Hukuman utk penabrak ternyata tidak bisa menyentuhnya, dengan angkuhnya pria itu menutupi kasus tabrakan dengan sejumlah uang. Akan tetapi adik korban tidak menyetujuinya, justru memaksa penabrak menikahi anak korban, Salma. Dengan terpaksa Kavin, pria arogan menikahinya.
Rasa benci kepada si pelaku sudah tertanam di hati Salma namun sayang tidak bisa dilampiaskan. Karena Kavin sudah meninggalkan acara akad nikah, sebelum mereka berdua akan di pertemukan. Tragis nasib Salma dan Kavin yang tidak tahu jelas nama dan wajah pasangannya.
"Baguslah kalau perlu mati dijalan sekalian! Salma tidak perlu melihat pria itu!!" emosi gadis itu.
Doanya seketika terkabul, tapi apa yang mati??
Akankah nikah paksa tiga tahun lalu terkuak setelah sekian lama Salma dan Kavin tidak bertemu? Dan sekarang di pertemukan kembali sebagai Bos dan Karyawan.
Ini bukan kisah romantis, tapi kisah dua orang yang saling membenci. Apakah mereka melanjutkan rumah tangganya? atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Bisnis
Hotel TRC
Hotel bintang lima yang berada di kawasan Jakarta Selatan, SCBD menjadi pilihan Kavin bersama rekan bisnisnya untuk melakukan meeting, tepatnya di restoran hotel tersebut.
Kavin jalan berdampingan dengan Ari sang asisten lalu Merry sang sekretaris senior, posisi Kavin berada di antara mereka berdua.
Lalu di manakah Salma, gadis itu berada di antara mereka bertiga. Lagi dan lagi keberadaan Salma menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di lobby hotel, bagaimana tidak jadi pusat perhatian, aura gadis itu sudah bagaikan artis atau model...terlalu cantik. Dan seperti biasa gadis itu memasang wajah datarnya, menghiraukan tatapan memesona khususnya dari kaum pria.
Melihat mata para pria yang terpesona akan sesuatu, Kavin menoleh ke belakang, ternyata mata-mata pria tersebut tertuju pada gadis yang ada tak jauh dari dirinya.
Pria itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, untungnya Salma langsung mengerem langkah kakinya kalau tidak akan terjadi tabrakan mendadak seperti Alya dan Erick.
“Ari minta tisu,” pinta Kavin sambil menatap wajah Salma. Bukan Ari yang memberikan tisu, justru Merry yang memberikan tisu miliknya.
Berhenti jalan hanya untuk minta tisu aja......batin Salma.
“Ini tisunya, Tuan Kavin,” Merry menyodorkannya.
Kavin langsung meraih tisu dari tangan Mery. “Hapus lipstik kamu, sekarang juga,” perintah Kavin sambil menyodorkan tisu. Merry dan Ari terkesiap melihatnya.
“H-hapus...hapus lipstik,” sungguh perintah Bos yang sangat aneh menurut Salma.
“Cepat hapus sekarang juga, atau perlu saya yang menghapuskannya!” bentak Kavin.
Salma langsung meraih tisu dari tangan Kavin dengan wajah herannya. Apa yang salah dengan lipstiknya, bukankah hal yang biasa jika wanita bekerja memakai lipstik di bibirnya, bukan hanya sekedar memberi warna cerah untuk wajah wanita dan menjadi cantik, tapi agar tidak terkesan pucat di wajah.
Gadis itu agak susah menghapus lipstik di bibirnya, karena lipstik yang di pakai mode tahan lama 8 jam. Sungguh geram Kavin melihat Salma sedang menghapus lipstik di bibirnya.
“Warna lipstiknya tidak bisa cepat di hapus Tuan, karena tahan lama,” ujar Salma, sambil meremas bekas tisunya.
Kavin berdecak kesal.“Ck...lain kali jangan pakai lipstik kalau kerja!!” Pria itu kembali melangkahkan kakinya.
Bisa-bisanya dia jadi pusat perhatian para laki-laki, mau jadi cewek penggoda apa!!...kesal batin Kavin.
Tadi istrinya yang tidak memperbolehkan memakai make up, sekarang suaminya tidak boleh aku pakai lipstik, sungguh pasangan yang aneh, ada ya yang kaya begitu...batin Salma.
Padahal gadis itu pakai lipstik berwarna nude, bukan warna merah merona, kenapa Kavin jadi mempermasalahkan tentang lipstik ke Salma.
“Ini baru hari pertama kerja, bagaimana dengan hari esok, dan esoknya lagi,” gumam Salma pelan.
Pelayan restoran sudah menyambut mereka semua, dan mengarahkan ke ruangan VIP tempat pertemuan mereka, ternyata rekan bisnis Kavin sudah hadir duluan.
“Apa kabar Pak Kavin,” sapa Robert, sambil mengulurkan tangannya
“Baik Pak Robert,” jawab Kavin, menyambut uluran tangan Robert untuk berjabat tangan.
“Silahkan duduk,” ujar asisten Robert.
Duduk sesuai dengan formasi seperti biasa, tapi buat Salma yang tidak tahu hanya patuhi yang di perintahi oleh Merry, gadis itu duduk agak menjauh, sedangkan Merry duduk di samping Kavin, sudah seperti layaknya istri buat Bosnya.
Robert rekan bisnis Kavin sungguh terpesona dengan Salma, pria yang umurnya tidak jauh dengan Kavin, seorang duda kaya.
“Baik Pak Robert, pertemuan siang ini kita mulai,” ujar Ari, yang membuka pertemuan bisnis tersebut.
Perbincangan pun mulai berlangsung antara Kavin dan Robert, tugas Merry menyiapkan dokumentasi yang di butuhkan saat itu, serta mencatat hal-hal yang penting saat pembicaraan tersebut. Dari kejauhan Ari melirik Salma yang hanya duduk berdiam diri, namun gadis itu memegang notebook serta pulpen, terkadang dalam diamnya gadis itu menulis di atas notebooknya.
“Pak Kavin, dia siapa?” di sela-sela pembicaraan bisnis, Robert ingin tahu siapa gadis cantik itu, akhirnya pria itu menunjuk ke arah Salma.
“Oh dia sekretaris saya yang baru, Pak Kavin,” jawab Kavin, sambil menoleh ke arah Salma.
“Pantas saja sedari tadi diam saja, saya permisi sebentar Pak Kavin,” ujar Robert.
Kavin hanya tersenyum tipis. Robert sebagai pria yang terpesona dan ada rasa ingin tahu, beranjak dari duduknya, kemudian memutari meja.
Pria yang cukup tampan itu kini berdiri di hadapan Salma, lalu mengulurkan tangannya. “Perkenalkan, saya Robert,” ujar pria itu dengan senyum di wajah tampannya.
Salma terlihat tenang, gadis itu beranjak dari duduknya, lalu menyambut tangan Robert. “Saya Salma, sekretaris juniornya Pak Kavin,” jawab Salma, menyambut perkenalan dari Robert.
“Senang berkenalan dengan wanita cantik ini,” puji Robert, yang sudah tersihir dengan kedua netra Salma, pria itu masih belum melepaskan jabatan tangannya. Sedangkan mimik wajah Salma dingin tanpa ekspresi.
Rahang pria angkuh itu mulai mengeras, giginya sudah menggeratak melihat adegan yang tak di sangka di depan matanya, melihat bagaimana rekan bisnisnya menatap gadis itu penuh damba, dan bagaimana melihat rekan bisnisnya masih menggenggam tangan gadis itu, sungguh benci sekali Kavin melihat Salma seperti itu.
Dasar cewek gatal....kesal batin Merry, melihat Robert menghampiri Salma. Sedangkan dia tidak pernah di perlakukan seperti itu.
Ari langsung membaca kondisi Tuannya. “Pak Robert bisa kita melanjutkan meetingnya?” tanya Ari.
Robert melepaskan jabatannya lalu tersenyum hangat kepada Salma. “Silahkan duduk kembali, Salma,” ujar Robert, lalu pria itu kembali ke tempat duduknya semula, dalam kondisi tersenyum berseri-seri. Semakin memanas hari Kavin, entah kenapa.
Dihampiri oleh pria, hal itu sering terjadi bagi Salma, apalagi ketika dia bekerja sebagai SPG. Sudah berapa ratus pria yang menghampirinya, tapi buat gadis itu biasa saja, anggap saja orang lewat. Begitu pula dengan perlakuan Robert, buat Salma hal yang biasa saja tidak ada istimewanya.
Sembari pertemuan bisnis, pelayan restoran mulai menyajikan makanan untuk di nikmati. Dan seperti biasa Merry membuat dirinya seakan seorang istri yang menyiapkan makanan untuk Kavin. Ujung ekor mata Kavin melirik ke arah Salma, terlihat Salma tidak tergugah sedikit pun untuk menatapnya, paling tidak menoleh ke arahnya, padahal masih satu meja walau hanya terpisahkan oleh beberapa kursi saja.
“Pak Kavin, sepertinya selain membicarakan proyek kerja sama kita. Kayaknya saya tertarik untuk mengenal lebih jauh dengan sekretaris baru Pak Kavin,” ungkap Robert, langsung to the point tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, apalagi pria itu sudah lama menduda. Kalau kata orang...Robert jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Salma.
DEG
Hati Ari terkejut dengan ucapan Robert.
Gadis itu istri kedua Tuan Kavin, Pak Robert! ingin sekali Ari mengatakan hal itu, tapi hanya bisa di batin saja.
Dari duduknya Salma mendengar jelas ucapan Robert.
“Ooh...silahkan saja Pak Robert jika ingin mengenal jauh tentang Salma, hanya saja saya wanti-wanti saja sepertinya sekretaris saya yang baru ini banyak teman prianya. Jadi kalau menurut saya lebih baik Pak Robert pikir ulang jika ingin mengenal seorang wanita, lebih baik mencari wanita yang berkelas yang sepadan dengan kita Pak Robert, jangan hanya melihat wajah cantiknya saja. Siapa tahu wajah cantiknya itu hanya kedok belaka, padahal dia wanita pengincar harta kita saja,” jawab Kavin dengan suara agak meninggi, agar terdengar jelas di telinga Salma, lalu menatap tajam ke arah gadis itu.
*bersambung.......perkara di mulai 😤😤😡
Kakak Readers jangan lupa tinggalkan jejaknya 👣👣
"Cantikmu hanyalah tipuan untuk para pria, Salma*!!"
"Silahkan hujat saya sepuas hatimu, Tuan Kavin!"