Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Jahat.
Ternyata apa yang ditakutkan Adara terjadi. William yang langsung berdiri dari tubuh Adara. Dia benar-benar menghentikan permainan untuk di tengah jalan. William yang mengkancing kemejanya yang sempat beberapa kancing terbuka. Tatapan mata William begitu sinis.
"Kau mengharapkan semua ini akan berlanjut? kau terlalu percaya diri Adara," tanyanya dengan senyum di ujung bibirnya yang terkesan mengejek Adara.
"Kau hanya sebagai pelampiasan dan tidak menjadi hal yang spesial di dalam hidupku. Jadi jangan terlalu berharap banyak dariku!" ucapnya lagi.
Rasanya begitu sakit sekali, seperti di tusuk tombak. Bisa-bisanya William mengatakan hal seperti itu yang benar-benar tidak mengerti perasaannya.
"Jangan terlalu percaya diri!" tegas William yang mengambil jasnya dan langsung keluar dari kamar Adara dengan bantingan suara pintu kamar.
Air mata Adara berhasil jatuh, bagaimana tidak. Dia benar-benar sangat sakit hati dengan perkataan suaminya itu. Suaminya sanggup meninggalkan permainan hanya karena memikirkan perasaan Katy dan padahal dia sendiri adalah seorang istri yang seharusnya William harus mengutamakannya.
Adara bener-bener harus menerima nasibnya yang mendapatkan perlakuan seperti itu dan benar apa yang dikatakan William. Bahwa dia ingin menunjukkan kepada Adara bahwa dia bukan William yang dulu lagi dan William sudah berubah menjadi orang yang sangat menakutkan.
Dengan tatanan rambut yang sedikit berantakan dan juga dressnya yang pasti juga kusut lagi berbuat perbuatan William.
Adara yang berdiri kurang lebih 10 meter dari depan kamar William. Bagaimana terlihat dari pintu yang terbuka sedikit William dan Katy yang saling berpelukan mesra dan seketika pintu itu tertutup. Entah apa yang ingin diketahui Adara.
Bisa-bisanya dia keluar dari kamar dengan penampilannya seperti itu. Dia mencari William dan ternyata itu yang terjadi di depan matanya. Betapa hancurnya hatinya yang sudah pecah dan sekarang berkeping-keping lebih hancur yang sudah tidak bisa disatukan lagi.
Bagaimana tidak! William yang baru saja ingin menjamu tubuhnya dan karena suara seorang wanita yang memanggil namanya membuat William menghentikan semua itu dan sekarang di depan matanya pasangan itu berpelukan mesra di dalam kamar dan apalagi yang dilakukan seorang pasangan jika sudah berduaan.
"Iya. Kamu memang bukan William yang aku kenal. Kamu benar-benar sudah berubah. Kamu tidak peduli sama sekali bagaimana perasaanku," batin Adara dengan air matanya yang terus saja mengalir di pipinya.
Bekas tanda kepemilikan di lehernya masih saja terlihat dan di dalam bayangannya suaminya itu akan membuat tanda dengan wanita lain.
Adara hanya meratapi nasibnya yang begitu sangat menyedihkan. Entah sampai kapan semua itu akan berakhir. Adara tidak tahu sampai kapan dia akan bertahan
**
Adara yang duduk di meja makan yang sedang menikmati sarapannya baru saja diberikan oleh Bibi.
"Nona mau di tambah susunya?" tanya Bibi
"Boleh Bi!" jawab Adara.
Bi asih yang langsung mengambil gelas Adara dan membuatkan susu untuk Adara. Tidak lama Bibi kembali lagi.
"Makasih Bi!" ucap Adara membuat Bi asih tersenyum. Adara yang meneguk susu itu. Tetapi tiba-tiba ada orang menyakitkan dahinya yang tidak jadi meminumnya.
"Ada apa Nona?" tanya Bi asih
"Maaf Bi. Apa ekspaaiet susunya sudah habis?" tanya Adara yang berbicara selalu begitu hati-hati yang takkan menyinggung perasaan Bibi.
"Apa iya!" Bibi yang terlihat panik langsung melihat kotak susu tersebut.
"Tidak Nona! ini masih tahun depan baru masak kadaluarsanya habis," jawab Bi aish.
"Tapi kenapa rasanya berbeda dengan susu yang tadi?" tanya Adara.
"Masa Nona. Ini sama saja dengan yang pertama Bibi buatkan," jawab Bibi.
Wajah Adara terlihat lesu yang sepertinya tidak bisa meminum susu tersebut.
