Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Silas dan Bella masuk kedalam ruangan Kiara, setelah dokter mengatakan banyak hal tentang kesehatan Kiara kini timbul perasaan bersalah yang sangat besar dihati Bella untuk putrinya. Kiara terbaring lemas di bed pasien, wajahnya pucat sekali. Dokter mengatakan jika sakit Kiara tidak bisa dianggap tenang lagi, cukup membahayakan bagi kesehatan Kiara seterusnya.
"Kita harus melakukan yang terbaik untuk Kiara, Mas. Dia harus sembuh, seperti anak anak yang lain." Ucap Bella disaat Silas terus mengusap wajah Kiara.
Hanya terdengar helaan napas berat saja dari Silas untuk apa yang Bella katakan. "Kita bisa terus berusaha, Bella. Tapi, bagaimana kalau kau sendiri saja tidak menyayangi sepenuhnya Kiara."
"Maksudnya, Mas?"
"Aku tahu, sampai detik ini kau masih benci dengan Kiara. Karena Kiara adalah anak yang telah membuat kehidupanmu kacau, tapi tidak seharusnya kau memberikan kebencian pada dia yang tidak bersalah." Silas berusaha menjelaskan kepada Bella, sikap Bella hanya baik kepada Kiara disaat ada dirinya saja.
Tidak ada jawaban apapun dari Bella, hanya diam terus menatap Kiara. Tangan Bella saling mengepal erat satu sama lain, ada sedikit kesal dihati Bella kepada Kiara yang selalu saja membuat posisinya terancam dihati Silas.
"Jangan jadikan Kiara sebagai senjata agar aku mau menganggapmu istri sesungguhnya. Semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa untukku," Ucap Silas lagi, kali ini lebih tegas seolah sebuah peringatan.
Silas berlalu pergi menuju toilet mungkin saja ingin buang air kecil. Kepergian Silas membuat Bella seakan lega, karena Silas seakan menekan dirinya akan sesuatu yang sangat ia benci.
"Menyusahkan saja!" Bella duduk disofa dengan kedua tangan bersedekap didada, menatap malas Kiara yang belum sadarkan diri.
Semenjak mengetahui hamil dari hasil pemerkosaan membuat Bella sangat benci dengan Kiara. Untungnya Silas selalu saja mempertahankan Bella dalam keadaan apapun, meskipun Bella sendiri tidak menyayangi darah dagingnya sendiri.
"Kau menyayangi Kiara seolah anak kandungmu sendiri tapi kenapa kau tidak bisa terima aku?" Bella bertanya-tanya disaat Silas sudah keluar dari toilet.
Silas terlihat sibuk melepas jam tangan mahalnya , lalu melepas satu persatu kancing kemeja. Bella mengambil pakaian santai Silas yang memang sengaja ia bawa, karena merasa jika Silas akan menginap dengannya malam ini untuk menjaga Kiara.
"Mas, tadi kok aku nggak ada ngeliat mobil yang biasa Mas naiki?" Tanya Bella sembari menyerahkan kaos polos berwarna hitam kepada Silas.
Awalnya Silas menatap serius kearah Bella, wanita berumur 30 tahun itu menatapnya penuh tanda tanya. "Aku juga menghubungi Wendi, tapi kata dia kalau Mas tidak ada masuk ke Perusahaan satu harian ini." Ucap Bella lagi.
Silas hanya fokus memakai kaos polosnya, memberikan kemeja kotor tersebut ke tangan Bella. "Aku ada kegiatan lain disalah satu Perusahaan cabang dan_"
"Tumben Wendi tidak ikut, biasanya dia selalu ikut kemanapun Mas pergi?"
Salah satu hal yang paling tidak Silas sukai dari Bella adalah suka sekali memotong pembicaraannya. Seolah ingin menjebak saja, membuat Silas menjadi sedikit kesal sebenarnya.
"Jadi kau mencurigai aku?" Tanya Silas langsung saja pada intinya, ia menatap tajam Bella yang kembali menunduk.
Tangan Bella memegang erat kemeja Silas, ia menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Tidak, aku percaya dengan Mas kok.." Bella berbalik badan setelah mengatakan itu, ia ingin memasukkan pakaian kotor Silas kedalam paper bag yang lain.
"Aku mau pergi cari makan malam untuk kita dulu, kau jaga Kiara dengan baik." Ucap Silas, ia mengambil dompetnya lalu melangkah pergi. Bella hanya diam saja menatap kepergian Silas, semakin lama Silas semakin dingin. Tidak ada kehangatan sedikitpun untuk Bella, seolah memang mereka tidak akan pernah bisa untuk dekat.
Aroma parfum kemeja yang Silas gunakan sangat aneh di indra penciuman Bella. Tidak pernah Bella mencium aroma tersebut, tidak miliknya dan juga tidak milik Silas. Terus Bella mencium setiap sisi kemeja kotor tersebut, ia juga menemukan ada sehelai rambut panjang disana.
"Rambut siapa ini?" Bella mencoba mengingat setiap hal yang telah terjadi, ia baru teringat kalau tadi sempat berpelukan dengan Silas. Mungkin pada saat itu rambut Bella yang rontok menempel pada kemeja sang suami. "Aku rasa begitu, semoga saja.." Bella mencoba tidak berpikir macam-macam.
Sementara itu Silas menuju mobil dimana Alana berada, sebelum memanggil Alana Silas memastikan dulu tidak ada Bella mengikuti. Memastikan semuanya aman barulah Silas mengetuk jendela agar Bella tahu kedatangannya.
"Alana.." Silas melihat dari kaca jendela mobil jika Alana tengah tertidur pulas. Tiada henti Silas terus mengetuk jendela mobil hingga Alana tersadar dari tidurnya.
"Emm.. menganggu saja!" Padahal Alana baru saja tertidur tapi Silas sudah menganggu. Alana sudah sangat berharap jika Silas lebih lama lagi didalam Rumah Sakit sana. "Kenapa istrinya itu tidak menahan suaminya si?!" Alana kesal sekali, dengan malas ia membuka pintu mobil dengan bibir yang cemberut.
"Apa?" Kalau dari raut wajah Alana saat ini terlihat sekali jika tidak suka dengan Silas, tapi sejak kapan Alana pernah senang setiap bertemu Silas. Perpisahan lima tahun yang lalu telah mengubah seratus persen sikap Alana kepada Silas. Kalau Silas bisa mengubah waktu, mungkin ia sangat menginginkan kembali dimasa disaat Alana sangat menyukai dirinya.
"Kau belum makan malam bukan?" Tanya Silas sembari merapikan rambut Alana yang berantakan, terkadang mengelus pipi wanita cantik tersebut.
Alana enggan sekali sebenarnya makan malam bersama dengan Silas, tapi bagaimana perutnya sudah sangat lapar. Mungkin akibat olahraga singkat tadi membuat Alana sangat lelah dan sangat kelaparan.
"Ayo kita makan malam dulu, setelah itu baru kau boleh pulang ke Apartemenmu."
"Ha? Kau membebaskan aku?" Alana sudah sangat senang, apakah Silas mendapatkan jalan kebenaran disaat menemui Bella tadi.
"Tidak akan terjadi hal seperti itu, Alana. Jangan mimpi!" Bantah Silas cepat, ia mencubit gemas pipi Alana yang selalu saja memikirkan hal yang bukan-bukan.
"Lalu?" Alana sangat kesal, ternyata bertemu dengan istrinya juga tidak membuat Silas tersadar.
"Ambil pakaian mu dan segala barang-barang penting, karna kau mulai besok pagi akan tinggal di Mansionku."
"APA!!"