"Masa lalumu biarlah menjadi masalalumu, dan masa depanmu adalah masa depan kita."
"Tapi aku takut mengecewakanmu."
"percayalah jika seseorang mencintaimu dengan tulus dia tak akan pernah mempermasalahkan masalalumu, tidak semua orang memiliki masa lalu yang indah ataupun sebaliknya jadi tak semua orang harus mengetahuinya."
Novel ini mengisahkan perjuangan seorang gadis yang harus meninggalkan keluarganya dan oramg ia sayangi demi ketenangan hidupnya dan brusaha keras untuk mewujudkan semua impiannya.
Meski harus menikah di usianya yang terbilang masih muda dan menjadi gelar seorang Ibu baginya tak menjadi penghalang untuk mengejar apa yang telah ia impikan selama ini.
Apakah Alindia bisa bangkit dari keterpurukan dan menemukan kebahagiaan? Yuk baca novelnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosdiana meida sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Kota Paris
Istri mana yamg tak sakit hatinya jika harus berbagi suami pada wanita lain yang tak lain adalah saudara tirinya sendiri, Alin capek tiap hari menangis meratapi hidupnya, dia berusaha berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan jika Laura saat ini adalah madunya.
"Sayang, apa kamu sudah siap? sebentar lagi kita berangkat." Ucap Aldi sambil memakai sepatunya. Alin tak menjawab sepatah kata apapun.
Setelah Aldi resmi menikahi Laura, Alin jadi jarang berbicara dengan Aldi dia hanya memenuhi kewajibannya saja sebagai istri, hari ini Aldi mengambil cuti untuk mengajak Alin pergi bulan madu ke Paris, Aldi sudah menyiapkan semua untuk memberikan kejutan pada istrinya tersebut.
Alin dan Aldi berdiri di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, dengan senyum bahagia di wajah mereka. Mereka akan memulai perjalanan bulan madu mereka ke kota Paris, kota cinta yang terkenal di dunia.
Setelah check-in dan melewati proses keamanan, mereka berdua memasuki pesawat yang akan membawa mereka ke Paris. Alindia dan Aldi duduk di kursi jendela, menikmati pemandangan awan yang putih dan luas.
Selama perjalanan, Alin hanya diam tak banyak bicara, meski Aldi telah mengawalinya dan mengajaknya bicara, Aldi ingin mengajak istrinya mengunjungi Menara Eiffel, Museum Louvre, dan Arc de Triomphe. Aldi juga ingin mengajak Alin berbelanja di Galeries Lafayette dan berjalan-jalan di sepanjang Sungai Seine.
Setelah beberapa jam, pesawat mendarat di bandara Charles de Gaulle, Paris. Alindia dan Aldi keluar dari pesawat, merasakan udara dingin Paris yang menyegarkan...
Malam itu, langit Paris berwarna ungu muda dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip. Udara dingin musim dingin membuat orang-orang berlindung di dalam jaket tebal mereka. Namun, tidak ada yang bisa menghalangi keindahan Menara Eiffel yang berdiri tegak di tengah-tengah kota.
Aurelie, seorang pelukis muda, berdiri di tepi Sungai Seine, menatap Menara Eiffel yang berkilauan dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip. Ia merasa takjub dengan keindahan menara yang dibangun pada abad ke-19 itu.
Aldi sengaja menyewa kamar hotel yang bisa melihat keindahan menara Eiffel dari luar jendela.
Keindahan Menara Eiffel pada malam hari memang tidak bisa disangkal. Ia adalah simbol kota Paris yang paling ikonik, dan keindahannya membuat orang-orang dari seluruh dunia datang untuk menikmatinya.
"Gimana sayang, kamu suka?"
"Biasa aja." jawab Alin singkat
"Sayang aku akan terus berusaha biar kamu bisa happy lagi, ayo ikut aku." sambil menggandeng tangan istrinya.
