Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan kedua
Duakhh dugh
"aargghh" Zaky mengerang dan menggulingkan tubuhnya ke arah samping saat Marsya membenturkan kepala mereka, lalu menendang aset miliknya.
"aarrrggghh dasar cewek gila" ucap Zaky.
"ahhh oke gua anggap itu pujian, mana kunci kamarnya?" ucap Marsya yang tentu saja tidak di jawab oleh Zaky, karena ia fokus dengan rasa sakitnya.
Marsya berjalan sempoyongan ke arah lemari, membuka setiap laci, dan tiap pintu lemari untuk mencari kunci kamar, tetapi ia tidak menemukannya, lalu ia beralih ke meja di sudut kamar, membuka setiap laci tetapi sama tidak ada kunci kamar di situ.
Takk
Marsya meraih benda yang terjatuh dari atas meja karena tak sengaja ia senggol saat dirinya akan berdiri.
ini.... Sialan, jangan-jangan dia nyampurin minumannya pake ini? Marsya menatap obat tetes mata yang ada di tangannya.
Marsya mengalihkan tatapannya melihat ke arah Zaky yang masih berbaring kesakitan di atas ranjang, ia mencari pakaian Zaky, barangkali dia menyimpan kunci kamar di pakaiannya.
"ah ketemu"
Sretttt bugh
Marsya yang lengah tak menyadari bahwa Zaky telah sedikit pulih dari rasa sakitnya, ia menjambak rambut panjang Marsya yang acak-acakan lalu membenturkan kepala depannya pada pintu lemari kayu tersebut, membuat kepalanya terasa berputar dan seperti akan pecah, ia juga merasakan hidungnya sangat nyeri dan perih, terdapat darah yang mengalir dari sana saat ia memegang hidungnya.
"ughh" Marsya memegang erat kunci kamar di tangannya, ia harus keluar.
Sretttt
"lepas brengsekkk"
Marsya mulai mengeluarkan air mata saat ia sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit di wajah dan kepalanya, belum lagi bagian inti tubuhnya yang terasa perih, ia menggenggam tangan Zaky yang menjambak rambutnya untuk memaksanya berdiri, ia meronta-ronta agar Zaky melepaskannya.
Zaky berdiri di hadapan Marsya, ia menjambak kuat-kuat rambut Marsya hingga membuat Marsya mendongakkan kepalanya, ia melumat bibir Marsya dengan rakus.
"hmmmmppp"
dugh
Marsya memegang lengan Zaky, lalu menendang ulu hati Zaky menggunakan lututnya dengan sekuat tenaga.
"hah hah hah" Marsya mengelap bibirnya yang penuh dengan saliva milik Zaky, ia merasa jijik.
Dengan langkah sempoyongan ia berlari menuju pintu kamar, dan berusaha untuk membukanya.
Cklek cklek cklekk
"gabisaaa, siall yang mana kuncinya" ucap Marsya sambil terisak, dia merasa putus asa karena kunci yang saat ini di genggamnya sangatlah banyak.
Marsya memeriksa celananya, ponsel serta dompetnya masih aman, ia membuka ponselnya dan menekan telepon darurat, dia tidak tau siapa yang dia hubungi, karena lagi-lagi Zaky menjambak rambutnya dan menyeretnya, Marsya terseret memundurkan langkahnya, kulit kepalanya sudah panas karena terus menerus di jambak dengan sangat kuat sedari tadi.
"ugh"
Zaky menekan kuat kepala Marsya, ia membenamkan wajah Marsya padaa ranjangnya, Marsya mencengkram pergelangan Zaky yang sedang menahan kepalanya dengan kedua tangannya, ia meronta-ronta karena merasa sangat sesak, Zaky yang kesal karena Marsya terus-terusan memberontak meraih ikat pinggang di dekatnya dan mengikat kedua tangan Marsya menggunakan ikat pinggang tersebut.
"bangsatt, lepas brengsek" Marsya berteriak saat kepalanya sudah tidak lagi di tekan oleh Zaky, lalu menggulingkan tubuhnya ke samping, dan berusaha bangkit dari ranjang milik Zaky.
"huuh udah cukup main-mainnya, sekarang kamu harus patuh Marsya" ucap Zaky, ia melangkahkan kakinya ke arah meja kamar lalu meraih sesuatu dari kolong ranjang.
Marsya melihat ada celah ketika Zaky berjalan menjauh, ia membenturkan dahi sebelah kiri kepalanya pada kaca lemari, karena berkali-kali ia mencoba memecahkan menggunakan kepalan tangannya tetapi tidak bisa.
