Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 31 - Titik terang
Ep. 31 - Titik terang
🌺SINGLE MOM🌺
Lanjut...
Ketika keluar dari tempat dokter, tiba-tiba, ponsel Kirana berbunyi. Ia menerima pesan dari salah satu pelanggan tetap cateringnya.
"Bu Kirana, terima kasih makanannya kemarin. Kami sangat puas! Kalau bisa, minggu depan pesan lagi ya, untuk acara kantor."
Membaca pesan itu, Kirana menarik napas dalam-dalam. Kehidupannya memang tidak pernah benar-benar tenang, tetapi hidup harus tetap berjalan, menghadapi satu tantangan demi tantangan lainnya.
“Yang penting, aku masih punya Naya dan masa depan untuk diperjuangkan,” katanya pada dirinya sendiri, lalu melajukan mobilnya menuju ruko catering.
Setelah beberapa saat perjalanan, Kirana pun tiba di rukonya. Suasana disana sibuk seperti biasa, dengan karyawan yang bergerak cepat untuk menyiapkan pesanan hari itu.
Namun, ada sesuatu yang membuat suasana terasa tegang, yaitu bisik-bisik karyawan yang berhenti begitu Kirana memasuki ruangan.
Akan tetapi, Kirana tidak terlalu merespon dan langsung menuju ruang kantor kecilnya. Di sana, meja kerjanya penuh dengan dokumen dan daftar pesanan.
Ia duduk sambil memijat pelipis dan mencoba menghilangkan lelah. Tapi pikiran tentang Rini dan bisik-bisik yang didengarnya tadi terus mengganggu.
Tak lama kemudian, Sinta mengetuk pintu dan masuk.
Tok tok tok!!
“Bu Kirana, maaf mengganggu. Saya mau bicara sebentar,” ucap Sinta dengan wajah ragu.
Kirana pun mengangguk, lalu mengisyaratkan Sinta untuk duduk. “Ada apa, Sinta?."
“Bu, tadi pagi ada beberapa supplier yang datang dan bilang kalau mereka belum dibayar. Mereka bilang utangnya sudah lama, sejak kak Rini masih di sini," jelas Sinta.
“Belum dibayar? Tapi setahuku semua pembayaran sudah teratur, kan? Aku serahkan ke Rini waktu itu.”
“Betul, Bu. Tapi… sepertinya ada beberapa catatan yang gak sesuai,” jawab Sinta, sambil meletakkan tumpukan kertas di meja Kirana.
Kirana lalu memeriksa dokumen itu dengan cepat. Hatinya semakin berat ketika melihat banyak transaksi yang tidak tercatat dengan benar.
“Ini artinya ada utang lebih dari yang aku perkirakan,” gumam Kirana sedikit frustasi.
Sinta menatap Kirana dengan cemas. “Saya tahu ini bukan waktu yang tepat, Bu. Tapi tadi juga ada supplier yang marah-marah di disini. Mereka bilang akan menghentikan pasokan kalau tidak segera dilunasi.”
"Baik, Sinta. Terima kasih sudah memberi tahuku. Aku akan cari cara untuk menyelesaikan ini.”
Saat malam tiba, Kirana duduk di meja makan yang sepi. Naya sudah tidur di kamarnya, sementara Kirana sibuk menatap layar laptop dan mencoba menghitung ulang keuangannya. Tapi angka-angka itu tidak menambah rasa optimisnya.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari seorang pelanggan tetap, masuk.
"Bu Kirana, maaf sebelumnya. Kami memutuskan untuk tidak melanjutkan pesanan catering minggu depan. Ada rekomendasi dari teman yang lebih murah."
Kini pikiran Kirana semakin kalut. Ia tahu banyak pesaing di bisnis ini, dan situasi seperti ini akan semakin menambah beban.
“Kenapa rasanya semua datang bersamaan?," gumamnya pelan, sambil memijat pelipisnya.
Pikirannya kemudian melayang pada kejadian tadi pagi, saat melihat Rini berjalan di jalan. Hatinya masih dipenuhi amarah, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan perasaan kasihan padanya.
**
Keesokan harinya, Kirana memanggil semua karyawan untuk rapat pagi.
“Teman-teman, aku tahu akhir-akhir ini situasi di sini tidak mudah. Tapi aku minta kita tetap fokus dan profesional. Aku sedang mencari solusi untuk masalah ini, jadi tolong kerja samanya untuk menjaga kualitas pekerjaan kita,” ucapnya tegas.
Semua karyawan pun mengangguk, tetapi sebagian mereka tampak gelisah. Lalu, Lila tiba-tiba angkat bicara.
