⛔:TYPO BERTEBARAN
Velisa adalah gadis berusia 22 tahun.Setelah lulus kuliah Velisa di jodohkan oleh ayahnya dengan anak dari sahabatnya. Dengan ikhlas Veli menerima permintaan Ayahnya. Namun selama pernikahannya Veli tidak pernah di anggap oleh suaminya sendiri.
Dewanga Raharja adalah seorang CEO dengan kepribadian yang dingin, cuek dan ketus, suami dari Velisa.
*******
"Veli....!!".Suara teriakan dari Dewa yang baru pulang dari Kantornya mengema di Ruang tamu.
"Kenapa mas?" jawab Veli dengan setengah berteriak dari Dapur berjalan terburu buru menghampiri suaminya."Mas sudah pulang.Mau makan, aku siapin sekarang ya" ucap Veli dengan suara lembutnya dan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Nggak perlu!" jawab Dewa dengan ketus."Nanti malam Mama sama Papa mau kesini," lanjutnya seraya berlalu menuju kamarnya dilantai atas.
"Sebegitu sulitkah kamu menerimaku dihidupmu, sudah 7 Bulan lebih kita menikah. Tapi sikapmu selalu dingin dan acuh dengan keberadaanku." Lirih ve
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfiatus.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Sedangkan disisi lain.
Terlihat seorang pria yang tengah mondar-mandir diruang tamu, sambil mulutnya mengomel menunggu kepulangan istrinya. Bima sudah pulang sedari tadi, sedangkan istrinya belum juga pulang, padahal ini udah sore.
Entah kenapa, dia kok jadi gelisah mendengar perkataan Bima yang mengatakan istrinya jalan sama cowok lain.
"Kemana sih wanita itu! Beraninya dia keluar rumah tanpa seizin ku, sebenarnya dia kemana sih?" gumam Dewa kesal, sambil mondar-mandir tidak jelas.
Lalu tiba-tiba, Dewa menghentikan tingkahnya. Dia heran dengan dirinya sendiri
"Sebenarnya, ada apa denganku. Kenapa aku jadi gelisah sendiri, seakan-akan aku tidak rela Veli jalan dengan pria lain." Kalang kabut dengan pikiranya sendiri.
"Tidak mungkinkan aku cemburu?" frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
Lalu tiba-tiba
cklek
Pintu terbuka, dan masuk lah sesosok wanita cantik. Dengan wajah yang terlihat bahagia, wanita itu melangkah masuk. Namun dikejutkan dengan keberadaan Dewa, yang tiba-tiba berdiri di hadapanya, menatap dengan sorot mata tajamnya, dengan tangan yang terlipat di dada.
"Dari mana saja kamu? keluar rumah tanpa seizinku! Dasar tidak tau diri!" Dewa bertanya dengan ketus.
Hati veli tersa sesak mendengar kalimat tidak tau diri, yang di lontarkan suaminya.
Namun, Veli berusaha menguatkan hatinya. Dia tidak boleh lemah.
Veli memberanikan diri, mendongak menatap datar wajah suaminya. Jika biasanya, dia menatap Dewa dengan lembut dan senyum hangat, namun sekarang sudah tidak berlaku.
"Bukanya, setiap aku meminta izinmu, kamu tidak pernah menggubrisnya? Lantas, kenapa sekarang kamu bertanya seprti itu? kamu lupa, dengan ucapan mu tempo hari?" wanita itu tersenyum sinis.
"Waktu itu, kamu bilang. kalau mau pergi, pergi aja. Gak usah minta izin-izin segala, karena menurutmu itu tidak penting bukan?" lanjutnya dengan tersenyum miris,
Degg
Dewa teringat kejadia beberapa hari yang lalu, dia pernah mengatakan hal itu. Saat istrinya meminta izin, hendak pergi ke supermarket. Dengan tingkah angkuhnya dia berkata
kalau mau pergi, ya pergi aja. Gak usah minta izin segala, mau kamu pergi gak usah balik kek, aku gak peduli. Gak penting juga buat aku!
Begitulah kata-kata pedas yang di ucapkan Dewa. Dan masih teringat jelas di fikiran Veli.
"masih ingat kan? jadi percuma kan aku meminta izinmu? karena gak penting!" veli berucap dengan menekankan kata-kata terakhirnya.
Lalu Veli melangkah kakinya menuju kamar, melewati Dewa yang terdiam membisu.
*
*
Wanita itu memasuki kamarnya. Menumpahkan air matanya yang sejak tadi ia tahan, karena tidak mau terlihat lemah di depan suaminya.
"Sebenarnya aku tidak mau bersikap seperti ini Mas, tapi kamu sendiri yang membuatku harus melakukannya." Gumam Veli dengan bibir bergetar
Veli segera menghapus airmatanya. setelah dia sedikit tenang, Veli bergegas membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
*
*
Sedangkan di lantai bawah. Dewa, tampak duduk termenung di ruang tamu.
Seperti ada yang berbeda dengan istrinya itu, kenapa dia bisa seberani itu, padahal jika biasanya dia marah maka Veli hanya diam menunduk, berbeda dengan sekarang.
"Ada apa denganya? ck..! untuk apa aku peduli!" Dewa berdecak kesal
"Tapi, tidak bisanya dia berkata datar, dan menatapku tanpa senyum? apakah dia sudah bosan denganku?"
"Sial...! kenapa aku jadi kepikiran wanita itu?"Dewa mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Gak, aku gak boleh mikirin dia!" gumam Dewa.
TBC.