Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mainan Baru?
Siang hari Sonny melakukan pertemuan dengan rekan kerjanya di salah satu restoran ternama.
Kedua pembisnis itu terlihat tengah menikmati makanan yang disajikan sambil mengobrol-ngobrol santai setelah membahas masalah pekerjaan.
Lelaki berbeda generasi itu sudah beberapa kali bertemu, seharusnya yang menghadiri pertemuan ini adalah Ayahanda dari Sonny. Tetapi mengingat orang tuanya tengah menikmati liburan bersama meimei maka Sonny lah yang harus menghadiri jamuan itu.
"Sepertinya sudah lama sekali ya kita tidak bertemu" Ucap lelaki paru baya bernama Hans.
"Saya rasa juga begitu, mungkin sekitar enam bulan yang lalu" Tebak Sonny.
Lelaki tua itu tergelak membenarkan tebakkan pria muda di depannya.
"Hahaha..... Benar, ternyata kamu masih ingat juga"
Sonny tersenyum tipis sambil terus menyantap makanan di atas piring miliknya.
"Oh ya, bagaimana kabar anakmu?" Tanya Hans membahas topik lain.
"Baik, dia senang liburan bersama mamah dan papah" Ujarnya.
"Benarkah? Oh.. Pantas saja Tuan Bram tidak bisa hadir, saya pikir ada halangan apa ternyata sedang menemani cucunya berlibur" Sahut Hans.
Sonny mengangguk sambil membersihkan sisa-sisa makanan di bibirnya menggunakan tissu.
"Saya dengar anak anda yang pertama sudah melahirkan, saya ucapkan selamat atas kelahiran cucu pertama anda" Kata Sonny memberi selamat pada pria itu.
"Hahaha.... Terimakasih terimakasih, rupanya anda juga tau tentang berita anak-anakku" Balasnya.
Sonny tersenyum kaku, "Hanya sedikit, lagipula beritanya ada dimana-mana. Wartawan pasti akan selalu menyoroti kehidupan para pengusaha"
"Benar, begitu juga dengan beberapa berita seputar keluarga Ganiadi. Kebanyakan mereka membahas tentang kehidupanmu, mereka menyoroti statusmu yang masih betah sendiri sampai sekarang" Ujarnya memberitahu.
Sonny tertawa singkat, ia memang pernah mendengar berita tentang dirinya namun Sonny tidak menyangka ternyata banyak juga orang-orang yang mengetahui informasi seperti itu.
"Hahaha.... Itu sangat konyol, saya rasa tidak ada manfaatnya membuat berita demikian" Kata Sonny.
"Tapi serius Tuan Sonny, apa anda benar-benar masih sendiri hingga saat ini? Apa tidak ada wanita yang ingin anda dekati?" Celetuk Hans, rasa penasaran pria tua itu makin menjurus saja.
Sonny menghela nafas dalam, ujung-ujungnya ia tahu orang akan selalu bertanya tentang wanita.
"Saya tidak bisa menjawabnya untuk saat ini, mungkin dikemudian hari"
"Oh ayolah... Jangan seperti itu" Keluh Hans.
"Tapi jika memang tidak ada, apakah anda berkenan saya perkenalkan dengan putri bungsu ku? Kebetulan dia baru pulang dari Swiss" Tawarannya.
Ternyata dari balik rasa penasaran tersebut ada sesuatu yang ingin pria tua itu ungkapkan, lagi dan lagi Sonny mendapat tawaran berkenalan dengan putra-putri para rekan kerja Ayahnya.
"Anda pasti bercanda Tuan Hans, putrimu tidak cocok diperkenalkan kepada seorang pria yang sudah memiliki anak seperti ku" Tolak Sonny dengan halus.
Hans langsung melambaikan tangannya tanda tidak setuju, "Memangnya kenapa kalau sudah memiliki anak? Tidak masalah bukan? Asalkan tidak memiliki istri"
"Itu..... " Sonny tak bisa membalas, jika ia mengakui dirinya sudah mempunyai istri maka pernikahannya dan Arin akan terbongkar, Sonny tau Arin belum siap mempublikasikan pernikahan mereka.
"Jika ada waktu saya akan kenalkan kalian berdua, nanti saja atur atur dulu saja. Takutnya kalian masih sibuk saat ini" Lanjut Hans.
Sonny tak menjawab, hanya bisa diam mendengarkan semua ucapan lelaki tua ini. Menolak pun akan terkesan tidak sopan, namun jika Sonny menyetujui itu sama saja ia memberi peluang bagi wanita lain.
