NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Adik Ipar

Gairah Cinta Adik Ipar

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Badboy / Perjodohan / Cintamanis / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:42.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: DF_14

Ghea yang sudah menikah selama tiga tahun dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan sentuhan lembut dari suaminya karena sang suami sibuk dengan kekasihnya, hingga akhirnya dia harus terlibat dengan seorang playboy yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.

Gairah keplayboyan Gibran seketika menghilang setelah bertemu Ghea, membuat dia ingin menjadikan Ghea sebagai miliknya.

Padahal sebelum menikah dengan Romi, Ghea lebih dulu dijodohkan dengan Gibran. Tapi Gibran menolak perjodohan itu tanpa ingin tau dulu siapa yang dijodohkan dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Boleh Luluh

Masih dalam suasana gelap akibat mati lampu malam itu.

"Jangan bercanda! Bagaimana bisa kamu menikahi wanita yang sudah bersuami!" sewot Ghea ketika Gibran bilang akan menikahinya.

"Tentu saja setelah kalian bercerai, aku akan langsung menikahimu," Gibran menjawab itu dengan santai sambil mencuci beberapa buah apel.

"Bagaimana kalau aku tidak mau menikah denganmu?"

"Aku akan memaksamu. Aku akan menunjukkan kepadamu pernikahan yang bahagia dan penuh gairah."

Ghea menelan ludah saat mendengar ucapan Gibran itu.

Kenapa aku harus ada di situasi menegangkan seperti ini, bisik batin Ghea.

Dia tidak fokus mengaduk capcay itu, beberapa kali dia menggigit bibirnya sendiri. Apa dia pergi keluar saja? Terus siapa yang masak? Masa Gibran sendirian! Dia juga tidak berani berjalan sendirian melewati tiap ruangan di Villa yang gelap gulita itu. Itulah yang ada dipikirannya sekarang, membuatnya bimbang.

Rupanya Gibran sudah selesai dengan pekerjaannya, dia memperhatikan Ghea yang sedang memasak dan menunggunya sambil mengupas buah jeruk dan memakan buah itu satu persatu.

"Pekerjaan aku sudah beres, aku pergi dulu ya!" pamitnya sambil membawa ponselnya, padahal dia hanya ingin menjahilinya saja.

"Eh tunggu dulu!" Ghea mencegahnya pergi, dia tidak berani ditinggal pergi di dapur dalam keadaan yang gelap gulita seperti itu. "Nanti kita pergi kalau aku sudah selesai masak."

Gibran mengangguk dan tersenyum karena tau Ghea ingin ditemani olehnya. Dia berdiri dengan santai di disamping Ghea sambil menyadarkan punggungnya ke dinding.

Kuah di dalam wajan itu masih belum surut juga, pasti capcay masih lama matengnya, Ghea jadi serba salah, bagaimana kalau Gibran tiba-tiba menerkamnya?

"Apa kamu bisa telepon Arumi? Tolong suruh dia kesini atau siapa gitu kesini!"

Gibran mengernyitkan keningnya, "Untuk apa menyuruhnya kesini?" Dia tertawa kecil, "Kamu takut aku macam-macam padamu? Wah pikiran kamu ngeres juga ya. "

Ghea tidak terima dengan ucapan Gibran itu, "Bu-bukan begitu... " Ghea jadi salah tingkah tidak punya alasan untuk melanjutkan perkataannya.

"Lalu apa?" tanya Gibran sambil mendekatkan jaraknya pada Ghea, membuat Ghea reflek mundur.

"Gibran! Aku sedang memasak, jangan jahil ya." bentaknya.

Gibran menghentikan langkahnya saat berada di depan kompor, dia meletakkan setitik kuah capcay yang belum matang itu ke punggung tangannya dan mengecapnya, "Mmm... masakan kamu enak juga."

Lagi-lagi Ghea di buat salah tingkah, ternyata Gibran mendekatinya hanya untuk mencicipi capcay yang setengah matang itu. Sungguh sangat membuatnya malu. Sementara dia terus menjauhkan jaraknya dari Gibran.

"Apa kamu pernah melihat hantu? " Tiba-tiba Gibran bertanya seperti itu.

Bulu kuduk Ghea jadi merinding mendengarnya, di tambah dengan suasana di dapur yang begitu remang-remang hanya mengandalkan cahaya senter di handphone.

"Gibran!" Dia membentak Gibran agar tidak membahas itu.

Dengan santai Gibran mengaduk-aduk capcay yang ada di dalam wajan itu sambil bercerita, "Aku pernah melihatnya sekali, saat mati lampu... "

Ghea jadi ketakutan saat mendengarkan cerita itu dan celingak-celinguk memperhatikan di area sekitar dapur, suasana di dapur itu jadi terasa sangat horor. "Stop! Aku tidak ingin mendengarnya." katanya sambil mendekatkan jaraknya pada Gibran.

Tapi Gibran masih mau melanjutkan ceritanya, "Nah jadi waktu itu tiba-tiba listrik di rumah mati, aku melihat ada... "

"Aku tidak mau mendengarnya!" bentak Ghea lagi, memelotkan matanya pada Gibran.

Gibran jadi semakin ingin melanjutkan ceritanya, "Aku melihat ada wanita berjubah putih sambil tertawa hihihi.. wah mukanya itu lho... "

Ghea menutup kedua kupingnya agar tidak mendengar cerita horor itu tapi tetap saja masih terdengar jelas.

