"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 09. Mengidam
Di perusahaan "JANUARI GRUP" sang CEO menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kebesarannya.
Uwek uwek
Tiba-tiba Filio merasakan mual dan ingin muntah. Dengan cepat ia bergegas berlari kecil ke kamar mandi yang berada didalam kamar pribadinya.
Dalam sekejap ia memuntahkan isi perutnya.
"Sebenarnya aku sakit apa?" gumamnya sembari membasuh wajahnya. Merasa cukup ia kembali ke ruangan.
Kini Filio membaringkan tubuh lemas karena akibat muntah.
"Kenapa tiba-tiba aku ingin sekali mangga muda," gumam Filio seketika ingat buah mangga di taman Mansion begitu lebat, kebetulan masih pada muda.
Tidak ingin berlama ia meraih ponsel lalu menghubungi asistennya.
"Gio sekarang juga kau pergi ke Mansion. Di taman belakang ada salah satu pohon mangga yang berbuat, petik beberapa buah dan segera berikan kepadaku." Ujar Filio tanpa menjelaskan mangga itu untuk siapa, tentu saja membuat sang asisten tidak paham.
"Bilang saja itu buat selingkuhan kau yang lagi mengidam. Cepat aku tidak ingin menunggu lama, apa lagi mendapat bantahan." Ujar Filio langsung memotong sambungan telepon tanpa mau mendengarkan perkataan Gio sang asisten terlebih dahulu.
30 menit pesanan mangga muda akhirnya datang.
"Kupas dan potong-potong," titah Filio kepada Gio.
"Maaf Tuan ini sebenarnya untuk siapa?" tanya Gio.
"Apa kau ada melihat orang lain di sini?" jawab Filio.
"Tidak Tuan," balas Gio sembari mengupas mangga itu.
Sedangkan Filio sejak tadi menelan ludahnya. Benar-benar ia tidak sabaran untuk cicipi mangga itu.
"Silahkan Tuan," Gio memberikan potongan penuh itu kepada Filio.
Dengan cepat Filio ambil potongan demi potongan memasukan kedalam mulutnya. Sedangkan Gio membulatkan mata melihat cara sang CEO menikmati mangga muda itu, tentu saja rasanya pasti asam.
"Kau mau Gio? ini enak sekali," ujar Filio dengan mulut penuh.
"Tidak Tuan," jawab Gio dengan mimik wajah menahan rasa asam serta ngilu di giginya.
"Apakah ada yang menanyakan tadi ketika kau memetik mangga ini?" tanya Filio sembari memasukan potongan terakhir.
"Nona Della Tuan, kebetulan Nona juga memetik mangga ketika saya berada di sana. Nona bertanya untuk apa dan siapa yang memerintahkan saya," ungkap Gio.
"Terus kau mengatakan aku yang memerintahkan?" ujar Filio dengan suara sedikit meninggi.
"Tidak Tuan, saya mengatakan seperti perintah Tuan sebelumnya sehingga Nona Della berpikir jika kekasih bohongan saya sedang mengidam. Maka dari itu Nona memberikan sekantong penuh," beber Gio.
"Kau memang bisa diandalkan. Hmmm terus Della tumben dia," gumam Filio.
"Katanya untuk sahabatnya yang lagi mengidam Tuan," jawab Gio.
Hmmm
Seketika hening. Tidak lama Filio kembali berulah.
"Gio tiba-tiba aku ingin sekali makan bakso setan," ujar Filio sembari membayangkan bakso super pedas dihadapannya. "Cepat carikan bakso setan," imbuhnya.
"Sekarang Tuan?" tanya Gio dengan kening mengerut karena sang CEO semakin aneh.
"1 tahun lagi," jawab Filio.
"Baik Tuan," seakan paham Gio langsung bergegas berlalu untuk mengabulkan permintaan sang CEO.
15 menit pesanan sudah terhidang di atas meja sofa. Kebetulan restoran bakso setan berada di kawasan sekitaran kantor sehingga tidak menyulitkan Gio.
Dengan lahapnya Filio menikmati bakso super pedas itu dengan peluh sudah membanjiri wajahnya. Dengan setianya Gio mengusap keringat itu menggunakan sapu tangan milik Filio.
Dengan nafas memburu bukan membuat Filio menyudahi tetapi ia menghabiskan tanpa tersisa setetes pun lagi dalam mangkok itu.
