"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
"Nomor Kak Rey." Vivi tersenyum sambil menyimpan nomor Reynan di ponselnya. Kemudian dia segera mengirim pesan. Meskipun hanya sebatas balasan tentang pekerjaan tapi dia sudah sangat bahagia.
Vivi segera mengambil jas Reynan, lalu membawa tas dan juga dokumen. "Biar cepat, naik motor sajalah."
Vivi segera turun ke lantai dasar lalu berjalan ke tempat parkir. Dia melihat lagi titik lokasi yang dikirim Reynan dan posisi terkini Reynan .
"Kak Rey dari arah barat, lewat jalan utama saja biar bisa bertemu Kak Rey." Setelah menata barang bawaannya di depan dan memakai helmnya, Vivi segera melajukan motornya.
Dia melaju dengan kecepatan sedang. Hingga saat dia akan sampai di tempat tujuan, dia melihat mobil Reynan yang membanting stir dan menabrak beton pembatas jalan hingga mobil itu terbalik.
"Kak Rey!" Vivi segera menepikan motornya dan turun. Dia membawa tasnya lalu mendekati mobil Reynan. Dia berjongkok dan berusaha membuka pintu mobil Reynan.
"Mbak, tunggu polisi datang dan juga ambulans. Kita sudah menghubungi," kata salah satu warga yang berada di lokasi itu.
"Iya, tapi keluarkan dulu orangnya biar tidak semakin terjepit di dalam." Vivi tidak peduli dengan orang yang terus merekam tanpa membantu. Dia berusaha menarik badan Reynan yang terjepit di dalam mobil.
"Kak Rey!" Tanpa sadar air mata itu mengalir saat melihat kondisi Reynan saat ini. Darah mengalir dari pelipisnya. Badannya terjepit di antara jok dan stir.
Akhirnya ada yang membantu Vivi mengeluarkan Reynan dari mobilnya. "Kak Rey..." Betapa hancur perasaan Vivi saat ini ketika melihat seseorang yang dia sayangi terluka parah. "Kak Rey, harus bertahan."
Setelah ambulans datang, petugas medis segera membawa Reynan masuk dan memberikan pertolongan pertama. Mereka memasang oksigen dan berusaha menghentikan pendarahan di kepalanya.
Vivi terus menemani Reynan di dalam ambulans sampai mereka tiba di rumah sakit.
Reynan masuk ke dalam IGD dan segera ditangani oleh dokter. Sedangkan Vivi kini menghubungi Raina.
"Raina, Kak Rey kecelakaan. Di IGD RSU. Cepat ke sini sama kedua orang tua kamu." Hanya itu yang bisa dikatakan Vivi, karena dia tidak sanggup mengatakan bagaimana kondisi Reynan saat ini. Lukanya terlihat parah di kepalanya. Belum lagi tubuhnya yang terjepit pasti ada cidera parah di dalam tubuhnya.
Vivi duduk sambil meremat tangannya sendiri. Dia terus menundukkan kepalanya. Air matanya masih saja berurai. Mengapa ini terjadi pada Reynan? Jika tahu seperti ini, dia tidak kan menyumpahi Reynan yang tidak-tidak. Lebih baik dia melihat Reynan bahagia dengan orang lain daripada harus melihat Reynan menderita seperti ini.
Kak Rey, harus bertahan. Kak Rey pasti bisa melewati ini...
Beberapa saat kemudian, Raina dan kedua orang tuanya datang.
"Bagaimana kondisi Rey, mengapa bisa kecelakaan?" tanya Rani dengan sangat khawatir.
"Aku mengantar jas dan dokumen Kak Rey dengan sepeda motor. Aku cuma melihat mobil Kak Rey yang menabrak pembatas jalan dengan keras hingga terbalik. Aku tidak tega lihat Kak Rey, Tante." Vivi semakin menangis sesenggukan.
Rangga segera menghubungi anak buahnya yang sekarang sedang mengurus kasus kecelakaan Reynan dengan polisi. "Apa? Ada yang sengaja memotong kabel rem di mobil Rey! Kamu usut masalah ini dan tangkap pelakunya sampai dapat."
Rangga membuang napas kasar lalu duduk di dekat istrinya. "Ada yang sengaja ingin mencelakai Rey."
"Apa Rey punya musuh?"
"Papa juga tidak tahu. Vivi, apa Rey keluar dengan Lena sebelumnya?"
Vivi menganggukkan kepalanya. "Iya, katanya akan fitting baju."
"Sepertinya ini berhubungan dengan Lena. Semoga pelaku cepat ditangkap," Rangga kembali menatap ponselnya dan memberi petunjuk pada anak buahnya.
"Semoga tidak ada yang parah." Rani harap-harap cemas menunggu penanganan Dokter yang cukup lama itu.
Vivi masih saja menatap darah Reynan yang berada di tangannya.
"Vivi, Kak Rey pasti tidak apa-apa." Raina memeluk Vivi. Dia sendiri juga sedih, tapi dia berusaha menguatkan sahabatnya yang pasti lebih shock karena melihat kejadian itu secara langsung.
"Kasihan, Kak Rey sebentar lagi akan menikah."
"Kamu sudah tahu? Maaf aku tidak kasih tahu kamu, karena aku tidak tega."
"Tidak apa-apa. Aku mengerti." Vivi menghapus air mata dengan punggung tangannya. Bahkan darah Reynan sedikit membekas di pipinya.
"Vivi, ayo aku antar membersihkan tangan kamu. Darahnya sampai di wajah kamu," kata Raina. Dia mengambil tisu dan mengusap wajah Vivi. "Ayo!"
Akhirnya Vivi berdiri dan berjalan dengan Raina menuju toilet.
Beberapa saat kemudian, Dokter keluar dan menemui kedua orang tua Reynan.
"Bagaimana kondisi putra kami?" tanya Rangga. Kedua orang tua Reynan kini berdiri dan mendekati Dokter.
"Luka di kepalanya memang cukup lebar, tapi untunglah tidak sampai terjadi pendarahan dalam. Hanya saja cidera di tulang belakangnya cukup parah hingga mengenai saraf-saraf penting."
Mendengar hal itu, Rani duduk dengan lemas. Dia sudah bisa membayangkan kemungkinan terburuk yang akan dialami putranya.
"Jika seperti itu, apa yang akan terjadi dengan putra saya?" tanya Rangga.
"Putra Anda akan mengalami kelumpuhan, entah sebagian atau total. Kita tunggu sampai putra Anda sadar."
Rangga segera memeluk istrinya yang semakin menangis tergugu. Dia pastikan, pelaku yang melakukan ini pada Reynan akan segera mendapatkan balasannya.
💞💞💞
Like dan komen ya...
pak sopir nya kejar tayang
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor