🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Tiga bulan berlalu.
Di Kairo sudah menunjukan jam dua malam. Di satu kamar asrama wanita yang lumayan lebar, Bulan baru saja selesai sholat malam. Dia sedang membaca al-qur'an dengan khusuk nya saat ini. Baru saja membuka lembaran al-qur'an untuk kembali membaca.
Tiba-tiba ada yang terasa aneh di dalam perutnya. Saat akan kembali membaca dia mendadak mual. Dengan cepat meletakkan al-qur'an di atas meja dan melepas mukenahnya dia berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya ke wastafel di kamar mandi.
Tidak ada sesuatu yang keluar, hanya ada cairan bening yang terasa sangat pahit di ujung lidah. Bulan membasuh bibirnya dan berkumur, dia menghela nafas dalam dan menatap dirinya di pantulan cermin.
"Haahh... Hueekk...!" perutnya masih ingin mengeluarkan sesuatu, tapi tetap saja tidak ada yang keluar dan membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Huuuhh... Kenapa perutnya mual sekali? Kenapa aku ini?" lirihnya bicara sendiri.
Bulan membasuh wajahnya agar lebih segar dan berjalan keluar kamar mandi. Dia berbaring di atas kasurnya menatap langit kamarnya. Tak lama dia pun menutup matanya karena merasa sedikit pusing.
*
Pagi harinya di jam delapan pagi, Bulan terlambat bangun dia kembali merasakan tubuhnya tidak enak dan perutnya masih sangat tidak nyaman.
"Astagfirullah, sudah jam delapan ternyata. Aku ada kelas pagi ini." gumamnya kebingungan.
Bulan bangkit dari kasur dan berjalan cepat menuju kamar mandi, kepalanya tiba-tiba pusing membuat dirinya berjongkok karena merasa dirinya sedang berputar.
Dia menangkup kepalanya dan menutup mata, lumayan lama dia berjongkok. Dirasa pusingnya hilang, dia membuka matanya perlahan dan berdiri dengan hati-hati. Kemudian....
"Hueeekk..."
Bulan kembali merasakan mual yang berlebihan. Bulan memijat perutnya yang sedikit sakit dan menekannya. Selesai itu dia berkumur dan membasuh wajahnya, dirasa mualnya sudah tidak terlalu dirasakan, dia terus bertanya-tanya.
"Ya Allah, kenapa aku ini? Apa aku salah makan? Atau aku belum beradaptasi dengan makanan daging disini?" lirihnya bertanya-tanya sendiri di depan cermin wastafel.
Bulan akhirnya melepas seluruh pakaiannya dan segera mandi. Karena jam sembilan pagi ini kelas akan dimulai hingga membuatnya terburu-buru.
*
Di Jakarta.
Stevan masih saja kacau, di kota metropolitan itu baru saja menjelang subuh. Dia akhir-akhir ini terus tidur di kamar Bulan. Kamar itu sudah seperti kapal pecah yang tidak pernah di bersihkan, karena Stevan tidak mengijinkan siapapun masuk ke kamar itu.
Malam tadi, dia pergi ke sebuah Club untuk sekedar minum-minuman. Entah kenapa semakin hari wajah Bulan terlihat dimana-mana di mata Stevan. Setiap melihat seorang wanita, muncul lah wajah Bulan secara tiba-tiba hingga membuat pria itu segera berhambur memeluk wanita itu dan tak mau melepasnya.
Boy yang setiap hari mendampinginya semakin frustasi. Dimata sahabatnya, Stevan sudah seperti orang gila karena tergila-gila dengan istri yang sudah di usirnya dari rumah. Boy akhirnya membawa Stevan pulang di jam satu dini hari.
Dia membaringkan tubuh Stevan dan menyuruh pelayan untuk membersihkan kamar nya yang berantakan. Sedangkan Boy menggantikan pakaian Stevan yang sudah bau menyengat karena alkohol yang dia minum.
Nah, pagi ini menjelang subuh. Stevan terbangun dengan kepala yang sangat berat.
"Argh... Pusing sekali kepalaku!" gumam nya bangkit dan bersandar di ranjang.
Dia melihat ke seluruh ruangan, dia mengerjap pelan dan mengingat kejadian semalam saat di Club. Samar-samar Stevan mengingatnya.
"Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku harus membawanya kembali?" lirih Stevan bertanya pada dirinya sendiri. "Ah itu tidak mungkin. Bulan bisa menertawai aku jika seperti itu..." sambungnya lagi. "Tapi aku sangat merindukan dia, apa aku harus minta tolong sama Boy?"
Argh... Stevan semakin frustasi. Dia seakan pikirannya telah buntu dan tidak dapat berfikir jernih. Dia benar-benar sangat membenci situasi ini. Dia yang tidak pernah kalah dalam hal apapun, merasa gengsi jika harus mengakui pada wanitanya bahwa dirinya memang benar-benar kalah.
Stevan akhirnya kembali berbaring dan kembali menutup matanya karena masih sangat mengantuk. Tak lama pun setelah menghirup aroma harum wanita bercadar yang masih tersisa dibantal, membuatnya terlelap dengan begitu mudahnya.
*
Beberapa jam berlalu, Stevan sudah dalam perjalanan menuju perusahaan nya. Seperti biasa dia akan berangkat bersama Boy. Kedua sahabat nya sudah kembali keluar negeri karena perusahaan mereka disana sedang kacau.
Sesampai nya di gedung tinggi dengan Plang bertuliskan Dirgantara Group itu, Stevan sudah berada di ruang meeting. Pria berwajah dingin dan datar itu sedang mendengarkan persentasi yang di sampaikan oleh perusahaan lain karena akan menjalani kerja sama.
Tak ada angin tak ada hujan, dia menatap Boy dan memberikan pria itu sebuah kode. Stevan mengirimkan pesan pada Boy dan membuat ponselnya berbunyi.
ting
Boy membuka pesan itu dan ia membacanya dengan kening berkerut.
"Carikan rujak mangga muda di luar ! Sekarang !"
Boy menatap pria dingin itu dengan tatapan penuh tanya. "Sejak kapan dia doyan makanan begitu ? Apa pria ini benar-benar sudah gila ?" gumam nya dalam hati.
Boy akhirnya bangkit meninggalkan ruang meeting sebelum berakhir di marahi oleh Bos kejamnya itu dan menyuruh petugas kebersihan untuk mencarikan rujak mangga muda di luar.
Tiga puluh menit berlalu, rujak mangga muda keinginan Stevan sudah ada di tangan Boy. Dia melangkah menuju dapur perusahaan dan menyuruh Ob untuk memindahkan rujak itu ke dalam piring.
Boy berjalan menyusuri lorong perusahaan dengan langkah tegas. Tapi banyak wanita melirik nya tersenyum bahkan pria itu menjadi bahan ejekan, mereka mengira Boy sedang mengidam.
Pria itu tak memperdulikan para wanita yang berbisik-bisik. Baginya yang terpenting saat ini menuruti keinginan Stevan adalah jalan satu-satunya dari pada harus berakhir frustasi menghadapi uring-uringan Stevan seharian perkara rujak mangga muda.
"Huuuft... Selalu membuatku malu dengan tingkahnya! Ya Tuhan, bagaimana bisa Bulan sesabar itu menghadapi Stevan." gumamnya lalu membuka pintu ruang meeting dan menaruh piring berisi rujak mangga muda keinginan Stevan di hadapannya.
"Nih, ada lagi yang Tuan butuhkan?" tanya Boy dengan nada sedikit kesal.
Stevan menatap Boy sekilas dan tersenyum simpul. "Tidak ada! Terimakasih sudah menuruti perintahku!" ujarnya kemudian menyantap mangga muda itu dengan begitu lahapnya.
Semua yang berada disana pun merasa heran dengan Tuan bos nya itu. Biasanya Stevan tidak pernah mau dengan makan makanan seperti itu, tapi melihat dia makan mangga muda dengan begitu lahapnya membuat semua staf dan rekan bisnis bertanya dalam benak masing-masing.
"Apa Tuan Stevan sedang tidak sehat ?"
"Tuan Stevan kenapa ? Apa dia baik-baik saja ?"
"Ya Tuhan, kenapa dia seperti orang kelaparan begitu ?"
"Apa mangga muda nya enak sekali ? Sampai makan dengan begitu rakusnya ?"
Begitulah isi hati mereka, melihat Stevan dengan begitu lahapnya makan rujak mangga muda hingga habis tak tersisa bahkan sampai sambal rujaknya pun tak ada tersisa sedikitpun di atas piring.
"Apa anda baik-baik saja, Tuan Stevan Dirgantara?" tanya Boy mendapat tatapan tajam dari pria dingin itu.
...****************...
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih