"Siapkan dirimu! Aku akan kembali menyiksamu malam ini!" Stevan mengucapkan itu sembari melangkah menuju pintu untuk keluar.
"Aku tidak bisa melayanimu malam ini hingga sepuluh hari ke depan Stevan Jafer Dirgantara!"
Langkah pria itu terhenti saat mendengar Bulan dengan lantang mengatakan itu. Stevan berbalik memutar tubuhnya menatap Bulan dengan tatapan penuh tanya.
"Apa kau bilang? Katakan sekali lagi!" dingin dan tegas pertanyaan Stevan membuat Bulan tertawa di dalam hatinya.
"Ya! Aku tidak bisa melayanimu sampai sepuluh hari kedepan! Kau dengar itu Tuan Stevan?" ucapnya lagi dengan jelas.
Plaaakkk...
Bukan bertanya, Stevan justru melayangkan tangan ke pipi mulus Bulan hingga membuat wajahnya menoleh ke kanan sampai darah segar keluar dari sudut bibirnya. Bulan mengusap darah itu dan mendongak menatap pria yang ada dihadapannya dengan tatapan kebencian.
Bagaimana kisah selanjutnya?
kita simak yuk ceritanya di karya => Kekejaman Suamiku.
By: Miss Ra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
"A-ada ap-pa Van.." Boy bertanya dengan suara terputus-putus karena Stevan mencengkram leher Boy dengan kuat, bahkan sorot matanya tajam menunjukan kemarahan pada sahabatnya itu.
"Dimana kau sembunyikan Bulan!"
DEG
***
"Ak-aku ti-tidak tahu. ." sahut Boy masih dengan suara tercekat.
"DIMANA ISTRI GUE !!" teriak Stevan dengan wajah merah padam semakin kuat mencengkram leher sahabatnya.
Boy bahkan sudah berusaha terlepas pun tidak bisa. Semakin ingin melepas, cengkraman Stevan semakin kuat. Terpaksa Boy mengangkat kakinya dan menendang perut Stevan dengan sisa tenaganya.
Bugh...
"Argh..." Stevan meringis kesakitan merasakan perutnya kram.
"Uhuk..uhuk..uhuk.." Boy terbatuk-batuk mengambil nafas dengan rakusnya karena dirinya sudah hampir m*ti di tangan sahabatnya sendiri.
Sedangkan Stevan yang tidak terima dirinya di tendang kembali menyerang Boy memberikan bogem pada sahabatnya yang selalu menemani dirinya kemana pun hingga membuat kepala Boy membentur lantai keramik.
Saat Stevan akan kembali memberi bogem, Boy sudah lebih dulu kembali menendang kaki Stevan hingga akhirnya pria kejam itu jatuh tersungkur ke lantai.
Boy berusaha berdiri dengan sekuat tenaga merasakan nafasnya sesak disertai dada yang kembang kempis naik turun sembari mengusap darah segar dari hidung juga sudut bibirnya karena ulah Stevan.
"Lu kenapa sih! Hah!" ujar Boy dengan suara lantang.
"Gue tahu, lu sembunyiin istri gue selama ini.! Iya kan.!" sahutnya setelah bangun dan melangkah maju mendekati Boy.
"Gue nggak tahu dimana istri lu.! Emang lu tahu dari siapa gue sembunyiin istri lu? Hah!" tantang Boy memajukan dagu nya.
"Lu yang waktu itu nganterin istri gue balik kerumah orang tuanya! Lu bawa dia kemana? Kenapa sampai orang tua Bulan nggak tahu keberadaan dia? Jujur Boy, sebelum lu gue bunuh!" ancam Stevan dan mereka berdua saling menatap tajam.
"Lu mau bunuh gue? Bunuh kalau berani.! Denger ya Stevan Dirgantara! Jangan hanya karena lu punya kekuasaan, terus lu mau berbuat seenaknya! Ini yang gue nggak suka dari lu.! Lu pikir gue takut sama ancaman lu, Hah!"
Bugh...
Stevan kembali memberi bogem pada Boy, dia semakin emosi jika ada orang yang dengan berani melawannya.
"Denger Boy, gue bakal cari tahu ini sama Pak Parto! Kalau dia sampe ngaku bahwa lu sembunyiin Bulan? Habis lu di tangan gue!" ancam Stevan lagi melangkah berlalu pergi.
"Cari tahu sana! Sampe ke ujung dunia pun lu nggak bakal nemuin istri lu, Stevan!" teriak Boy menantang Stevan.
"Anj*ng !!" pekik Stevan melangkah cepat kembali menyerang Boy.
Bugh ! Bugh ! Bugh !
Keduanya kini saling menyerang, hal itu disaksikan langsung oleh pengawal dan penjaga rumah juga supir yang mengantar Bulan. Pak Parto yang melihat keduanya masih adu jotos pun berlari melerai dua sahabat itu.
"Tuan! Sudah Tuan, berantem tidak akan menyelesaikan masalah!"
Bugh...
Pak Parto malah justru kena bogem dari Stevan dan jatuh pingsan di tempat. Para pengawal akhirnya menolong Pak Parto yang jatuh pingsan karena tidak sengaja bogem yang harusnya mengenai Boy malah salah sasaran, dan akhirnya...
DOR !
Pengawal melepaskan peluru ke sembarang arah agar Boy dan Stevan menghentikan pertengkarannya. Dan benar saja, keduanya berhenti setelah mendengar suara pistol.