Hmmm
Filio bersendawa pertanda ia sudah kenyang.
"Jika sudah tidak ada lagi saya permisi Tuan," ujar Gio.
"Hmmm lanjutkan pekerjaanmu," ujar Filio.
"Baik Tuan, permisi." Gio bangkit dan melangkahkan kakinya.
"Tunggu Gio," panggil Filio sehingga membuat Gio menghentikan langkahnya tepat diambang pintu. Gio membalikan badan. "Tiba-tiba aku ingin makan yang segar-segar, sepertinya semacam es sup buah," imbuhnya.
"What? sejak kapan Tuan menyukai makanan semacam ini? sangat aneh seperti orang ngidam," ujar Gio hanya berani membatin.
"Baik Tuan tunggu sebentar, kebetulan di kantin kantor sedia beraneka macam jenis es sup buah. Ada es teler, es setan, es aneh, es sinting, es lebay dan masih banyak lagi," ungkap Gio yang sebenarnya menyindir.
"Beli saja semua yang kau sebut," jawab Filio tidak tau jika Gio hanya mengerjai.
"Yang banyak diminati adalah es teler, jadi sebaiknya saya memesan itu saja," ujar Gio karena memang yang tersedia adalah es teler.
"Terserah kau saja, cepat laksanakan," titahnya tanpa tau jika sang asisten sedang mengerutuki dirinya.
Dalam perjalanan menuju kantin Gio menggerutu. Keanehan sang CEO membuatnya menggelengkan kepala. Setelah pesanannya siap ia segera membawanya ke ruangan CEO.
"Kau lama sekali," protes Filio.
"Maaf Tuan antri," jawab Gio.
"Apa kau tidak mengatakan jika pesanan itu buat diriku? mau aku pecat pemilik kantin itu?" omel Filio.
"Maafkan saya Tuan, ini bukan kesalahan sang pemilik kantin tetapi saya tadi sempat bicara melalui telepon dengan Nona Sinta. Nona menanyai Tuan karena ponsel Tuan tidak bisa dihubungi. Nona mengatakan ingin bertemu Tuan jika tidak sibuk," jelas Gio.
"Katakan saja aku sibuk dan tidak bisa diganggu," jawab Filio memang malas untuk bertemu siapapun. "Mana es teler itu? apakah setelah memakannya bisa mabuk? seperti namanya?" imbuhnya.
"Tidak Tuan itu hanya sekedar namanya saja," kata Gio.
Filio mulai menikmati kesegaran es teler itu. Dalam sekejap habis tak tersisa. Sampai ia bersendawa karena kenyang.
Uwek
Tiba-tiba mual dan ingin memuntahkan semua yang telah disantapnya tadi dengan cepat ia berlari ke kamar mandi.
Uwek.... uwek.... uwek....
Entah sudah berapa kali Filio memuntahkan isi perutnya. Semua makanan yang ia makan ketika keluar semua. Gio dengan setiap memijit tengkuk sang CEO.
"Sepertinya Tuan terlalu kekenyangan," kata Gio menyakinkan jika sang CEO kekenyangan sehingga sampai muntah begini.
"Entahlah Gio, badanku terasa lemas," jawab Filio.
Gio memapah tubuh sang CEO membawanya ke kasur. "Tuan lebih baik beristirahat, wajah Tuan tampak pucat. Apa perlu saya panggilkan dokter?" saran Gio.
"Tidak perlu sebentar lagi akan kembali normal," ujar Filio sembari memijit ujung keningnya dengan mata terpejam.
"Baiklah jika begitu sebentar lagi saya menghadiri rapat," ungkap Gio terpaksa memimpin rapat.
"Handle semuanya, aku akan beristirahat sampai jam pulang. Gio sebelum memulai rapat belikan aku martabak manis dengan varian rasa keju dan kacang, tidak pakai lama." Titah Filio mulai berulah.
"Baik Tuan," jawab Gio dengan wajah menahan geram.
Dalam perjalanan Gio bersungut-sungut.
"Aku seperti melayani orang yang lagi sedang ngidam saja. Jika setiap hari begini bisa-bisa aku stres," gerutu Gio bergumam.
Didalam kamar
"Ada apa dengan diriku? sangat aneh," gumam Filio dengan mata terpejam. "Sepertinya aku memang harus diperiksakan dokter," imbuhnya.
...******...