NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. You are My World Now

"Bentar, papa coba telpon om kamu," kata Papa Indra, raut wajahnya tampak tegang. Keningnya berkerut, bibirnya mengerucut membentuk garis lurus.

Jari-jarinya terlihat gemetar sedikit saat ia mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi Daniel. Beberapa kali panggilan tak dijawab, padahal Daniel sedang online. Papa Indra menghela napas pendek, terlihat frustasi. Setelah beberapa percobaan, akhirnya panggilan tersambung.

"Halo, kenapa mas?" 

Suara Daniel dari seberang terdengar serak, seperti orang baru bangun tidur, atau mungkin memang malas menjawab telepon.

"Kamu lagi di mana sekarang?" tanya Indra tanpa basa-basi.

Dari seberang terdengar Daniel menghela nafas.

"Kamu lupa atau gimana sih Mas, jelas-jelas aku lagi di Australia lah. Kenapa sih tiba-tiba nelpon?" 

Suara Daniel mulai terdengar meninggi.

"Mas pengen ngomong penting sama kamu. Kamu pulang ke Indonesia sekarang!" perintah Indra.

Daniel terdengar menghela nafas lagi.

"Tiba-tiba nelpon dan minta pulang, Mas aneh banget deh. Kerjaan aku lagi banyak Mas di sini. Aku nggak bisa ninggal gitu aja!" 

Indra diam saja. Ia menoleh ke istrinya dan yang lain. Mereka semua menatapnya, menunggu ia selesai menelepon.

"Halo Mas." 

"Ada hal penting yang pengen mas tanya sama kamu dan ini nggak bisa mas katakan ditelepon. Mas harap kamu bisa pulang ke Indonesia."

"Sebenarnya apa sih yang Mas maksud? Mas mau nanya apa? Langsung aja lagi ditelepon, aku juga bentar lagi mau ngerjain kerjaanku. Masih numpuk ini." 

"Nggak bisa Dan, nggak bisa diomongin ditelepon. Kamu pulang lah bentar ke Indonesia, Mas dan yang lain mau ngomong penting sama kamu," bujuk Indra.

Meskipun Daniel terus menolak karena kesibukan pekerjaannya, Indra terus meyakinkannya. Setelah bujukan panjang dan alot, Daniel akhirnya menghela napas dan bersedia untuk segera pulang ke Indonesia.

"Jadi kapan kamu mau pulang?"

"Lusa deh aku pulang, janji. Atau kalau bisa setelah kerjaanku selesai ini aku langsung pulang." 

Daniel menjawab dengan malas, lalu langsung mematikan teleponnya.

Indra menatap ponselnya yang kini kembali sunyi. Setelah memastikan panggilan sudah berakhir, ia menyimpan ponselnya lagi ke saku.

"Gimana Mas?" tanya Zora setelah ia melihat Indra selesai menelepon.

Indra menghampiri istrinya dan yang lain lalu duduk di sebelahnya.

"Di Australia sana Daniel lagi sibuk sama kerjaannya, tadi dia nolak terus loh dengan alasan pekerjaan. Tapi akhirnya setelah Mas terus bujuk dia bersedia buat pulang ke Indonesia. Dia bakal pulang lusa," jelas Indra.

Zora menghela nafas lega. "Syukur deh kalau dia mau pulang ke Indonesia. Kita bisa tanya-tanya ke dia tentang ini semua," katanya.

Tapi Kaesang terlihat termenung. Pandangannya tertuju ke bawah, seakan sedang memikirkan sesuatu. Ia tidak merespon saat keluarganya berbicara dan akhirnya menoleh ke arahnya.

"Kae," panggil papa Indra setelah melihat Kaesang yang terus diam.

Kaesang mengangkat wajahnya menoleh ke Papanya. "Aku masih sangat yakin kalau orang ini beneran Om Daniel. Tapi setelah melihat dia mau untuk pulang aku kok jadi ragu ya. Kalaupun dia pelakunya nggak mungkin lah dia mau pulang ke Indonesia. Dia pasti akan cari cara buat nolak. Iya kan? Tapi ini enggak," katanya.

"Kamu bener Yang. Aku bukannya mau ngebela Daniel ya, tapi dari dia yang selama ini perhatian banget ke aku dan ngasih aku banyak barang aku juga jadi nggak yakin kalau orang ini itu Daniel. Selama ini yang aku lihat dari dia itu bukan dia yang kasar atau gimana-gimana gitu. Dia itu selama ini baik banget sama aku dan keluargaku," kata Tyas.

Kaesang menoleh ke Tyas, matanya menyipit tajam. "Jadi, selama ini Om Daniel baik banget sama kamu?" tanyanya, nada suaranya sedikit menekan.

Tyas mengerutkan kening. "Kok pertanyaan kamu gitu?" tanyanya heran.

Kaesang menggeleng, wajahnya tampak masam. Jelas-jelas ia terpaksa. "Nggak ada. Cuma nanya!" jawabnya ketus, lalu memalingkan wajah.

Tyas menggeleng, lalu menghela napas panjang. "Kan aku udah pernah cerita sama kamu soal Daniel. Kok kamu kesannya kayak..." Tyas ragu untuk melanjutkan ucapannya.

Kaesang menoleh cepat ke Tyas. Tatapannya masih tajam, bahkan lebih tajam dari tadi. "Kayak apa?!" tanyanya, suaranya sedikit meninggi.

Tyas dan yang lainnya terperangah melihat Kaesang yang tiba-tiba marah. Lalu mama Zora menimpali, "Kae, kamu kok tiba-tiba marah sih? Kenapa?" tanyanya tidak mengerti.

