Benih Rahasia CEO Cassanova

 ”SAKA! Hampir aja!” Suara pekikan dari Johan yang langsung nyelonong masuk membuat Saka yang sebenarnya baru bisa bernapas sebentar setelah istrinya keluar kini menjadi semkin kesal melihat wajah Johan.

”Keluar!” titah Saka dengan suara datarnya karena Layla masih ada di bawah sana dan keadaan ini bisa bisa membuat Johan heboh jika melihat adegan ini tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi dan Saka tidak mau itu. Bisa bisa Johan membicarakannya sampai bertahun tahun.

Johan melipat kedua lengannya, kini dia sudah bejalan dan berada tepat di depan meja Saka. Layla yang mendengar ada pegawai lain datang hanya bisa menarik napasnya dalam dalam karena dia harus bertahan sebentar lagi di posisi tidak nyaman itu.

Hari ini benar benar hari sialnya.

”Kau masih tidak mau berterimakasih? Jika bukan aku yang cepat mengabari kalau istrimu datang mungkin sekarang kau sudah menjadi duda!” kesal Johan dengan mata yang memincing menatap Saka, hanya dia satu satunya orang yang seberani itu dengan seorang Adisaka Tahta Hirawan.

Saka lagi lagi berusaha menarik napasnya dalam dalam, rasanya dia ingin sekali menendang pria ini cepat keluar dari ruangannya. ”Ya aku akan memberikanmu bonus untuk itu sekarang keluarlah aku sedang tidak ingin berbicara denganmu,” jawab Saka sembari menggerakkan tangannya menyuruh Johan keluar.

Tapi, bukan Johan namanya jika tidak menguji kesabaran Saka. Bukannya keluar seperti permintaan Saka, Johan malah menatap pria itu dengan tatapan anehnya. ”Aku sudah mendengar kekacauan yang kau buat di bagian pemasaran, apa kau benar benar Saka teman yang sudah kukenal selama 20 tahun?”

Johan sangat syok ketika salah satu pegawai di ruangannya membicarakan keributan yang melibatkan CEO baru perusahaannya ini tentang pegawai baru yang dipecat oleh managernya dan langsung diangkat menjadi sekretaris pribadi CEO.

Mengingat itu bukan tipikal tindakan yang akan dilakukan Saka membuat Johan awalnya tidak percaya sebelum akhirnya dia bertanya nama pegawai itu siapa dan benar saja itu Layla wanita yang Saka minta carikan datanya sebelumnya.

Belum sempat Johan menyusul Saka untuk meminta penjelasan pria itu, di lobi dia melihat Meira datang dengan wajah kusutnya dan langsung mengabari Saka.

”Apa pekerjaan pegawai di perusahaan ini bergosip saja?” tanya Saka dengan wajah tidak percaya pasalnya kejadian itu menyebar secepat kilat hingga ke divisi bagian Johan membuat Saka tidak habis pikir.

”Semua orang memperhatikanmu, jadi lainj kali kau harus lebih berhati hati untuk mengambil tindakan. Apakah ada CEO yang datang sendiri ke bagian pemasaran seperti tidak punya pekerjaan?” sindir Johan. ”Lagipula aku jadi pensaran secantik apa wanita bernama Layla itu hingga kau menggila ketika tau dia bekerja di perusah—

”JOHAN!” bentak Saka sebelum pria itu hendak melanjutkan ucapannya yang kemungkinan besar bisa melukai harga diri Saka. Bagaimana tidak? Wanita yang mereka bicarakan sedang ada di kaki Saka saat ini dan dia jelas saja sudah mendengar semuanya sejak awal.

Saka memijit kepalanya hampir saja Johan membongkar sesuatu yang hanya mereka berdua ketahui secara pribadi. ”Keluar sekarang, sekarang tugasmu urus semua pegawai yang bergosip itu jangan sampai aku mendengar ada yang membicarakannya lagi mulai besok,” suruhnya.

Johan yang melihat wajah Saka memang sedang tidak dalam suasana hati yang bisa ia ajak bercanda memilih mengalah saja daripada dia menerima amukan Saka yang tidak main main. ”Baiklah....tapi seperti biasa semakin sulit pekerjaannya semakin tinggi pula bayarannya,” ucap Johan dengan wajah yang tersenyum licik.

Saka mengangguk. ”Apapun yang kau minta sekarang keluarlah!”

Johan tersenyum puas saat mendengar itu karena transaksi diantara kedua orang ini jarang berhubungan dengan uang karena memang Johan adalah anak dari keluarga kaya raya yang dititipkan untuk belajar bisnis dari perushaan Saka agar dia kelak bisa menjadi pewaris yang pintar sehingga keduanya tidak bertransaksi dengan uang walau sebenarnya Johan mendapat gaji sebagai formalitas saja.

Johan mengangguk lalu hendak berbalik sebelum dia menyadari sesuatu yang jangga. ”Tunggu.”

Saka mengepalkan tangannya, kali ini kesabarannya benar benar sudah habis dengan temannya ini. Johan melihat ac yang ada di pojok ruangan menyadari kalau itu hidup dan suhu ruangan juga sejuk. ”Apa yang membuatmu berkeringat seperti itu? Apa kau sakit?” tanya Johan sambil menaikkan alisnya.

Saka yang duduk tak nyaman di kursinya itu menggeleng cepat. Dia segera mengambil remot ac yang ada di mejanya dan menurunkan lagi suhunya padahal sudah sangat dingin. ”Sudah puas? Sekarang keluarlah!”

Johan memincing dengan mata curiga. Tingkah Saka sangat aneh dan tidak biasa di matanya tapi dia tidak tahu apa yang terjadi sebelum akhirnya sebuah jawaban gila muncul di kepalanya. ”Jangan bilang kau habis melakukan adegan panas dengan Meira?”

”JOHAN!”

”Ya aku keluar!” Johan langsung berlari keluar setelah Saka melemparkan tatapan sangat tajam padanya karena omong kosong pria itu.

Beberapa saat setelah Johan benar benar menghilang dibalik pintu, barulah Saka bisa bernapas tenang. ”Kamu bisa keluar sekarang,” ucap Saka pelan pada Layla.

Wanita itu sudah tidak tahu lagi harus bereaksi apa setelah mendengar semua itu. Perlahan Layla keluar menyembul dari bawah meja saat Saka memundurkan kursinya. Pria itu berdehem untuk menetralkan suasana dan menyembunyikan kegugupannya.

”Saya...hm..maksudku, aku anggap saja aku tidak mendengar apapun karena aku akan segera melupakannya,” ujar Layla dengan suara yang gugup. Dia berusaha menyeka keringatnya yang membahasi pelipis hingga ke lehernya membuat fokus Saka seketika teralingkan.

Layla dengan tenang mengelap keringatnya setelah mengambil tisu yang ada di sana dan Saka dengan terang terangan tanpa ia sadari menatap wajah Layla turun ke lehernya yang basah dan turun ke lekuk tubuh Layla yang terbentuk sangat molek dengan balutan pakaian kerja itu.

”Ekhmm! Pakaian itu tidak cocok untukmu. Besok hari pertamamu bekerja pakai pakaian yang lebih bagus!” sinis Saka walau hatinya berkata sebaliknya.

Layla seketika melihat pakaiannya yang rasanya bagus bagus saja tapi mengingat temperamen Saka, Layla hanya mengangguk tanpa ada niatan berdebat lagi.

”Kalau begitu aku akan pulang sekarang,” ucap Layla dengan kikuk karena dia tak tau harus pamit bagaimana kepada seorang bos yang sekaligus suaminya ini. Keadaan ini benar benar rumit bagi Layla.

Tanpa menunggu balasan Saka, Layla berjalan hendak keluar melalui pintu namun Saka mencegahnya. ”Tunggu! Jangan lewat depan. Ada lift pribadi disana kamu akan langsung tiba di basement aku akan memesan taxi untuk mengantarmu pulang.”

Layla melongo ketika mendengar itu. ”Tidak per—

”Aku tidak menerima penolakan, Anabella.” Saka berucap dengan suara beratnya yang berubah menjadi terdnegar seperti paksaan.

Layla mematung ketika mendengar nama itu. Anabella, nama kecilnya yang biasanya diucapkan papanya yang kini sudah meninggal tapi entah kenapa kini aneh mendengar orang lain memanggilnya seperti itu.

”A-Anabella?” lirih Layla dengan wajah bertanya tanya.

Layla menatap Saka saat pria itu tengah memesan taxi untuknya melalui ponselnya. Hal itu membuatnya teringat perkataan istrinya dan salah satu pegawai yang kelihatannya sangat dekat dengan pria ini. Semua hal itu berputar di kepalanya seakan akan tidak bisa dia abaikan.

Mulai dari masalah pribadi Saka dengan istrinya yang membicarakan tentang pewaris dan uang lalu perkataan salah satu teman Saka tadi yang membicarakannya secara santai seakan mereka sudah biasa melakukannya.

”Kenapa? Bukankah namamu Layla Anabella? Aku pikir Anabella lebih bagus untuk panggilanmu,” ucap Saka dengan santainya.

”Tidak, aku tidak suka. Panggil saja Layla,” ucap Layla tanpa ia sadari dengan nada yang marah.

Saka menangkap perubahan suasana hati wanita itu. ”Aku tidak sedang meminta persetujuanmu, Anabella,” lirih Saka dengan seringaian tipis di wajahnya.

Layla menghembuskan napas kasar sambil memutarkan bola matanya malas.

”Semakin kamu tidak suka semakin bagus, aku memang tidak berniat untuk membuatmu bahagia disini setelah apa yang sudah kamu lakukan di masa lalu.”