. "Terima kasih banyak, Nyonya. Jika nanti aku butuh sesuatu lagi, aku pasti kembali."
Wanita itu tersenyum hangat. "Tentu, Nona. Semoga berhasil dengan perawatan kulitmu!"
Lin Momo melambaikan tangan sebelum keluar dari apotek, merasa puas dengan belanjaannya.
Lin Momo Juga pergi ke toko serba ada, membeli perlengkapan mandi dan kosmetik, dan beberapa perlengkapan lainnya. Setelah selesai membayar, ia berlalu pergi.
Saat Lin Momo berjalan menuju pasar bahan makanan, ia menikmati suasana sekitar yang terasa begitu berbeda dari kehidupannya sebelumnya.
Jalanan yang ramai dengan pedagang yang menawarkan dagangan mereka, aroma sayuran segar, dan suara tawar-menawar pelanggan menciptakan suasana khas pasar tradisional yang hidup.
Ia sudah mencatat beberapa hal yang perlu dibeli, seperti sayuran segar, ikan, dan beberapa bumbu dapur.
Namun, baru saja ia hendak memilih ikan, suaranya tertahan ketika melihat dua sosok familiar yang berdiri tidak jauh darinya.
"Oh, lihat siapa ini! Bukankah ini... Bukan kah ini Lin Momo?"
Lin Momo mendongak dan melihat dua orang yang paling ingin ia hindari, mantan tunangannya Lin Momo, Wu Yuan dan Xie Wen.
Mata Lin Momo sedikit menyipit. Ia tak menyangka akan bertemu dengan mereka di sini. Wu Yuan, mantan tunangan Lin Momo asli, yang dulu hanya tahu cara menghabiskan uangnya, berdiri di sana dengan wajah penuh percaya diri.
Sementara di sampingnya, Xie Wen, wanita yang menjadi selingkuhannya, terlihat angkuh sambil menggandeng lengannya.
Tatapan Xie Wen langsung menatapnya dari ujung kepala hingga kaki sebelum terkikik sinis. "Lin Momo, kau… masih saja jelek seperti dulu."
Wu Yuan tertawa, ikut memandang Lin Momo dengan tatapan meremehkan. "Aku penasaran, apakah suami mu itu benar-benar bisa menerima wajahmu yang penuh jerawat dan kulit kusammu ini? Apa dia tidak jijik?"
Xie Wen menambahkan dengan nada pura-pura iba, "Mungkin saja dia menikahimu karena kasihan setelah kepergok tidur di ranjang yang sama. Lagipula, mana ada pria yang mau dengan wanita sepertimu?"
Dengan ekspresi datar, ia tersenyum tipis. "Oh, jadi kalian berdua masih sama seperti dulu? Hanya bisa bicara omong kosong tanpa isi?"
Wu Yuan dan Xie Wen terdiam sesaat, tak menyangka Lin Momo akan membalas. Mereka kira, Lin Momo kemaren hanya berani karena ada pria yang menyatakan bersedia menjadi suaminya. Tak menyangka, ia sendirian pun mulutnya tajam.
Lin Momo melipat tangannya di depan dada. "Wu Yuan, kau begitu sibuk mengomentari wajahku, tapi aku penasaran… bagaimana dengan kehidupanmu sendiri? Katanya kau akan menjadi direktur? Kenapa sekarang kudengar kau hanya pekerja biasa di pabrik sepatu?"
Wu Yuan langsung merengut. "Apa urusanmu?"
Lin Momo tersenyum sinis. "Tentu saja ini urusanku. Dulu, kau terus membual tentang impian besarmu, tapi pada akhirnya? Pemilik pabrik saja pasti buta jika sampai mengangkat pria pemalas dan hanya numpang hidup ke orang lain sepertimu jadi direktur."
Beberapa orang di sekitar mereka mulai melirik ke arah mereka, tertarik dengan perdebatan yang terjadi.
Xie Wen mendengus marah. "Lin Momo, jangan sok besar kepala! Kau pikir hanya karena kau menikah, hidupmu lebih baik dariku? Wu Yuan jauh lebih baik darimu!"
Lin Momo tertawa kecil. "Oh? Memangnya dalam hal apa? Dalam hal mengandalkan wanita untuk bertahan hidup?"
Xie Wen membelalak. "Apa maksudmu?!"