Gibran malah nyengir melihatnya, dia semakin bersemangat untuk menjahilinya, "Mukanya itu..waaah menyeramkan sekali, ancur banget... "

Ghea semakin merinding mendengarnya, begitu terasa mencengkam suasana di dalam kegelapan itu sekarang, dia mencari cari agar Gibran berhenti menakutinya, dia melihat ada sisa jeruk yang tadi di makan Gibran, dia menyumpalkan jeruk itu ke mulut Gibran agar diam.

"Mphh... !" Akhirnya Gibran terdiam juga dan memakan jeruk itu sambil nyengir.

"Percuma saja menyumpalkan dengan itu, tidak akan menghentikan aku bercerita, padahal aku hanya ingin menghiburmu yang sedang memasak."

"Itu bukan hiburan!" Ghea jadi sewot.

"Tapi ceritanya masih panjang, ini seru banget eh. Nah jadi yang paling menyeramkan itu matanya, Ghea. Wah matanya melotot, bola matanya... "

"Berhenti menakutiku! Aku tidak ingin mendengarnya!" bentaknya lagi.

Gibran terdiam sejenak "Hmm... ada satu cara untuk membuat aku berhenti bicara!" bisiknya.

"Apa itu?" tanya Ghea penasaran. Dia ingin Gibran tidak bercerita tentang hantu itu lagi yang membuatnya ketakutan.

"Dengan ini!" kata Gibran sambil merengkuh punggung Ghea ke dalam pelukannya, dia langsung melahap menyambut kedatangan bibir tipis yang indah itu, bibir itu begitu membuatnya candu ingin menyentuhnya lagi dan lagi. Ghea terbelalak saat mendapatkan serangan ciuman secara tiba-tiba itu.

Dia mendorong tubuh Gibran hingga sedikit jaraknya sedikit menjauh beberapa centi "Gibran! Kamu ini apa-apaan sih!" dia terlihat marah.

Gibran tak menjawab, dia malah tersenyum dan fokus mematikan kompor karena capcay yang mereka masak telah matang. "Capcaynya sudah matang!" katanya dengan tersenyum simpul tanpa merasa berdosa atas perbuatannya. Dia memindahkan capcay itu ke dalam piring besar.

Tapi Ghea masih terlihat marah, dia tidak ingin mereka terlibat dalam sebuah hubungan terlarang. "Pembicaraan aku belum selsesai... "

"Stttttt... " Gibran menempelkan jari telunjuknya ke bibir Ghea agar Ghea berhenti, "Jangan bersikap galak padaku, sikap galakmu itu yang membuat aku semakin tergoda olehmu." Gibran mengatakan itu sambil melangkah pergi membawa piring yang berisi capcay dan satu lagi piring yang berisi cumi asam manis hasil masakannya sebelum Ghea datang ke dapur.

Hah? Ghea jadi kebingungan harus bersikap bagaimana pada Gibran. Ghea terpaksa mengikutinya dengan membawa ponsel Gibran yang masih di jadikannya senter itu dan membawa buah-buahan juga untuk cuci mulut.

Mengapa aku jadi selemah ini? Seharusnya aku marah dan menamparnya tadi agar dia tidak menciumku lagi. Ghea bertanya pada hatinya sendiri.

Jlengg!

Akhirnya lampu menyala kembali, ingin rasanya Ghea meracau pada lampu itu kenapa gak dari tadi menyalanya.

"Wah bos kita datang nih, gimana seru gak masaknya?" tanya Reno sambil membantu Gibran membawa kedua piring yang dibawa oleh Gibran itu.

"Lumayan," jawab Gibran, singkat.

Rupanya mereka semua sudah berkumpul di teras depan Vila untuk segera menikmati hidangan makan malam mereka.

Gibran tersenyum manis pada Ghea dan membawa ponselnya dari tangan Ghea. "Makan yang banyak!" katanya, dia bersikap biasa saja pada Ghea seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.

Bagaimana bisa dia marah kalau Gibran bersikap manis seperti itu kepadanya. Malah membuat jantungnya berdebar-debar lebih hebat dari biasanya.

Ini tidak benar!

Aku tidak boleh luluh!

Aku harus tegas!

Dia tidak boleh bersikap seenaknya padaku!

Akal sehat Ghea berperang dengan hatinya. Ghea tidak tau kedepannya dia harus bagaimana dan bersikap seperti apa pada Gibran.

...****************...

...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...

...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat! ...

...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya. ...

...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya! ...

1
Ri Yanti
Luar biasa
Tuti Asnawati
kasian reno 😅
Tuti Asnawati
so sweet ❤️
Erri Zilina
Luar biasa
Shinta Miliati
Lumayan
Shinta Miliati
Kecewa
Yanthi Chahya Yustikarini
ko udah ada jejak,tapi lupa
Nartadi Yana
Weh nggak sadar diri kamu hanya anak bawaan ibumu bukan anak kandung
Nartadi Yana
gak rela aku kalau Gea melakukan sama Romy kasian dapat bekas nya dona
Sri Wulan Hazariah
Luar biasa
Deuis Hilmatussa'dah
Kecewa
Deuis Hilmatussa'dah
Buruk
Junita Ginting
bagus,
Istianah
Luar biasa
Christy Ling
bagus
Taty Hartaty
pesona nya membuat cewek pada klepek²
Safa Almira
syuka
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Dewi Anjasmaraa
kasian si bram gak dapat 2 2nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!