Sedangkan para pelayan yang sedang istirahat pun terbangun hanya karena suara pistol. Dan kini semua pelayan berlarian beramai-ramai menuju sumber suara lalu melihat Tuan juga sahabatnya sedang bertengkar.
"Tuan, pak Parto pingsan terkena pukulan." ujar pengawal dengan suara pelan agar tidak kena sasaran.
"Bawa dia kerumah sakit!" sahutnya dengan dada kembang kempis sembari mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
Stevan menatap Boy yang juga sudah babak belur karena nya dengan tatapan kebencian.
"Urusan kita belum selesai.!" ujar Stevan menunjuk jari nya pada Boy dan melangkah pergi meninggalkan kamar tamu.
Pak Parto kini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, sedangkan Boy membersihkan dirinya lebih dulu setelah itu memakai pakaiannya kemudian melangkah pergi dari rumah sahabat yang selama ini selalu bersamanya.
*
*
*
Di Kairo
Raihan mendatangi asrama adiknya, dia memberitahu pada Suci untuk membawa Bulan keluar karena ada sesuatu yang sangat penting untuk di bicarakan.
"Harus sekarang juga kak?" tanya Suci karena Raihan terus memaksa.
"Iya sekarang, kapan lagi.!" sahutnya menatap Suci kesal.
"Ya sudah, kakak tunggu saja di Cafe. Nanti aku menyusul sama kak Bulan." ucapnya.
"Baiklah, jangan lama-lama. Kakak tunggu di sana!"
Suci mengangguk, setelah kepergian Raihan, Suci bersiap menuju kamar asrama Bulan. Gadis itu mengetuk pintu saat berada di depan kamar Bulan, dan tak lama pintu pun terbuka.
"Assalamualaikum, Kak." ucap Suci tersenyum pada wanita bercadar dihadapannya.
"Waalaikumsalam, Suci. Ada apa?" tanya Bulan.
"Itu Kak, aku di perintah kak Raihan untuk membawa kak Bulan ke Cafe depan. Karena ada kepentingan untuk membicarakan masalah orang tua kakak." jelasnya panjang lebar.
"Orang tua ku? Ada apa dengan Ayah dan Ibu?" tanya nya khawatir.
Dia takut Stevan mengancam Ayah dan Ibunya karena mencari tahu soal dirinya.
"Entahlah, bersiaplah. Kak Raihan sudah menunggu." sahutnya.
"Iya sebentar, aku ambil tas ku dulu."
Bulan berbalik melangkah masuk dan mengambil tas kemudian segera keluar tak lupa mengunci pintunya lebih dulu. Dengan melangkah cepat Bulan berjalan berdampingan bersama Suci menuju Cafe.
Tak membutuhkan waktu lama, hanya sepuluh menit kedua wanita itu sudah sampai di Cafe yang dituju. Setelah masuk, Bulan sudah bisa melihat Raihan duduk di pojok ruangan itu.
"Assalamualaikum Kak." ucap Bulan kemudian duduk di depan Raihan dan Suci di sebelahnya.
"Waalaikumsalam, Bulan." sahutnya tersenyum.
"Ada apa kakak menyuruhku kemari? Kata Suci.."
"Begini Bulan, tadi Ayah mu menelfon. Katanya beliau sudah tahu semua tentang mu yang berada di sini." ujarnya pada Bulan dengan wajah cemas.
"Tahu dari mana?" tanya Bulan lagi.
"Entahlah, katanya dari asisten Stevan yang menyuruh seseorang untuk mengawasimu disini."
Bulan membulatkan matanya, dia terkejut saat mendengar Raihan mengatakan tentang asisten Stevan mengawasi dirinya melalui orang lain. Dia menoleh kesana kemari matanya mencari sosok pria yang sekiranya berpenampilan seperti orang suruhan.
Namun dirinya tak menemukan orang itu, karena Pasha selalu bermain cantik dan halus jika untuk mengawasi seseorang apalagi yang di awasi seorang wanita seperti Bulan.
"Itu tandanya, selama aku berada disini. Mereka masih mengawasiku?" tanya nya lirih di hadapan Raihan.
Raihan mengangguk, Suci yang tidak tahu menahu tentang masalah itu hanya menyimak saja dan sesekali memberi saran.
"Ayah mu ingin mendengar kabarmu Bulan. Dari suaranya beliau sangat khawatir." ucapnya menatap sendu pada wanita bercadar itu.
"Baiklah, hubungi saja. Biar aku yang bicara melalui ponselmu Kak."
Raihan memencet tombol panggil dan menyerahkan ponselnya pada Bulan. Tanpa mereka sadari, di Cafe itu juga Pasha terus mengawasi Bulan sambil terus berkomunikasi dengan Boy melalui pesan.
...****************...
Hay para pembaca, maaf ya hari ini telat Up. Soalnya aku sibuk banget hari ini. Barusan aku kebut ketik biar bisa Up 2 episode setiap harinya..
Jangan lupa pantengin terus si Stevan yaa.. Sebentar lagi 40 bab dan Author mohon jangan menumpuk bab sampai 40 episode nanti. Biar retensi nggak turun.
Oke selamat membaca semua nya, semoga syuka dengan hukuman Stevan. Sampai jumpa di Up selanjutnya besok. Ilopeu sekebon buat kalian semua..
See You.