Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 31 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Saat RiRi tidak ada di kelas, Sarah mendekati Yola dan Amel. Ia menunjukkan buku catatan RiRi yang berisi jawaban soal-soal ujian.
Sarah "Gak tau… RiRi terlalu polos… Dia… membantuku Nih kalian butuh ini… kan…?"memberikan buku
Yola "Wah… bagus… sekali…"
Amel "Sudah… kubilang kan…? RiRi itu bodoh… Gampang kita… manfaatkan dia…"
RiRi, yang sejak awal mengetahui rencana mereka dari percakapan yang tidak sengaja ia dengar, tetap santai. Ia berdiri di sebalik tirai kelas, mengamati perilaku ketiga temannya itu.
Ia tidak percaya. Ia telah memberikan kepercayaan kepada Sarah, namun Sarah mengkhianatinya. Rasa kecewa dan sedikit kecemburuan menyergap hatinya.
Namun, ia tidak menunjukkan perasaan itu. Ia hanya tersenyum kecil, menunjukkan bahwa ia tidak terlalu peduli dengan perbuatan mereka. Ia sudah siap dengan rencana lainnya.
Sarah memberikan buku catatan RiRi kepada Yola dan Amel. RiRi mengetahui rencana jahat Sarah dan teman-temannya. RiRi menunjukkan sikap yang tenang dan tidak terduga.
RiRi muncul dari persembunyiannya. Ia menatap Sarah, Yola, dan Amel dengan tenang, namun tatapannya tajam. "Aku tidak bodoh," katanya, suaranya tegas namun tenang.
"Justru kalian yang bodoh. Kalian mengira buku catatan itu adalah catatan belajar utamaku? Salah besar! Itu hanya catatan kecil, catatan tambahan saja."
"Catatan belajar sebenarnya ada di tempat yang aman. Sudahlah, yang bodoh itu kalian, bukan aku. Lebih baik aku fokus belajar saja daripada memikirkan orang-orang tak berguna seperti kalian."
RiRi berbalik dan pergi, meninggalkan ketiga temannya tercengang. Ia berjalan dengan percaya diri, fokus pada tujuannya, yaitu sukses dalam ujian.
Yola dan Amel hanya mampu menatap RiRi dengan tatapan tajam, sementara Sarah terdiam, rencananya telah terbongkar. Setelah pulang sekolah, RiRi kembali fokus belajar di rumahnya.
Laptop barunya menjadi sahabat setia, membantunya mengakses berbagai sumber belajar online. Di sela-sela waktu belajarnya yang padat, sesekali ia membuka YouTube untuk menonton video-video ringan sebagai hiburan.
...✧༺♥༻✧...
Suatu sore, sambil bersantai, RiRi menemukan video tutorial menggambar sketsa. Minatnya langsung terusik. Gambar-gambar sketsa yang indah dan detail membuat RiRi terpesona.
Ia pun mulai mencoba-coba mengikuti tutorial tersebut, melukiskan imajinasinya di atas kertas. Aktivitas menggambar ini memberikannya relaksasi yang dibutuhkan setelah seharian bergelut dengan buku-buku pelajaran.
Ia menemukan keseimbangan antara belajar dan menyalurkan kreativitasnya. RiRi menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya tentang akademis, tetapi juga tentang menemukan keseimbangan dan menikmati prosesnya.
RiRi menghela napas panjang, jari-jarinya masih memegang pensil, meninggalkan sketsa setengah jadi di atas meja.
"Aahhh… sebenarnya aku nggak suka belajar," gumamnya, jujur pada dirinya sendiri.
"Tapi aku harus belajar. Nggak papa deh, nanti kalau aku lulus, aku akan mengalahkan Tia yang selalu dapat peringkat satu!" Matanya berbinar dengan tekad.
"Dan aku akan menunjukkan kepada Bu Emah kalau aku itu tidak hanya menguasai bidang seni, tapi aku juga bisa belajar dan menguasai pelajaran lain." Senyum percaya diri terkembang di bibirnya.
Ia menyimpan pensilnya dan kembali fokus pada buku pelajarannya, tekadnya untuk berhasil semakin membara.
Hari-hari berlalu dengan cepat. RiRi belajar dengan tekun, menimbang-nimbang antara waktu belajar dan waktu untuk menyalurkan hobinya menggambar. Ia tidak lagi terganggu oleh ulah Sarah, Yola, dan Amel.
Mereka tampaknya sudah menyerah untuk mengganggu RiRi setelah rencana mereka terbongkar. Suatu hari, sekolah mengumumkan lomba gambar tingkat kota. Tema lomba adalah "Harmoni Alam". RiRi langsung tertarik.
Ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan bakat seninya pada publik yang lebih luas. Ia mulai menyusun ide dan konsep gambarnya. Ia ingin menciptakan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga bermakna.
Ia ingin menggambarkan keindahan alam serta pentingnya melestarikan alam. Namun, ia juga harus tetap fokus pada ujian sekolahnya. Ia harus menemukan keseimbangan antara kesenian dan akademik. Ini adalah tantangan baru baginya.
RiRi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba gambar. RiRi dihadapkan pada tantangan baru untuk menemukan keseimbangan antara kesenian dan akademik.
RiRi berhasil menyeimbangkan waktu belajarnya dengan waktu untuk mempersiapkan lomba gambar. Ia bekerja keras, dengan tekun dan penuh semangat. Ia menciptakan sebuah karya yang indah dan bermakna, menggambarkan keindahan alam dan pentingnya melestarikan alam.
Gambarnya berhasil menarik perhatian para juri dan ia mendapatkan peringkat pertama dalam lomba gambar tersebut. Ia sangat bangga dengan prestasinya itu.
Tidak hanya itu, ia juga berhasil memperoleh nilai yang sangat baik dalam ujian sekolahnya. Ia bahkan berhasil mengalahkan Tia yang selalu mendapatkan peringkat satu. Bu Emah pun sangat bangga padanya.
Ia melihat bahwa RiRi bukan hanya berbakat di bidang seni, tetapi juga cerdas dan tekun dalam belajar. RiRi telah membuktikan bahwa ia bisa mencapai kesuksesan di berbagai bidang. Ia telah menemukan keseimbangan antara kesenangan dan tanggung jawab.
RiRi berhasil menyeimbangkan waktu belajar dan waktu untuk mempersiapkan lomba gambar. RiRi mendapatkan prestasi yang gemilang dalam lomba gambar dan ujian sekolah.
RiRi membuktikan bahwa ia bisa mencapai kesuksesan di berbagai bidang.
...✧༺♥༻✧...
Hari ujian praktek telah tiba. RiRi dengan tenang dan percaya diri menjalani ujian praktek keagamaannya. Hafalan surah-surahnya lancar, tajwidnya tepat, dan ia mampu melaksanakan praktek keagamaan lainnya dengan baik. Para guru yang menjadi juri tampak berbisik-bisik kagum.
Bu Emah "Sepertinya anak ini benar-benar belajar."
Kepala sekolah, Bu Iin, mengangguk setuju.
Bu Iin "Dia lagi rajin, berarti."
Bu Yeni "Kan saya sudah bilang, anak-anak itu berbeda-beda."
Bu Ida "Sebenarnya aku yakin sih si RiRi ini bakalan bisa."
Bu Rani "Walaupun dia malas belajar dulu, tapi sekarang jadi pintar."
Suasana ruangan dipenuhi dengan decak kagum dan pujian atas penampilan RiRi yang luar biasa. RiRi berhasil membuktikan kemampuan dan kerja kerasnya.
Pak Irfan, salah satu guru penguji, menyela. "Yasudah, Bu Emah, prakteknya nggak usah dilanjut. Kayaknya dia bisa semua."
Guru-guru lain mengangguk setuju. Mereka menyelesaikan pencatatan ujian praktek RiRi, mencentang semua tugas yang telah RiRi kerjakan dengan sempurna.
Bu Emah "RiRi, sekarang giliran temanmu. Keluar ruangan sekarang."
RiRi sedikit bingung. "Loh, Bu? Masih ada yang belum selesai ujiannya."
Pak Irfan tersenyum. "Sudah, saya tandai semua. Lancar dan bagus. Jadi Bapak yakin kamu hafal semua."
RiRi masih terlihat ragu, tetapi ia akhirnya meninggalkan ruangan ujian dengan perasaan lega dan bangga. Ia telah berhasil melewati ujian praktek dengan nilai yang memuaskan.
RiRi keluar dari ruang ujian praktek. Teman-temannya langsung mengerubunginya, penasaran dengan ujian yang baru saja dijalaninya.
Ara "RiRi, kasih tahu dong, tadi di ruang praktek soal-soalnya apa aja?"
Puput "Iya nih, mau tahu!"
Tia "Wah, pasti susah!"
Aida "Ah, paling RiRi nggak lulus ujian praktek."
Amel "Dulu aja hafalannya susah."
Yola "Hahaha… kan dia bodoh."
Sarah "He… tapi RiRi berubah jadi pintar, loh, pas akhir semester mau lulus."
RiRi tersenyum sedikit misterius. "Di ruang praktek ya… hemm… aku belum selesai sebenarnya."
Yola Meledek. "Tuh kan, bodoh… hahaha…"
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...