NovelToon NovelToon
GrayDarkness

GrayDarkness

Status: tamat
Genre:Horor / Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Iblis / Romansa / Light Novel
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate. Dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya. Bagaimana perjalanan Gray untuk menjadi dewa dalam dunia fantasi yang dipenuhi bahaya dan kekuatan sihir ini akan berjalan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

004 - Tes Subjek

Dari posturnya, ia terlihat lebih tua dari Gray. Mungkin sekitar delapan atau sembilan tahun.

"Dimana aku?" tanya Gray, suaranya masih serak karena kelelahan.

Anak laki-laki itu menyilangkan tangan dan bersandar ke dinding sebelum menjawab, "Perkenalkan, namaku Jazul. Kita berada di dalam sel khusus—penjara bagi eksperimen yang berhasil."

Kata-kata itu membuat ingatan Gray kembali ke saat ia disuntik dengan cairan hitam pekat itu. Rasa sakitnya masih terasa samar dalam ingatannya, dan ia tidak akan pernah melupakannya.

"Aku Gray," katanya akhirnya. "Aku juga disuntik oleh ilmuwan gila itu."

Jazul mengangguk santai. "Jangan khawatir. Semua anak yang ada di sini sudah mengalaminya. Itu artinya kita adalah hasil eksperimen yang berhasil."

Gray mengedarkan pandangannya ke ruangan ini. Sekarang setelah matanya lebih terbiasa dengan kegelapan, ia bisa melihat bahwa di dalam ruangan ini ada sekitar delapan anak lainnya. Mereka semua terlihat lelah, ada yang duduk bersandar di dinding, ada yang tertidur di sudut, dan beberapa hanya menatap kosong ke lantai.

Mereka semua adalah anak-anak yang selamat dari eksperimen itu.

Gray mulai mengerti situasinya.

"Lalu... bagaimana dengan yang gagal?" tanyanya.

Jazul terdiam sebentar, lalu menghela napas. "Mereka mati. Atau..."

Gray menunggu jawabannya.

"Atau mereka berubah menjadi monster," lanjut Jazul. "Makhluk-makhluk kejam dan mengerikan yang kehilangan kesadaran. Mereka hanya tahu cara menghancurkan dan membunuh."

Mendengar itu, Gray tidak kaget. Ia sendiri merasakan dagingnya menggeliat saat disuntik. Jika ia tidak mampu bertahan, mungkin ia juga sudah berubah menjadi salah satu makhluk itu.

"Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanyanya.

Jazul menatapnya dengan ekspresi aneh. Seakan ia baru saja melihat sesuatu yang tidak masuk akal.

"Kau... tidak takut?"

Gray hanya menatapnya tanpa emosi.

"Apa gunanya takut?" jawabnya datar.

Jazul masih terkejut. Kebanyakan anak yang baru saja mendengar kebenaran ini akan panik, menangis, atau setidaknya terlihat khawatir. Tapi Gray?

Anak ini bertanya seolah-olah yang ia hadapi hanyalah masalah sepele.

Setelah beberapa detik, Jazul menghela napas dan tersenyum kecil. "Heh, anak yang aneh."

Ia mengangkat bahu. "Jawaban terbaik yang bisa kukatakan... kita menunggu."

Gray tidak membalas. Ia hanya kembali berbaring di lantai, menutup matanya, dan mencoba tidur lagi.

Jazul hanya bisa memandangnya dengan ekspresi tak percaya.

---

Waktu berlalu tanpa ada yang tahu sudah berapa lama.

Tiba-tiba, suara pintu besar kembali terbuka.

Gray yang sedang setengah tertidur membuka matanya sedikit dan melirik ke arah pintu. Seorang penjaga berdiri di sana, mendorong masuk seorang anak perempuan ke dalam ruangan.

Gray mengenali wajahnya.

Itu adalah anak perempuan yang sebelumnya berbicara dengannya di sel lama.

Pintu kembali tertutup dan terkunci. Anak perempuan itu berdiri dengan tubuh gemetar, matanya penuh ketakutan, seolah baru saja mengalami neraka yang sama seperti yang dialami Gray dan anak-anak lain di sini.

Tentu saja, Gray tidak peduli.

Ia hanya menutup matanya lagi dan kembali berusaha tidur.

Namun, di sisi lain ruangan, Jazul yang lebih ramah langsung menyambut anak itu.

"Aku Jazul," katanya.

Anak perempuan itu tampak sedikit ragu, tetapi akhirnya menjawab pelan, "Aku... Serlina."