"Ya. Sudah kalau memang tidak menyukainya, jangan di paksa. Bibi mau buatkan susu yang lain?" tanya Bibi.
"Tidak usah Bi! Adara mau air putih saja," sahut Adara
"Baik Nona!" sahut Bibi yang langsung mengambilkan air putih dan kemudian langsung memberikan kepada Adara.
"Nona lanjutkan sarapannya. Bibi mau membongkar belanjaan dulu," ucap Bibi yang membuat Adara menganggukkan kepala
"Sayang! Aku akan sangat kesepian sekali jika kamu pergi. Kamu kenapa coba harus ke Luar Negri segala," Adara menghentikan sarapannya sejenak ketika mendengar suara tersebut yang siapa lagi jika bukan William dan Katy.
Mereka berdua sudah seperti pasangan suami istri saja yang setiap hari menunjukkan keromantisan kepada Adara yang lebih terlihat tidak tahu diri.
"Sayang! Aku hanya pergi sebentar saja. Kita bisa video call, kamu tidak perlu khawatir!" ucap William dengan mengusap pucuk kepala Katy.
"Tetapi tetap saja aku akan kangen sama kamu," ucap Katy dengan suara manjanya sekarang sudah memeluk William. Adara sudah sangat muak ada pasti matanya sudah sakit melihat hal seperti itu setiap hari. Dia hanya berusaha untuk berpura-pura cuek dan tidak peduli sama sekali.
"Aku sudah pasti akan kangen sama kamu. Aku juga pasti akan kembali secepatnya. Sekarang kita sarapan ya," ucap William.
Katy menganggukan kepala yang sudah tidak memeluk kekasihnya itu lagi dan melihat ke arah Adara yang masih tetap sarapan.
"Aku mana mungkin sarapan satu meja dengan dia. Bisa-bisa aku tidak selera makan," ucap Katy.
William membuang nafas perlahan ke depan.
"Apa kamu mau makan sampai malam di sana?" tanya William yang pasti tujuannya untuk mengusir Adara.
"Pergi! Jangan membuat orang lama menunggu!" tegas William.
Sarapan yang belum selesai itu terpaksa harus dihentikan. Adara yang berdiri dari tempat duduknya dan tidak lupa membawa piringnya.
"Hey!" tegur Katy.
"Enak saja pergi sembarangan. Kau bersihkan meja ini dan juga tempat dudukmu. Aku tidak ingin ada bayang-bayangan wajahmu di hadapanku! Itu sangat menjijikkan sekali," tegas Katy.
Selalu saja apa yang dilakukan Katy tidak pernah sama sekali ditegur William dan bahkan sepertinya dia sangat senang Katy melakukan semua itu kepadanya.
"Kebiasaan jika diberikan perintah maka akan bengong. Ayo cepat laksanakan!" tegas Katy.
Adara benar-benar malas ribut yang akhirnya melakukan apa yang di perintahkan, mengambil tisu dan membersihkan meja sesuai dengan apa yang diperintahkan Katy. Setelah melakukan semua itu. Adara langsung meninggalkan meja makan itu.
"Ayo kita sarapan!" ajak William.
"Iya. Sayang," sahut Katy.
***
William yang berada di kamarnya terlihat rapi-rapi yang memakai jasnya dan ada Bi asih di dalam kamar yang terlihat memasukkan beberapa stel pakaian ke dalam koper.
"Berapa hari tuan William akan pergi?" tanya Bi Asih.
"Kurang lebih 1 Minggu," jawab William.
"Lalu Nona Katy bagaimana?" tanya Bibi.
"Apa maksudnya bagaimana?" William menimpali pertanyaan itu.
"Tuan! sudah begitu lama Nona Katy tinggal di rumah ini. Bahkan sudah lebih 1 bulan. Apa dia tidak akan kembali ke tempatnya?" tanya Bi asih.
"Bi! bukankah saya sudah mengatakan kepada Bibi apa alasan Katy berada di rumah ini dan kenapa bertanya lagi?" tanya William.
"Saya tahu! Tetapi daripada terus berada di rumah ini. Apa tidak ingin mencarikan tempat lain atau melaporkan semua kejadian ini kepada pihak berwajah. Agar orang-orang yang meneror Nona Katy bisa ditangani polisi," ucap Bibi memberi saran.
"Siapa yang menyuruh Bibi untuk mengatakan hal seperti ini. Apa dia yang menyuruh Bibi membicarakan Katy kepadaku agar aku mengusir Katy dari rumah ini?" tanya William yang sekarang sudah menghadap Bibi.
Bersambung.....