Prangggg
Marsya meraih serpihan kaca yang berukuran lumayan besar dengan ujungnya yang lancip di dekat kakinya, ia menggenggam dan mengacungkannya ke arah depan, tak ia hiraukan darah yang mengalir dari dahi serta hidungnya.
Zaky berdiri memegang cambuk di tangannya, ia tersentak saat mendengar suara kaca yang pecah.
"ahh memang seperti yang di ucapkan oleh Yosi, kamu sangat liar, gak bisa di atur" ucap Zaky, dia merasa was-was melihat Marsya yang seperti kesetanan dengan tangannya yang mengacungkan serpihan kaca tajam serta wajahnya yang penuh darah.
Zaky merasa suasana saat ini sudah semakin tidak terkendali, ia melemparkan kembali cambuk di tangannya, lalu mengangkat kedua tangannya, ia menyerah, melihat tatapan Marsya yang seperti kehilangan akal sehatnya, ia takut Marsya akan membunuhnya, atau malah dia akan nekat bunuh diri, Zaky tidak ingin mati, atau masuk penjara.
"baiklah, permainan berakhir, kita akhiri sekarang" ucap Zaky, ia meraih pakaiannya, lalu memakainya
"buka pintunya" ucap Marsya masih mengacungkan kaca, tangannya masih terikat dengan ikat pinggang, tapi ia tidak ingin Zaky melepaskannya, karena ia takut Zaky akan mengambil kesempatan lagi.
Zaky melepaskan kalung yang di pakainya, lalu membuka kunci kamar menggunakan kalung itu.
"sialan, ternyata kuncinya di kalung dia" batin Marsya.
Cklekk
Zaky melangkahkan kakinya menuju keluar kamar di ikuti dengan Marsya yang siaga mengacungkan senjatanya, di lihatnya ruang apartemen milik Zaky masih sama seperti sebelumnya, Rayhan masih tertidur di atas meja, sedangkan Riana, dan Mona mungkin masih di dalam kamar.
"buka pintu depan" ucap Marsya dan di turuti oleh Zaky, Marsya terus melangkahkan kakinya sambil terus menatap Zaky, ia tidak ingin menciptakan celah sekecil apapun yang akan di manfaatkan oleh orang licik dan brengsek seperti Zaky.
Setelah keluar dari unit apartemen milik Zaky, Marsya menutupi kepalanya menggunakan tudung Hoodie miliknya, ia terus melangkah dengan waspada, ia takut Zaky akan mengikutinya.
Di sisi lain, Elios yang sedang berkumpul dengan teman-temannya merasa terkejut ketika ada panggilan masuk di ponselnya, ia tersenyum melihat nama Marsya tertera di sana, karena setelah pertemuan pertamanya dengan Marsya, baru kali ini Marsya menghubunginya. Tetapi ia merasa aneh ketika ia menjawab panggilan tersebut tidak ada suara Marsya yang berbicara, dia hanya mendengar suara erangan seseorang, suara lelaki, dan terakhir suara kaca pecah, mendengar semua itu membuat pikiran buruk merasuki otaknya, ia takut terjadi sesuatu pada gadis yang baru di kenalnya itu.
Ia meraih laptop yang ada di dalam warung lalu melacak keberadaan Marsya, ia melihat titik lokasi Marsya berada di sebuah apartemen. Tanpa mematikan sambungan teleponnya, Elios bergegas memakai jaket dan helmnya.
"woy mau kemana?" ucap teman Elios.
"ada urusan penting, gua cabut dulu bentar" ucap Elios berpamitan pada teman-temannya, lalu ia melajukan motornya. Untungnya posisi Marsya sekarang tidak terlalu jauh dari tempatnya berada.
Setelah 15 menit perjalanan, Elios sampai di pintu masuk apartemen, ia memarkirkan motornya di depan mini market yang berada di area apartemen, lalu ia melangkahkan kakinya menuju lift.
Dari kejauhan Elios melihat seseorang keluar dari dalam lift, ia memakai pakaian serba hitam dengan kepalanya memakai tudung Hoodie, tetapi ada yang aneh, orang itu terlihat waspada sekaligus kebingungan, setelah ia melangkah lebih dekat ia melihat kedua tangan orang itu di ikat menggunakan ikat pinggang.
"heii"
Deg
Elios terkejut dengan matanya yang terbelalak saat melihat sosok itu ternyata adalah Marsya, dengan wajahnya yang lagi-lagi babak belur, dan penuh darah, bahkan kali ini lebih mengenaskan dengan tangannya yang terikat oleh ikat pinggang.
"Marsya" ucap Elios berlari menghampiri Marsya, ia memegang wajahnya, lalu mendekapnya.
"Elioss, tolongg" ucap Marsya lirih, tak lama tubuhnya pun ambruk tak sadarkan diri.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