“Maaf, Bu. Saya hanya ingin jujur. Kami semua merasa tidak nyaman karena banyak pelanggan yang mulai mengeluh. Dan… ada juga gosip di luar sana soal kak Rini yang mencuri uang perusahaan. Orang-orang jadi ragu sama kita.”
Kirana menatap Lila dengan tajam. “Gosip tidak akan mengubah kenyataan. Fokus kita adalah menjaga kepercayaan pelanggan dengan hasil kerja kita. Kalau ada masalah, kita selesaikan di sini, bukan membahas gosip di luar.”
"Baik Bu!!," ucap semua serentak.
**
Setelah rapat selesai, ponsel Kirana berdering kembali dan mendapatkan kabar dari polisi.
Setelah laporan yang ia ajukan tentang pencurian uang oleh Rini dan Aryo, polisi telah menyelidiki gerak-gerik Aryo dan menemukan bahwa pria itu terlibat dalam jaringan penipuan lebih besar.
Ketika malam hari, Kirana duduk di meja kerja kecil di kamar tidurnya. Kertas-kertas laporan keuangan dan catatan hutang menumpuk di depan matanya.
Ia menghela napas berat. Kehilangan uang perusahaan akibat ulah Rini dan Aryo membuatnya berada dalam posisi sulit. Namun, ia tidak pernah menyerah.
“Naya sudah tidur,” gumamnya sambil melirik ke kamar anaknya melalui pintu yang sedikit terbuka.
Kirana mengumpulkan keberanian dan membuka laptopnya untuk melacak keberadaan Aryo, pria yang membawa kabur uang hasil jerih payahnya.
Namun, ia menyadari satu hal, ia tidak tahu siapa Aryo sebenarnya. Semua informasi tentang pria itu ia dapat hanya dari pengakuan Rini.
“Siapa dia sebenarnya?,” gumam Kirana, sambil mengetikkan nama Aryo di mesin pencari dan hasilnya nihil. Tak ada jejak digital. Bahkan akun media sosialnya terlihat palsu.
Keesokan harinya, Kirana memutuskan untuk menemui polisi dan berharap mereka bisa membantu melacak Aryo dengan hasil yang lebih baik.
Ia membawa semua bukti yang dimilikinya, termasuk pesan-pesan yang pernah dikirim Rini tentang pria tersebut.
“Bu Kirana, informasi yang Anda berikan sangat minim,” ujar salah satu petugas. “Tapi kami akan mencoba melacaknya berdasarkan nomor telepon yang Anda serahkan.”
“Saya hanya ingin uang saya kembali, Pak. Itu adalah hasil kerja keras saya selama ini.”
“Kami mengerti, Bu. Tapi proses ini mungkin akan memakan waktu, terutama jika pelaku memang sengaja menghilang.”
**
Sambil mengurus kebutuhan untuk catering yang terus berjalan, Kirana mencoba mencari tahu tentang Aryo dari para pedagang bahan makanan di pasar. Ia mengira, mungkin ada yang pernah melihat atau mengenalnya.
“Pak, pernah lihat orang ini?,” tanya Kirana sambil menunjukkan foto buram Aryo dari ponsel Rini.
“Wah, saya nggak kenal, Bu. Tapi coba tanya ke Pak Darto di ujung sana, dia sering ketemu orang baru.”
mengikuti petunjuk itu dan bertanya ke Pak Darto, seorang pedagang rempah.
“Hmm, kayaknya saya pernah lihat dia. Kalau nggak salah, dia sering belanja di sini beberapa bulan lalu. Tapi sudah lama nggak kelihatan,” ujar Pak Darto sambil mengingat-ingat.
Mendengar informasi tersebut, Kirana merasa ada secercah harapan. “Bapak ingat dia ngomong apa atau ke mana biasanya pergi?.”
“Dia pernah bilang mau pindah kerja ke luar kota. Tapi saya nggak tahu ke mana tepatnya.”
Kirana pun mengucapkan terima kasih, meski ia sangat merasa putus asa.
"Dimana kamu Aryo?."
*
Saat kembali ke rumah, Kirana mendapati amplop cokelat yang terselip di pintu. Lalu, ia mengambilnya dengan ragu. Amplop itu tidak bertuliskan nama pengirim, dan hanya tertera alamatnya saja.
Dengan hati-hati, ia membuka amplop tersebut dan menemukan sebuah surat tanpa nama yang isinya hanya satu kalimat:
“Cari Aryo di Surabaya, dia ada di sana.”
Kirana terpaku sambil membaca surat itu berulang kali. Siapa yang mengirimkan informasi ini? Apakah ini jebakan? Atau harapan baru untuk menemukan uangnya yang hilang?
Bersambung...