Aldi telah menyiapkan private properti untuk berduaan dengan Alin, di sebuah taman dengan dipenuhi bunga - bunga yamg bermekaran serta kolam kecil yang berisi ikan - ikan yamg lucu dan lampu - lampu yang menerangi lokasi sekitar yang letaknya tidak jauh dari sungai seine, suasana malam ini membuat Alin berhasil diluluhkan. Aldi ingin meratukan Alin malam ini.
"Akhirnya aku bisa melihat senyum itu kembali." sambil menatap wajah istrinya yang terlihat malu-malu.
"Terimakasih ya untuk semua ini."
"Iya istriku, apa yang kamu inginkan saat ini akan aku lakukan."
"Aku mau makan malam spesial tapi aku mau kamu yang masak langsung didepan aku."
"Oke, siapa takut."
Aldi menyuruh orang untuk mempersiapkan meja, alat - alat masak serta bahan - bahan yang akan digunakan. kali ini Aldi akan memasak masakan khas Jepang, Omakase, Aldi ingin membuat sushi, sashimi untuk Alin. sambil memasak, mereka juga bercandaan.
Aldi, yang tidak terlalu mahir memasak, merasa sedikit gugup.
"Yakin kamu bisa memasak?" tanya Alindia sambil tersenyum.
"Tentu saja, aku adalah chef terbaik di dunia!" jawab Aldi dengan percaya diri.
Alindia tertawa. "Oh, aku tidak sabar untuk mencoba masakanmu."
Aldi memulai memasak menu spicy tuna hand roll , tetapi tidak lama kemudian, dia mulai membuat kesalahan. Ia salah mengukur bumbu, sehingga masakannya menjadi terlalu pedas.
"Wow, ini pedas sekali!" seru Alindia sambil mencicipi masakan Aldi.
"Waduh maaf sayang, aku gak sengaja bikin kamu menangis." jawab Aldi sambil tersenyum.
Alindia tertawa. "Kamu yaa." Alin menggelitiki suaminya itu dan Aldi membalasnya, mereka berlarian dan membuat dapur outdoor mereka jadi sedikit berantakan.
Setelah itu Mereka berdua makan malam bersama, sambil bercanda dan tertawa. Meskipun masakan Aldi tidak sempurna, mereka berdua menikmati waktu bersama dan saling menikmati kebersamaan.
"Terima kasih untuk makan malamnya" kata Alindia sambil mencium Ald untuk pertama kalinya.
Aldi yang pertama kali mendapatkan perlakuan itu merasa dirinya seperti melayang diawan, karena Alin tak pernah melakukan itu sebelumnya.
"Sama - sama sayang," jawab Aldi sambil memeluk Alindia dan mencium keningnya.
Mereka berdua menikmati malam yang indah bersama, dengan canda dan tawa yang tak terlupakan.
"Habis ini kamu minta apalagi sayang?"
"Aku minta kamu gendong aku sambil keliling melihat menara Eiffel."
"Kok keliling menara Eiffel? ke kamar aja ya." goda Aldi.
"Ngapain ke kamar?" tanya Alin yang pura-pura tidak tau.
"Yaudah mau sekarang?" Aldi langsung menggendong Alin.
"Cepet banget sih." Alin terkejut.
Aldi menggendong Alin dan mengajaknya keliling di sepanjang Sungai Seine, menikmati pemandangan kota Paris yang romantis. Mereka berhenti di sebuah kafe kecil, menikmati secangkir kopi dan mengobrol bersama tak lupa mereka juga berfoto mesra dan mengabadikan momen ini.
Tak lama kemudian, telpon pun berdering, Laura menelpon Aldi.
"siapa bang?" tanya Alin
"Emmm ini Laura yang telpon." jawab Aldi gugup, Alin langsung mengernyitkan alisnya.
"Mau apa dia telpon kamu sih, bukannya sudah tau kalau ini jadwal aku?"
"Aku juga gak tau, aku angkat dulu ya."
Aldi memgangkat telponnya Laura.
"Hallo Raa ada apa?"
"Perut aku sakit banget mas, keram dari tadi, kamu kapan pulngnya?"
"Emm Rabu kayaknya baru pulang."
