Jaring Cinta Istri Pengganti

Di ruangan kamar, Xiao Xinyi memejamkan kedua matanya setelah rasa sakit perlahan menghilang. Di dekatnya masih ada Nyonya Xiao menatap tidak tega.

Gadis usia sembilan belas tahunan masuk ke dalam kamar membawa nampan dengan mangkuk berisi bubur yang baru matang. Dia meletakkan nampan di atas meja mendekat kearah ibunya. "Ibu bagaimana dengan adik ke tiga?"

"Rasa sakit di dadanya baru saja reda. Jika bukan karena kesalahan kakak pertama mu. Dia pasti masih menjadi gadis ceria yang hidup dalam kebebasan bersama pamannya. Tapi sekarang," air mata Nyonya Xiao menetes lagi.

Nona kedua Xiao Zhi berdiri lebih dekat dengan ibunya. "Pemikiran ayah terlalu dalam. Kita tidak mampu menghentikannya."

Nyonya Xiao menatap kearah putri keduanya. "Kamu datang ke sini. Apa mertua mu tidak akan menyalahkan mu lagi?"

Gadis itu tersenyum. "Tidak. Aku sudah meminta izin sebelum pergi."

Xiao Xinyi membuka kedua matanya melihat ibu dan kakak keduanya sudah ada di depannya. Dia perlahan bangun di bantu ibunya. Wajahnya sangat pucat juga lemah, "Ibu, kakak."

"Jangan terlalu banyak bergerak." Nyonya Xiao menggenggam tangan putri ketiganya itu. "Maaf ibu sudah menyusahkan mu. Meskipun aku memilih prasangka buruk terhadap ibu mu dulu. Tapi perlahan ikatan batin ku juga telah terbuka. Semua kesalahan itu karena ayah mu yang membuat kesalahan saat mabuk sehingga bermalam bersama ibu mu."

Xiao Xinyi hanya diam.

"Xinyi, kakak pertama mu telah hamil. Sehingga ibu mau tidak mau mengusulkan agar kamu menikah dengan Adipati Ling Yun. Jika aib ini sampai menyebar keluar keluarga Xiao akan hancur," Nyonya Xiao menghela nafas dalam di hatinya.

Gadis itu terkejut dia tidak pernah menyangka alasan sebenarnya lebih menyulitkan. "Semua sudah terjadi. Aku juga tidak dapat menyalahkan kalian. Ibu jika bisa tolong jaga Xiao Wei untuk ku. Aku tidak ingin adik ku dalam bahaya karena ayahnya sendiri."

Nyonya Xiao mengangguk mengerti. "Ibu sudah menyiapkan kereta di halaman belakang. Kamu segeralah pergi kembali."

"Jika aku pergi bagaimana dengan ibu?" Xiao Xinyi menatap tidak tega.

"Kekayaan keluarga Xiao bermula dari keluarga ku. Dia tidak akan macam-macam dengan ibu. Xiao Zhi juga pulanglah. Jangan terlalu lama di sini," menatap kearah kedua putrinya.

"Baik," jawab serentak kedua putri Nyonya Xiao.

Dari pintu belakang Nyonya Xiao mengantarkan kedua putrinya untuk segera pergi. Dia tidak ingin suaminya bertingkah gila lagi hanya karena setatus dan kehormatan. Dua kereta melaju di sore hari itu kembali menuju dua kediaman berbeda. Nona kedua Xiao Zhi pergi ke arah kediaman suaminya. Dan Nona ketiga Xiao Xinyi kembali ke kediaman Adipati Ling Yun. Sebelum berangkat dia sudah memoles wajahnya dengan lebih banyak bedak agar wajah pucatnya tidak terlihat. Pemerah bibirnya juga lebih terang dari biasanya.

Saat dia masuk ke dalam kediaman semua pelayan juga penjaga memberikan hormat. Gadis itu berjalan menuju ke arah halaman tempat tinggalnya. Tubuhnya masih sangat lemah untuk berjalan lebih jauh. Dia menyandarkan tubuhnya pada pintu masuk halaman tempat tinggalnya. Perlahan Xiao Xinyi mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.

Dari arah dalam seorang gadis muda berlari perlahan. Usianya sekitar tiga belas tahunan wajahnya bulat dengan senyuman manisnya dia mendekat. "Nyonya muda, saya pelayan pribadi yang baru di beli Nyonya utama. Anda pasti lelah. Saya akan membantu anda." Gadis itu sangat ramah juga sigap.

"Baik."

