Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Mikha berjalan menuju ruang kelas dengan langkah gontai. Ia berusaha menegakkan tubuhnya, menyembunyikan kepedihan yang masih menyisa di matanya. Di depan anak-anak, ia harus tetap tersenyum, tetap menjadi guru yang mereka kenal—hangat, penyabar, dan penuh semangat.
Begitu masuk ke kelas, beberapa murid kecilnya berlari menghampirinya.
“Bu Mikha, Bu Mikha! Hari ini kita latihan pentas seni, kan?” seru seorang gadis kecil dengan mata berbinar.
Mikha tersenyum, meski terasa begitu sulit. “Iya, sayang. Kita latihan hari ini.”
Namun, sebelum ia sempat melanjutkan, seorang rekannya, Bu Laila, menghampirinya dengan tatapan khawatir.
“Mikha, kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali.”
Mikha tersentak, buru-buru memasang senyum. “Aku baik-baik aja, Bu. Mungkin hanya kecapekan.”
Bu Laila menatapnya dengan ragu. “Kalau kamu nggak enak badan, istirahat dulu aja. Aku bisa menangani latihan pentas seni.”
Mikha menggeleng cepat. “Ah itu nggak perlu, Bu. Aku baik-baik aja kok. Aku ingin tetap di sini bersama anak-anak.”
Meski ragu, Bu Laila akhirnya mengangguk. Mikha menghela napas lega. Ia tidak boleh terlihat lemah. Ia tidak boleh memberi alasan pada siapa pun untuk menaruh curiga.
Latihan pentas seni dimulai, dan Mikha berusaha mengalihkan pikirannya dengan membantu anak-anak berlatih menari dan menyanyi. Setidaknya untuk beberapa saat, ia bisa melupakan rasa sakitnya. Namun, tubuhnya tidak bisa berbohong. Beberapa kali ia merasakan mual yang tiba-tiba datang menyerang, memaksanya menggigit bibir untuk menahan perasaan itu.
Ketika akhirnya istirahat tiba, Mikha buru-buru pergi ke kamar mandi lagi. Begitu sampai di dalam, ia meremas dadanya, berusaha mengatur napas. Namun, rasa mual itu kembali menyerangnya. Ia berjongkok di lantai, menahan sakit yang melilit perutnya. Air mata menggenang di matanya, tapi ia cepat-cepat menghapusnya.
Aku harus kuat.
Aku harus bisa melewati ini sendirian.
Namun, saat Mikha keluar dari kamar mandi, ia tak menyadari bahwa seseorang telah melihatnya—Bu Laila berdiri tidak jauh dari sana, memperhatikannya dengan penuh kekhawatiran.
Mikha menegakkan tubuhnya, berpura-pura baik-baik saja, lalu melangkah melewati rekan kerjanya tanpa berkata apa-apa. Namun, ia tahu Bu Laila melihat sesuatu yang tidak seharusnya terlihat.
Dan itu berarti, cepat atau lambat, rahasianya tidak akan bisa ia sembunyikan lebih lama lagi.
***
Mikha hampir tak mampu berdiri saat ia sampai di rumah. Wajahnya pucat, tubuhnya begitu lemas. Kakinya gemetar, dan sebelum ia sempat mencapai pintu, tubuhnya hampir ambruk.
"Nak!"
Neneknya, yang kebetulan melihat dari ruang tengah, segera menghampiri dan menangkap tubuh Mikha yang hampir terjatuh. Wajah neneknya dipenuhi kekhawatiran, kedua tangannya menopang Mikha dengan hati-hati.
"Mikha, kamu kenapa, Nak?!" suara neneknya penuh kepanikan.
Namun, alih-alih menjawab, Mikha tiba-tiba menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya bergetar, tangannya mencengkeram erat baju neneknya, seolah hanya dengan cara itu ia bisa tetap berdiri di dunia ini.
"Nenek…," suaranya bergetar di antara isakan, "harus ku apakan anak ini nek??"
Neneknya terdiam. Kata-kata itu seakan menghantamnya dengan begitu keras. Matanya membesar, tangannya refleks menggenggam bahu cucunya dengan erat.
"Astaghfirullah, Mikha… apa maksudmu, Nak?"
Mikha semakin menangis. Ia terisak di pelukan neneknya, tak mampu berkata-kata. Di dalam hatinya, ada kehancuran yang tak bisa ia bagi kepada siapa pun.
Beberapa saat kemudian, neneknya menarik napas panjang, berusaha tetap tenang meskipun tubuhnya yang mulai renta tak sanggup menerima kenyataan ini. Dengan lembut, ia mengelus kepala Mikha.
“Ini semua karena Yani, kan?” suara neneknya melemah, penuh kesedihan.
Mikha tidak menjawab, hanya semakin menangis.
Neneknya menghela napas berat. Yani, ibu kandung Mikha, memang keterlaluan. Ia tak pernah benar-benar menjalankan perannya sebagai seorang ibu. Sejak dulu, Yani hanya memikirkan dirinya sendiri. Namun, neneknya juga sadar, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kondisinya semakin tua, tubuhnya sering sakit-sakitan. Ia bahkan tak mampu melindungi cucunya sendiri.
Mikha melepaskan pelukan itu, menatap neneknya dengan mata yang memerah.
"Nek... aku nggak pantas untuk Anand," suaranya lirih, penuh kepedihan. "Dia pria yang baik, dia sempurna. Sedangkan aku…"
Mikha mencengkram dadanya sendiri, menahan isakannya yang semakin kuat.
"Aku ini perempuan kotor, Nek. Aku nggak pantas untuk Anand. Aku nggak pantas dicintai siapa pun."
Neneknya menatap Mikha dengan air mata yang menggenang di sudut matanya.
"Nak…," suara neneknya bergetar. "Kamu nggak kotor. Kamu adalah cucu nenek yang baik. Ini bukan salahmu… semua ini bukan salahmu, Nak."
"Aku begitu bodoh nek, aku nggak bisa melakukan apapun... Bagaimana anand memandang ku nek?"
Mikha terus menangis di pelukan neneknya.
Bagi Mikha, tak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa jijik yang ia rasakan terhadap dirinya sendiri.
Di luar, langit mulai gelap. Malam turun perlahan, seiring dengan kegelapan yang semakin menelan hati Mikha.
Nenek kemudian bertanya dengan suara lirik, "Mikha? Apa kamu mau menggugurkannya?"
***
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale