Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Ternyata Gagal.
"Ini bukan permasalahan cemburu. Tetapi sangat tidak etis membicarakan hal seperti itu di saat malam untuk suami istri," jawab Anindya.
"Kenapa kau terus saja pintar mengeluarkan kata-kata," sahut Kavindra. Anindya tidak merespon sama sekali.
"Baiklah! mau seperti apapun tanggapanmu tentang apa yang aku katakan dan suka atau tidak dengan semua perkataanku sejak awal kita bertemu. Tapi malam ini adalah milik kita berdua dan kau dan memilikiku dan begitu juga dengan aku yang akan memilikimu sepenuhnya," ucap Kavindra dengan tersenyum miring.
Anindya tidak memberikan respon apapun atas perkataan itu. Tangan Kavindra yang sekarang sudah menyentuh pipi Anindya wajah itu yang semakin memerah. Walau berusaha untuk tenang, tetapi tidak bisa bohong jika jantungnya sejak tadi berdebar begitu kencang.
Malam ini akan menjadi yang pertama untuknya dan bahkan ini juga pertama baginya memperlihatkan auratnya kepada seorang pria yang selama ini hanya Abinya yang melihat dirinya tanpa hijab.
"Apa kau pernah bercinta?" bisiknya dengan suara yang vulgar di telinga Anindya.
Anindya tidak merespon apapun.
"Lalu apa kau pernah berciuman?" tanya Kavindra lagi. Lagi dan lagi Anindya tidak merespon semua yang diucapkan Kavindra yang membiarkan pria itu mempermainkannya.
Bukan Kavindra namanya jika tidak menggoda Anindya dan mungkin dia menginginkan reaksi Anindya dan ternyata tidak dia dapatkan dengan mudah.
Kavindra yang tiba-tiba mencium pipi Anindya yang membuat wanita yang sejak tadi diam itu memejamkan mata untuk pertama kali merasakan hal yang pasti sangat berbeda yang juga tidak dapat dia jelaskan sentuhan seperti apa itu.
"Kau sungguh cantik Anindya!" pujinya dengan suaranya yang serak.
"Sayang sekali. Malam ini ternyata belum menjadi malam untuk kita berdua. Aku melupakan sesuatu yang harus membuatku pergi dan tidak melanjutkan semua ini," ucap Kavindra secara tiba-tiba.
Ternyata dia memiliki urusan dan sepertinya memang sengaja mempermainkan Anindya yang menggoda Anindya.
"Aku tahu kau sekarang pasti sangat kecewa. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Aku juga memiliki pekerjaan yang jauh lebih penting dan meski bagiku kaulah orang yang paling terpenting," ucap Kavindra.
"Aku harus pergi sekarang. Kembalilah ke kamarmu dan nanti aku akan memanggil jika ingin melanjutkan percintaan kita," ucapnya yang seenaknya berbicara seperti itu dan tanpa mengatakan apa-apa. Kavindra yang langsung keluar dari kamar tersebut.
Anindya yang menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan, dia sebenarnya merasa lega tidak jadi melayani suaminya karena mungkin dia belum siap. Tetapi apa yang terjadi malam itu bukanlah keinginannya dan dia juga tidak menghindar sama sekali.
"Baiklah! aku memang sebaiknya kembali ke kamarku dan mungkin ini belum saatnya," ucapnya.
***
Kavindra yang berada di dalam mobil yang menyetir sembari memijat kepalanya yang terasa begitu berat.
"Ada apa dengan diriku kenapa aku terus membayangkan wanita itu. Aku selalu ingin melihat dia telanjang di depanku. Aku bener-bener bisa gila dibuatnya?"
"Kenapa juga klien meminta bertemu sekarang dan akhirnya semua berantakan. Lagi pula kenapa dia hanya diam saja saat aku melakukan semua itu, apa dia sama sekali tidak ada niat untuk melakukan pemberontakan," Kavindra yang sejak tadi tidak berhentinya mengoceh.
Mungkin dia menginginkan reaksi dari istrinya sedikit memberontak, atau sedikit membalas kata-katanya dan ternyata Kavindra tidak mendapatkan semua itu dan justru Anindya sangat penurut dan walaupun dia protes yang tidak suka dengan kata-kata Kavindra. Maka dia akan mengatakan secara lembut dan tidak menyakiti hati siapapun.
"Arggggh!" Kavindra yang frustasi sampai memukul setir mobilnya.
