NovelToon NovelToon
23.55 "Lima Menit Sebelum Tengah Malam"

23.55 "Lima Menit Sebelum Tengah Malam"

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Wanita Karir / Trauma masa lalu
Popularitas:638
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Wahida

Sebuah kota kecil bernama Reynhaven, seorang pria ditemukan tewas di rumahnya, tepat lima menit sebelum tengah malam. Di pergelangan tangannya, ada tanda seperti lingkaran berwarna hitam yang terlihat seperti dibakar ke kulitnya. Polisi bingung, karena tidak ada tanda-tanda perlawanan atau masuk secara paksa. Ini adalah korban kedua dalam seminggu, hingga hal ini mulai membuat seluruh kota gempar dan mulai khawatir akan diri mereka.

Di lain sisi, Naya Vellin, seorang mantan detektif, hidup dalam keterasingan setelah sebuah kasus yang ia ambil telah gagal tiga tahun lalu hingga membuatnya merasa bersalah. Ketika kasus pembunuhan ini muncul, kepala kepolisian memohon pada Naya untuk kembali bekerja sama, karena keahliannya sangat diperlukan dalam kasus ini. Awalnya ia sangat ragu, hingga akhirnya ia pun menyetujuinya. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa kasus ini akan mengungkit masa lalunya yang telah lama dia coba lupakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petunjuk Baru

Begitu mereka masuk, pemandangan mengerikan menyambut mereka. Di tengah ruangan yang luas dan mewah, dengan sofa kulit dan meja kaca, seorang pria tergeletak di lantai. Tubuhnya penuh darah, dan mata kosongnya menatap langit-langit. Wajahnya pucat, dan ada bekas luka tusukan di dada kirinya.

"Mayat lagi?" bisik Rayyan dengan nada ngeri.

"Ini adalah mayat ke lima dalam tiga bulan ini," sahut Evan.

Evan segera berjongkok untuk memeriksa tubuh korban.

"Dia sudah mati. Dada kirinya... tusukan ini tampak dalam."

Rayna menutupi mulutnya dengan tangan, berusaha menahan mual. Naya, meskipun terbiasa melihat adegan seperti ini, merasa sesuatu yang berbeda kali ini. Suasana ruangan terasa terlalu dingin, terlalu sunyi, seolah-olah kematian masih mengintai.

"Rayyan, bawa siapapun yang bekerja di klub ini ke sini, sekarang!"

Seorang gadis muda di tuntun oleh Rayyan menuju ke arah Owen berada. Dia tampak kebingungan. Ketika masuk ke ruangan itu, dia melihat tubuh menejer nya tergeletak di kursi itu dan berteriak dengan kuat, menunjukkan ketakutannya.

"Siapa dia?" tanya Owen sambil memandang tubuh korban.

Salah satu pelayan yang berdiri gemetar di dekat pintu menjawab, "Dia... dia manajer kami. Pak Victor. Dia baru saja masuk beberapa menit lalu. Saya tidak tahu... siapa yang melakukan ini!"

Naya menghela napas panjang, mencoba meredakan ketegangan di dadanya.

"Kita perlu memanggil tim forensik. Tempat ini harus disterilkan."

Satu jam setelah penemuan mayat Victor, ruangan VVIP dipenuhi oleh para petugas forensik dan polisi. Di antara mereka, dr. Ranmor, seorang ahli forensik yang sudah sering bekerja sama dengan tim Naya, tengah memeriksa tubuh korban dengan serius.

"Sepertinya kita akan sering bertemu, Detektif Naya," sapanya sambil menatap tubuh Victor yang tergeletak di lantai.

"Yah, sayangnya, setiap pertemuan kita selalu diiringi dengan tragedi," jawab Naya sambil melipat tangan di dadanya. Tatapannya tetap fokus pada mayat di hadapannya.

Dr. Ranmor mulai memeriksa luka di dada kiri Victor dengan cermat. Wajahnya mengeras saat ia mengamati bekas luka tusukan itu.

"Ini menarik," katanya, suaranya penuh perhatian.

"Apa maksud anda?" tanya Owen yang berdiri di dekatnya.

"Luka ini bentuknya sangat rapi dan terukur," jawab Dr. Ranmor sambil menunjuk area luka.

"Tidak ada gerakan goyah atau tanda perlawanan di sekitar luka. Ini menunjukkan bahwa tusukan dilakukan dengan cepat dan sangat terampil. Jika aku harus menebak, pisau yang digunakan adalah pisau yang biasa dipakai untuk pelatihan taktis."

Evan, yang mendengar penjelasan itu, langsung menyela, "Pisau untuk pelatihan taktis? Kau maksud pisau yang biasa dipakai dalam pelatihan detektif atau militer?"

Dr. Ranmor mengangguk. "Benar. Ada banyak jenis pisau seperti itu, tapi ciri khasnya adalah bentuk bilah yang ramping dan tajam, dirancang untuk meminimalkan perlawanan saat menusuk. Ini bukan pisau dapur atau pisau bedah biasa."

Naya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia mengerutkan kening sambil memandangi luka itu.

"Jadi, kemungkinan pelaku memiliki pelatihan khusus?"