"Baiklah, cepat pulang ya Mas, anakmu kangen sama kamu." Lalu Laura menutup telponnya.
"Yang kangen bukan bayinya tapi emaknya." gerutu Alin mendengar percakapan mereka.
"Hey, kok jadi cemberut gitu sih?"
"Istri mana yang gak sakit hati melihat suaminya telponan sama cewek lain yang ternyata sekarang jadi madunya sendiri, sakiit rasanya."
"Alin, maafkan aku, aku tidak bisa berbuat apa - apa dan maafkan aku jika memaksamu untuk bertahan, tapi aku gak bisa kehilangan kamu, udah ya kita lupain masalah ini sejenak, kita nikmati momen kebersamaan kita dulu."
"Iyaa, sekarang bisa lupa dan sekarang kamu jadi suamiku tapi tidak dengan besok, kamu kembali ke Laura."
"Aku mohon Lin, tolong jangan bikin aku sedih dengan dua pilihan yang sulit."
"Tapi hidup itu pilihan Bang."
"Kalau disuruh memilih aku pilih mati aja."
Disitu, Alin berhenti berbicara, mungkin Aldi benar - benar bingung harus berbuat apa, karena dia belum menemukan bukti jika Laura yang bersalah atas kejadian ini, ia juga tak mungkin lepas dari tanggung jawabnya karena bayi yang dikandung Laura tak punya salah apa-apa, jadi Aldi benar-benar berada di situasi yang sangat sulit.
Ketika jam menunjukkan pukul 10 malam, Menara Eiffel menyala dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip, membuat Alindia, dan Aldi terpesona. Mereka merasa seperti sedang berada di dalam sebuah lukisan yang indah, mereka melihat pemandangan itu di balik jendela kamarnya.
Aldi pun memeluk Alin dari belakang "Sayang aku boleh menciumu?" bisik Aldi.
Alin pun menoleh dan menatap Aldi " Kok pakek nanya sih Bang, kan kamu suamiku."
Tanpa berkata lagi, Aldi langsung menyambar bibir merah Alin sambil membelai rambut panjang istrinya itu dan perlahan membuka resleting dress milik Alin yang berada dibelakangnya begitupun juga dengan Alin yang mulai membuka kancing kemeja Aldi.
Ciuman mereka semakin panas dan kini mereka sudah berpindah diatas ranjang, Aldi menatap buah dada milik istrinya yang masih terbungkus bra.
"Kamu cantik banget Malam ini my lovely, tonight, you are all mine my wife." sambil menatap wajah Alin yang tersenyum dan bisa dirasakan jika pada saat itu Alindia merasa deg degan,
"Kamu gugup ya sayang?"
Alin hanya meng anggukan kepalanya.
"Kalau kamu belum siap, kita tunda dulu gak apa-apa."
"Jangan bang, memang sudah sepenuhnya aku memberikan semua padamu dan pas di malam pertama kita waktu itu sudah gagal, tak mungkin ditunda lagi."
Aldi tersenyum mendengarnya, ia pun kembali mencumbu bibir istrinya dan turun ke lehernya memberikan tanda ke pemilikan disana..
Tangan Aldi mulai membuka pengai bra milik Alin dan betapa terpesonanya m3lihat pemandangan yang disuguhkan malam ini, Aldi mulai menyambarnya dan tangan satunya juga 5ak mau diam membuat pemiliknya mendesah perlahan.
Tiba-tiba pikiran Alin kembali teringat perlakuan buruk Papah tirinya yang membuatnya meneteskan akr mata.
"Sayang, are you oke? kalau kamu gak siap kita tunda dulu gak papa."
"Aku gak apa-apa Bang, lanjutkan aja." sambil mengusap air matanya
"Jujur sama aku sayang kamu kenapa?"
"Mana mungkin aku cerita sama kamu Al kalau Paoah tiriku pernah melakukan ini padaku meskipun belum sempat mengambil mahkotaku, tapi ini masih menyakitkan hatiku." batin Alin yng berusaha menahan air matanya.