"Iya Kae, kamu kok tiba-tiba marah, perasaan dari tadi nggak ada yang bikin kamu marah deh," sahut papa Indra.

Tyas tahu persis apa yang membuat suaminya kesal. Ia tersenyum tipis, meraih tangan Kaesang, lalu mencium punggung tangannya. Mama Zora dan Papa Indra tertegun melihatnya. Mereka saling berpandangan.

"Aku tau kenapa kamu marah kayak gini," kata Tyas sembari tersenyum tipis.

"Hmm, kamu... cemburu kan aku bilang Daniel itu baik sama aku dan keluargaku?" goda Tyas, senyumnya mengembang, matanya berbinar.

Kaesang dibuat tak berdaya oleh senyum manis Tyas. Ia memang lemah terhadap senyum dan perlakuan manisnya.

"Ah kamu nggak seru, Dear. Tadinya aku mau ngambek loh, tapi kamu kok malah cium tangan aku kan aku jadinya baper ya," kata Kaesang terdengar manja.

Tyas tertawa. "Ya ampun Suamiku sayang, kok pakai ngambek ngambek segala sih? Kayak anak kecil aja," balasnya.

Kaesang mengerucutkan bibirnya, sedikit kesal. Tapi di mata Tyas, raut wajahnya itu justru terlihat lucu."Kayak anak kecil gini tapi kamu cinta kan?" tanyanya bangga.

Mama Zora dan Papa Indra tersenyum geli menyimak obrolan Kaesang dan Tyas. Mereka sama sekali tidak menyangka jika Kaesang akan se-bucin itu kepada Tyas. Mereka amat sangat senang, tentu saja.

Dengan lembut Tyas mengangguk. Senyum manisnya masih terukir di bibir. "Iya, laki-laki yang paling aku cintai di dunia ini cuma kamu. Nggak ada yang lain," katanya tulus.

"Eh, tapi ada laki-laki lain yang aku cintai sih selain kamu," kata Tyas tiba-tiba.

Awalnya Kaesang bahagia mendengar kata-kata Tyas, tapi begitu mendengar Tyas menyebut lelaki lain yang dicintainya, mata Kaesang langsung melebar tak percaya.

"Siapa cowok brengsek yang kamu suka selain aku?!" tanya Kaesang, suaranya sedikit bergetar. Tatapannya tajam, melotot—penuh intimidasi. Jantungnya berdebar-debar.

Tyas merasakan kecemburuan Kaesang. Ia bahagia karena Kaesang mencintainya, tapi juga merasa bersalah karena telah membuatnya cemburu.

"Ayah aku Yang. Aku mencintai laki-laki lain selain kamu itu ya Ayah aku. Kadang cinta pertama anak perempuan itu ayahnya sendiri loh. Kamu nggak tahu?" tanya Tyas, sedikit menggoda.

Kaesang hanya diam. Mama Zora dan Papa Indra, yang mendengarnya, tersenyum simpul. Mereka saling pandang, lalu mengangguk-angguk.

"Kamu pinter banget sih Yas! Bisa bikin Kaesang cemburu setengah mati," puji Mama Zora, senyumnya masih mengembang.

Tyas menoleh ke mama Zora, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia terkekeh kecil. "Hehe, tadinya sih aku cuma ngomong yang sebenarnya aja. Tapi melihat Kaesang yang cemburu aku jadi punya ide buat bikin dia makin cemburu. Salah satunya ya dengan aku ngomong soal laki-laki lain tadi. Lucu tahu melihat Kaesang yang cemburu," katanya.

Bibir Kaesang mengerucut, makin cemberut melihat Tyas dan Mama Zora tertawa lepas, mengejeknya. Mereka seperti dua sahabat karib yang asyik bergosip, membicarakan pria lain.

"Seneng banget kamu kayaknya lihat aku cemburu kayak gini," ucap Kaesang masih terdengar kesal.

Tyas dan mama Zora yang masih asyik mengobrol langsung menoleh ke Kaesang. Senyum Tyas yang tadinya merekah tiba-tiba memudar. Ia meraih kedua tangan Kaesang, tatapannya serius, tertuju penuh pada Kaesang.

"Kamu dengerin aku ya. Pria di dunia ini yang aku cintai cuma kamu dan ayah aku. Kalian punya tempat yang spesial di hati aku. Maaf ya kalau tadi aku udah bikin kamu cemburu, tapi kamu nggak usah ragu sama aku. Aku nggak akan pernah melirik pria lain selain kamu. Aku cinta sama kamu Kaesang," ujar Tyas, suaranya lembut dan tulus.

Pipi Kaesang memerah, hatinya berbunga-bunga mendengar pengungkapan cinta Tyas. Ia sangat bahagia, senyumnya mengembang perlahan. Dengan lembut, ia mengangkat tangan Tyas yang masih menggenggam tangannya, lalu mencium punggung tangan itu.

"I love you too, Dear. You are my world now, the star of my life," ucap Kaesang dengan wajah berbinar.

Tyas tersenyum lebar mendengar pernyataan itu. "Kamu tahu, kadang aku merasa beruntung banget bisa jadi istri kamu. Setiap hari bersamamu itu seperti mimpi yang jadi kenyataan," kata Tyas, sambil memandang dalam ke mata Kaesang.

Indra dan Zora yang menyaksikan momen itu merasa terharu. Mereka saling berpandangan, kebahagiaan terpancar di wajah mereka. "Kalian benar-benar pasangan yang serasi," kata Papa Indra, menepuk bahu Kaesang dengan bangga.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!