"Setidaknya, dia memiliki pengetahuan mendalam tentang teknik menusuk yang efisien," tambah Dr. Ranmor.

"Dan berdasarkan luka ini, dia tahu persis di mana harus menusuk untuk membuat korban tidak bisa bertahan lama."

Mendengar penjelasan Dr. Ranmor, Naya dan timnya berkumpul di sudut ruangan untuk mendiskusikan temuan itu.

"Kalau benar ini pisau pelatihan taktis, maka kemungkinan pelaku pernah mendapat pelatihan militer atau pelatihan yang serupa," kata Owen, memulai pembicaraan.

"Bukan hanya pelatihan. Cara dia melakukannya... ini bukan pekerjaan amatir," tambah Evan sambil mengusap dagunya, pikirannya berputar cepat.

"Ini menunjukkan bahwa dia sangat terampil dan percaya diri."

"Tapi itu tidak menjelaskan kenapa Victor menjadi target," sela Rayna.

"Apa yang membuat dia begitu penting?"

"Victor adalah manajer klub ini," jawab Rayyan.

"Mungkin dia tahu sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui. Kita perlu memeriksa latar belakangnya."

Naya mengangguk, tetapi matanya tetap terpaku pada tubuh Victor.

"Bukan hanya itu," katanya pelan.

"Ada sesuatu yang lebih besar di balik ini. Si pembunuh bayangan hitam tidak melakukan sesuatu tanpa alasan. Dia selalu punya motif."

"Dan ini membuat kita semakin yakin bahwa dia mengawasi setiap langkah kita," gumam Evan.

Naya menoleh padanya. "Kita tidak bisa membiarkan dia terus mengendalikan permainan ini. Kita harus menemukan pola atau petunjuk yang dia tinggalkan."

Setelah diskusi singkat, Naya kembali mendekati Dr. Ranmor yang masih memeriksa tubuh Victor.

"Dokter," panggilnya, "bisakah kita memastikan apakah pisau ini benar-benar berasal dari jenis tertentu? Mungkin ada jejak yang bisa membantu."

Dr. Ranmor berdiri dan melepas sarung tangannya. "Aku akan mencoba. Tapi biasanya, pisau pelatihan seperti ini memiliki karakteristik unik. Jika kita bisa menemukan residu logam atau bentuk luka yang lebih spesifik, kita mungkin bisa mempersempit pilihan."

"Berapa lama itu akan memakan waktu?" tanya Evan dengan nada mendesak.

"Beberapa jam, mungkin lebih. Aku akan mengirim hasil awal ke laboratorium malam ini."

"Baiklah," kata Naya sambil menghela napas. “

"Kami akan mencari tahu lebih banyak tentang Victor dan latar belakangnya. Tolong beri tahu kami jika anda menemukan sesuatu."

Setelah forensik selesai, tim Naya meninggalkan klub dengan kepala penuh pertanyaan. Mereka kembali ke kantor detektif untuk menganalisis temuan tersebut lebih lanjut. Namun, suasana di antara mereka terasa tegang.

Di dalam mobil, Evan mengemudi dengan ekspresi serius. Naya duduk di sampingnya, memandangi jalanan yang gelap.

"Jadi, kita sekarang berhadapan dengan seseorang yang mungkin memiliki pelatihan seperti kita," kata Rayna akhirnya, memecah keheningan.

"Ya, dan itu membuatnya jauh lebih berbahaya," jawab Naya tanpa menoleh.

Evan melirik Naya sekilas. "Anda terlihat lelah."

Naya hanya mengangkat bahu. "Aku lelah karena merasa kita selalu tertinggal satu langkah. Dia selalu tahu cara mengelabui kita."

"Jangan khawatir, kita akan mengejarnya," kata Evan dengan tegas.

Naya tersenyum tipis, meskipun hatinya masih diliputi kekhawatiran. "Yah, kau benar."

Beberapa jam setelah mereka tiba di kantor, sebuah email baru masuk ke komputer Naya. Ia membuka email itu dengan perasaan campur aduk, berharap ini adalah petunjuk yang mereka butuhkan.

Namun, isi email itu membuat seluruh tim terdiam.

"Aku tahu kau sedang mencariku. Tapi kau hanya akan menemukanku jika aku mengizinkannya. Seperti sebelumnya."

Naya mengepalkan tangan, matanya memancarkan kemarahan. "Dia bermain-main dengan kita lagi! Bajingan sialan!"

"Baiklah. Kita akan bergerak diam-diam. Kasus Astra Land akan tetap berjalan. Melihat bayangan hitam ini semakin meraja lela, membuat ku tidak dapat menikmati liburan dengan tenang bersama istri dan anakku. Kita akan menyelidiki ini kembali dan akan menangkan bajingan sialan itu!" kata Owen penuh semangat kepada anak buahnya.

Naya mengangguk, meskipun hatinya masih bergemuruh. "Benar. Dan kali ini, aku tidak akan membiarkan dia lolos."

Dengan semangat baru, mereka kembali bekerja, bertekad untuk menemukan pembunuh bayangan hitam dan mengakhiri permainan berbahaya ini.

Naya mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada seseorang.

"Aku membutuhkan bantuanmu, Ravin."

...To be continue ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!