Jazul mengangguk. "Selamat datang di sel para eksperimen yang selamat. Sekarang kau juga salah satu dari kami."

Dengan suara lirih, Jazul mulai menjelaskan keadaan di tempat ini, seperti yang ia jelaskan pada Gray tadi. Serlina mendengarkan dengan ekspresi yang semakin lama semakin pucat.

Saat Jazul akhirnya menyebutkan apa yang terjadi pada anak-anak yang gagal, Serlina tidak bisa menahan dirinya lagi.

Ia menangis.

Tubuhnya bergetar, air matanya mengalir tanpa henti, dan suara isakannya memenuhi ruangan.

Gray mendengar semuanya, tetapi tidak bereaksi.

Tak lama kemudian, pintu terbuka lagi. Seorang penjaga masuk membawa nampan berisi makanan.

Tanpa banyak bicara, ia meletakkan makanan itu di lantai, lalu pergi, membiarkan pintu kembali terkunci.

Semua anak segera bergerak untuk mengambil makanan mereka. Sup hangat dan roti.

Serlina makan sambil menangis, air matanya jatuh ke dalam mangkuk supnya.

Gray memperhatikannya sebentar, tetapi kemudian kembali fokus pada makanannya sendiri.

Setelah selesai, ia kembali ke sudutnya, berbaring, dan menutup mata.

Seperti sebelumnya, ia mencoba tidur.

Dan seperti sebelumnya, dunia di sekitarnya terus berjalan tanpa peduli pada dirinya.

Langit di luar laboratorium gelap seperti biasa, tidak ada matahari yang bersinar, tidak ada cahaya alami yang menerobos masuk ke dalam ruangan tempat anak-anak dikurung. Hanya dinding dingin dan bau kematian yang menyelimuti tempat ini.

Pintu besi berat terbuka dengan suara menggeram, menggema di dalam ruangan. Langkah kaki yang berat terdengar mendekat, dan semua anak-anak secara refleks mundur, kecuali Gray yang hanya duduk diam di sudut, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.

Masuklah seorang pria bertubuh besar dan berotot, dengan kepala botak berkilau di bawah cahaya lampu redup. Bekas luka panjang melintang di atas hidungnya, membuat wajahnya semakin garang dan tak kenal ampun. Matanya menatap anak-anak itu dengan penuh penilaian, seolah mereka bukan manusia, melainkan hanya barang eksperimen yang harus diuji ketahanannya.

Jordan Rottsch Bishop, salah satu petinggi Shadow Syndicate.

Ia melangkah ke tengah ruangan, lalu berbicara dengan suara berat dan penuh tekanan.

"Kalian semua bukan lagi manusia biasa. Kalian telah dipilih untuk menjadi sesuatu yang lebih dari itu... atau mati seperti sampah yang gagal berkembang."

Suasana menjadi sunyi. Tidak ada yang berani berbicara. Napas anak-anak terdengar berat, sebagian tubuh mereka masih lemah akibat eksperimen yang mereka lalui.

Jordan berjalan perlahan, mengamati mereka satu per satu. Ia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba saja, salah satu anak lelaki yang berdiri di dekatnya terangkat ke udara. Anak itu menggeliat, berusaha melawan, tetapi sia-sia. Jordan hanya tersenyum kecil.

"Inilah sihir. Ini adalah kekuatan yang bisa kalian dapatkan... jika kalian cukup kuat untuk bertahan."

Ia kemudian melemparkan anak itu ke dinding dengan kasar. Anak itu mengerang kesakitan, tetapi tak ada seorang pun yang menolongnya. Semua hanya diam, tahu bahwa menunjukkan kelemahan di hadapan Jordan hanya akan mengundang lebih banyak penderitaan.

Jordan kembali berdiri tegak, menatap mereka semua.

"Mulai hari ini, kalian akan dilatih. Bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Aku akan memastikan hanya mereka yang pantas yang akan tetap hidup."

Seorang penjaga melemparkan sebatang kayu ke tengah ruangan. Jordan menunjuk ke arahnya.

"Ambil itu," perintahnya.

Tidak ada yang bergerak.

Hingga akhirnya, seorang anak laki-laki dengan rambut coklat memberanikan diri untuk mengambil kayu tersebut. Tangannya gemetar saat memegangnya.

Jordan tersenyum sinis. "Serang aku."

Anak itu ragu.

"Serang aku, atau aku yang akan membunuhmu sekarang."

Tanpa pilihan lain, anak itu mengayunkan kayu ke arah Jordan dengan lemah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!