"Aku bisa tersiksa jika menahan semua ini. Aku bener-bener bisa gila jika terus seperti ini. Gara-gara wanita itu aku harus mencari pelampiasan," ucapnya yang sejak tadi kepanasan dan terus saja membayangkan istrinya.
***
Pagi-pagi seperti ini Anindya yang sudah berada di dapur mewah Kavindra bersama dengan pelayan yang sejak tadi hanya berdiri yang tampaknya mereka tidak bisa melakukan apapun.
Dengan pakaian busana muslimnya dan juga tidak lupa memakai cadarnya Anindya yang ternyata membuat nasi goreng.
"Apa tuan Kavindra memiliki alergi atau apapun itu?" tanya Anindya.
"Tidak Nona! Tuan Kavindra hanya tidak suka pedas," jawab salah satu dari mereka bertiga yang sejak tadi hanya berdiri menonton majikan mereka memasak.
Sebelumnya Anindya memang melarang untuk ada yang ikut campur dan membiarkan dirinya melakukan hal itu dan bahkan sudah menyuruh para pelayan itu untuk pergi. Tetapi, karena mereka takut dimarahi Kavindra yang akhirnya membuat mereka menonton saja.
"Baiklah kalau begitu," sahut Anindya begitu sangat santai.
Kavindra yang baru saja keluar dari kamar dan juga sudah terlihat rapi yang memakai setelan jas yang langsung menuju dapur.
Ke-3 pelayan itu menjadi panik dan menundukkan kepala begitu kedatangan Kavindra dan Kavindra sendiri juga bingung melihat apa yang dilakukan istrinya dan sementara tiga pelayan itu hanya diam saja.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Kavindra.
"Duduklah. Ini sudah masak," jawab Anindya.
"Jawab apa yang aku tanya dan bukan malah menyuruhku untuk duduk," sahut Kavindra dengan tegas.
"Tuan bahkan melihat bahwa saya sedang menuangkan nasi goreng ke dalam piring yang artinya saya sedang membuat nasi goreng dan sudah masak, maka dari itu saya menyuruh untuk duduk agar sarapan," jawab Anindya.
"Aku menikahimu bukan untuk menjadi pembantu di rumah ini. Aku sudah memiliki banyak pelayan," ucap Kavindra yang terlihat begitu kesal dan tidak suka dengan apa yang dilakukan Anindya.
Mata Kavindra langsung melihat ketiga pelayan tersebut.
"Maaf tuan! kami sudah melarang Nona Anindya untuk tidak turun ke dapur. Tetapi Nona Anindya tetap memaksa," ucap salah satu pelayan itu dengan suara bergetar yang pasti takut jika Kavindra akan memarahi mereka.
Kavindra adalah pria yang sangat tegas dan bahkan pelayan salah sedikit saja langsung dipecat.
"Tuan tidak perlu melototi mereka seperti itu, saya yang menginginkan semua ini dan saya rasa tidak ada salahnya jika harus membuatkan nasi goreng," sahut Anindya yang pasti membela para pelayan itu agar tidak sampai bermasalah dengan Kavindra.
"Pergi kalian!" titah Kavindra
Para pelayan itu langsung buru-buru meninggalkan area dapur tersebut.
Anindya langsung meletakkan nasi goreng tersebut di atas meja.
"Kamu tetap ingin berdiri dan tidak ingin sarapan?" tanya Anindya.
Kavindra menghela nafas dan langsung duduk.
"Kau sekarang ingin bermain kekeluargaan denganku, seperti pasangan suami istri pada umumnya?" tanya Kavindra dengan satu alis terangkat.
"Anindya aku menikahimu bukan untuk menjadi istri sungguhan. Jadi jangan menarik perhatianku dengan cara seperti ini atau bermimpi pernikahan ini akan lama. Ini adalah syarat yang aku penuhi atas permintaan konyol," ucap Kavindra.
"Maaf tuan! Saya sama sekali tidak punya rencana untuk menarik perhatian tuan. Walau kita menikah atas dasar sesuatu hal. Tetapi saya tetap adalah seorang istri dan apa yang saya lakukan adalah sebuah pahala untuk mencari Ridho dari suami. Jadi ini bukan semata-mata untuk mencari perhatian. Karena sama sekali tidak ada keuntungannya dan keuntungan yang saya dapatkan hanya mendapatkan pahala. Jadi tuan tidak perlu memikirkan hal yang terlalu berlebihan kepada saya," ucapnya.
"Ceramah lagi," ucapnya dengan kesal yang terus saja menghela nafas jika sudah berhadapan dengan istrinya.
Bersambung.....