Lin Momo mendekat selangkah. "Jangan berpura-pura tidak tahu. Dulu, aku yang membantu membiayai hidupnya. Aku yang menanggung sedikit kebutuhannya. Tanpa aku, dia tidak akan bertahan. Dan sekarang? Sepertinya kau akan segera mengambil peranku, Xie Wen."
Wajah Xie Wen langsung memerah, entah karena marah atau malu.
Sementara itu, Wu Yuan mengepalkan tangannya. "Lin Momo! Jangan bicara sembarangan!"
Lin Momo terkikik. "Apa aku salah? Kau sendiri yang tahu jawabannya."
Wu Yuan tampak ingin membalas, tapi sebelum ia bisa membuka mulut, Lin Momo sudah mengambil keranjang belanjanya dan berjalan pergi.
"Oh, dan satu lagi." Lin Momo berhenti sebentar, menoleh ke arah mereka dengan senyum santai.
"Aku mungkin belum secantik Xie Wen, tapi setidaknya aku tidak perlu menjual harga diriku untuk mendapatkan pria. Selamat menikmati kehidupan barumu, Wu Yuan. Pastikan kau tidak terlalu merepotkan pacarmu, ya?"
Lin Momo baru saja melangkah pergi ketika suara Wu Yuan terdengar lantang di belakangnya.
"Tunggu, Lin Momo!"
Lin Momo menghentikan langkahnya, menoleh malas.
Wu Yuan menatapnya dengan penuh kemenangan, lalu berkata dengan suara nyaring agar semua orang di pasar mendengarnya, "Kalau aku diangkat jadi direktur pabrik sepatu, hal pertama yang akan kulakukan adalah memecat suami barumu!"
Beberapa orang yang mendengar langsung terkejut.
Xie Wen tersenyum penuh kemenangan, ikut menimpali, "Benar! Kau pikir hidupmu akan lebih baik? Jangan bermimpi! Suamimu akan kehilangan pekerjaannya dan kalian akan hidup miskin!"
Orang-orang di sekitar mulai berbisik-bisik, sebagian tampak khawatir untuk Lin Momo, sementara yang lain hanya penasaran dengan drama yang terjadi.
Lin Momo, yang sejak tadi hanya menatap mereka tanpa ekspresi, tiba-tiba tertawa kecil.
"Oh? Jadi kau berpikir aku akan ketakutan hanya karena ancaman itu?"
Wu Yuan tertegun, tidak menyangka Lin Momo akan bereaksi seperti itu.
Lin Momo menghela napas, lalu menatap mereka dengan penuh rasa kasihan. "Kalian berdua benar-benar bodoh, ya?"
Xie Wen langsung naik darah. "Apa maksudmu?!"
Lin Momo mengangkat alis santai. "Dengar, Wu Yuan. Aku bisa mencari uang sendiri. Aku bisa menghidupi diriku sendiri. Aku tidak butuh bergantung pada siapa pun, apalagi jika pria itu tidak berguna seperti dirimu."
Tatapan Lin Momo beralih ke Xie Wen, "Dan kau… kau yakin pria seperti Wu Yuan akan membuat hidupmu bahagia? Kalau iya, selamat. Kau baru saja memenangkan hadiah utama berupa pria pemalas yang hanya bisa hidup dari belas kasihan wanita."
Orang-orang di sekitar mulai tertawa kecil.
Wu Yuan semakin marah. "Kau sombong sekali, Lin Momo!"
Lin Momo mengangkat bahunya santai. "Aku hanya berkata jujur. Dan satu lagi… kau yakin bisa jadi direktur?"
Wu Yuan terdiam.
Lin Momo tersenyum sinis. "Kau pikir pemilik pabrik bodoh? Mereka pasti mencari orang yang kompeten, bukan pemalas yang hanya bisa bicara besar."
Wu Yuan menggertakkan giginya, tidak bisa membalas.
Lin Momo tidak mau membuang waktu lagi. Ia menatap mereka sekali lagi dan berkata, "Ah ya, jangan terlalu percaya diri Wu Yuan, kau... pria jelek, tak sebanding dengan suamiku yang tampan dan pekerja keras.
Lin Momo tersenyum mengejek, lalu melangkah pergi meninggalkan mereka dengan tersenyum puas.
Sementara itu, Wu Yuan hanya bisa menatap punggung Lin Momo dengan ekspresi marah dan frustasi.
mau ketemu menantu dan mertua teh drama aja 🤦🏼
akhirnya timbul kesalah pahaman kan kasian momo kena impeknya kecewa aja ma yang zie 😏laki g tegas
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..