Xiao Xinyi di bantu masuk ke dalam kamarnya. Dia berbaring di tempat tidur dan terlelap setelah beberapa menit. Gadis itu bangun melihat kearah jendela. "Ini pukul berapa?"

Pelayan pribadinya mendekat membawakan air minum hangat. "Sudah sebelas malam."

Gadis itu langsung bangkit. "Ibu dan nenek mencari ku?"

"Iya. Saat makan malam mereka mencari Nyonya muda. Saat mereka datang melihat Nyonya muda tertidur lelap. Mereka pergi memberikan beberapa gaun baru juga perhiasan baru." Pelayan pribadi itu menyodorkan gelas yang masih ada di tangannya.

Xiao Xinyi mengambil lalu meminumnya perlahan. Tenggorokannya terasa lega kembali setelah ada air yang masuk. "Nama kamu siapa?" menatap gadis kecil di depannya.

"Nyonya muda bisa memanggil saya Daxia." Mengambil gelas yang sudah kosong di tangan Nyonya mudanya.

Xiao Xinyi tersenyum lembut menatap gadis di depannya. "Daxia kamu memiliki saudara?"

Pelayan Daxia diam untuk beberapa saat sebelum dia berkata, "Saya memiliki adik laki-laki. Saat ini dia di jual di tempat lain sebagai buruh kasar."

"Kamu tahu dimana tempatnya?"

Pelayan Daxia mengangguk. "Di bukit untuk memecahkan batu."

Xiao Xinyi bangkit dari tempat tidurnya. Dia melepaskan pakaian luarnya. "Besok antar aku ke tempat itu. Kita menebus adik mu bersama." Pelayan Daxia hampir berlutut namun tubuhnya di tahan Xiao Xinyi. "Jangan berlutut kepada sembarang orang. Ingat, kamu hanya bisa berlutut kepada Ibu dan Ayah mu saja."

Air mata menetes begitu saja di wajah pelayan Daxia.

Xiao Xinyi menghapusnya dengan lembut. "Sudah malam jangan menangis. Nanti jika ada yang mendengar mereka akan mengira aku menindas mu."

Pelayan Daxia mengangguk mengerti. "Tapi Nyonya muda. Bagaimana dengan Kaisar? Apa saya tidak perlu berlutut di hadapannya?"

Xiao Xinyi tertawa. "Tentu saja kamu harus berlutut. Jika tidak kepala kita akan hilang."

Pelayan Daxia juga tertawa.

Xiao Xinyi memilih mandi dengan air dingin karena tidak ingin membuat pelayannya bekerja saat malam. Xiao Xinyi mendekat kearah barang-barangnya yang telah disimpan. Dia ingin mencari catatan tanaman obat yang ia miliki. Pamannya seorang tabib terkenal di kotanya bahkan memiliki toko obat yang cukup besar. Dan dia telah hidup bersama pamannya selama sepuluh tahun terakhir. Kurang lebihnya dia juga mengerti akan pengobatan.

Namun sayangnya dia tidak pernah menaruh minat akan pengetahuan tentang racun. Sehingga tidak tahu racun di dalam tubuhnya dapat di obati atau tidaknya.

"Semua racun tetap memiliki penawar. Aku harus mencari darimana lagi?" menyandarkan tubuhnya di kursi. "Jiang Xu mungkin saja tahu." Xiao Xinyi mengambil kuas dan tinta. Setelah menggiling tinta beberapa saat dia mulai menuliskan surat kepada temannya itu. Agar bisa di kirim saat pagi tiba. Jiang Xu merupakan sahabat dekatnya saat ada di akademi luar Ibu Kota. Pemuda itu sangat menggilai semua tentang racun. Bahkan sering membuat obat penawar untuk berbagai jenis racun baru.

Empat jam sebelum pagi gadis itu keluar dari kamarnya. Dia merasa terlalu pengap selalu diam di kamar. Saat keluar keadaan masih sangat gelap. Para pelayan juga masih belum bangun. Hanya penjaga malam yang sesekali melintas di sekitar halaman depan.

Dia tidak sengaja melihat suaminya yang baru pulang dari menyelesaikan pekerjaannya. Kedua pandangan mereka juga saling bertemu. Tapi Xiao Xinyi hanya memberikan salamnya lalu berjalan masuk kembali ke dalam kamarnya.

Sedangkan Adipati Ling Yun mengalihkan pandangannya saat istrinya masuk ke dalam kamar. Baru setelahnya dia masuk ke dalam ruangan kerja yang saat ini digunakan untuk kamar tidur.