***
Di teras rumah Arin terlihat dua wanita cantik yang tengah duduk sambil menikmati minuman dingin di siang hari yang terik.
Sedangkan ketiga lelaki yang lain sibuk menonton acara pertandingan olahraga di televisi.
Arin dan Via nampak menyesap minuman mereka masing-masing, sambil mencari angin sepoi-sepoi.
"Rumah itu milik lelaki yang kamu perkenalkan sama aku ya Rin?" Ucap Via melihat rumah yang terletak di depan rumah saudarinya.
"Iya, itu rumah mas Sonny"
"Kok sepi? Pada kemana?" Tanyanya lagi.
"Mas Sonny kerja, kalau anaknya lagi liburan bareng orang tua mas Sonny"
Via mengangguk mengerti, ia mengamati rumah mewah itu. Sangat indah dari rumah-rumah yang lain, tetapi sayang bak rumah kosong yang tak berpenghuni.
"Kamu pernah masuk ke rumahnya?" Seru vVa.
Arin menoleh dan menganggukkan kepala, "Pernah, kalau ada urusan aja" Jawab Arin jujur.
"Kamu bilang anaknya dititipkan sama kamu, memang anaknya umur berapa? Kok masih dititipkan segala?"
"Umurnya masih empat tahun, dia udah ditinggal Ibunya karena meninggal semenjak melahirkan" Tampak raut terkejut dari air muka Via. Ia sampai menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Ya ampun kasihan sekali, padahal kalau sudah seperti itu seharusnya mas Sonny segera mencari pendamping baru" Cecar Via membuat Arin terjaga mendengarnya.
"Kenapa?"
"Ya biar anaknya ada Ibu sambung, biar ada yang ngurusin juga" Jawabnya santai.
"Tapi bisa saja mas Sonny belum siap menikah karena takut salah mendapatkan istri sekaligus Ibu sambung yang baik untuk anaknya" Ujar Arin merahasiakan fakta jika Sonny sudah menikah dengan dirinya, ia pun diam-diam bermaksud membela sang suami.
"Iya sih, tapi kasian kalau cuma dititipin sama orang tua atau babysitter. Dia juga pasti butuh sosok Ibu sungguhan" Jelas Via.
Arin diam, dalam hati ia membenarkan ucapan saudaranya. Tapi juga tak menyalahkan Sonny, arin tau rasanya ditinggal oleh orang tercinta, butuh waktu untuk melupakan dan mencari pengganti yang baru.
"Tapi aku salut sih, empat tahun itu lumayan lama loh. Tapi mas Sonny tetep bisa menahan hasrat lelakinya" Celetuk Via menjurus ke arah yang lebih pribadi.
"H-hasrat lelaki??" Gumam Arin bingung.
Via mengangguk sambil sesekali meneguk minumannya, "Iya, lelaki yang pernah menikah pasti punya hasrat tersendiri. Lelaki cenderung lebih sensitif dibanding wanita jika dalam hal ini, orang yang pernah merasakan pengalaman bercinta pasti memiliki keinginan untuk melakukannya lagi. Tapi jika sudah ditinggal pasangannya ia pasti menahan hasrat yang tidak bisa disalurkan" Imbuh Via panjang lebar.
Jleb!
Perkataan terakhir Via mengingat Arin pada kejadian kemarin malam, persis seperti yang Sonny katakan. Apa maksud Sonny mengatakan itu sama halnya dengan yang Via katakan saat ini??
"Emangnya kamu gak pernah menahan hasrat semenjak bercerai?" Bisikan Via pelan.
Pipi Arin memerah bak tomat yang baru matang, Arin memang tak pernah merasakan hal demikian karena selama berpisah ia sibuk mengobati rasa sakit di hatinya.
"Tapi gak tau juga sih, siapa tau mas Sonny memiliki wanita bayaran untuk memuaskan nafsunya" Seloroh Via tiba-tiba.
Jantung Arin berdetak kencang, wanita bayaran?? Hatinya mendadak gelisah dan tak tenang.
"W-wanita bayaran??"
"Hmm... Di Ibukota tuh banyak sekali yang seperti itu, udah gak aneh lagi. Makanya kalau lelaki gak punya tempat untuk memuaskan hasratnya maka enggak jarang ia akan mencari tempat lain"
"Makanya, aku selalu rutin melakukan hubungan intim dengan suamiku. Biar dia gak kabur-kaburan cari mainan baru" Bisik Via terkekeh sendiri.
Berbeda dengan Arin yang kini justru diam mematung.
•
•
•
•
Duh Gak Semangat Nih Karena Yang Votenya Sedikit😭😭