Semua telah terjadi, imanku rasanya telah kubuang jauh. Berganti Nafsu syahwat yang selama ini selalu kupendam dalam-dalam.
Apakah ini benar-benar keinginanku atau akibat dari sesuatu yang diminumkan paksa kepadaku oleh pria-pria itu tadi.
Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Satu yang pasti, aku semakin menikmati semua ini atas kesadaranku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Tahan Lagi
“Malah pip1s,” ujar si Boss.
“Mem3k laknat... Jal4ng murahan!” bentak lelaki bertato banteng.
Aku terus menggoyangkan tubuhku, walau liang kewanit4anku masih belum berhenti mengeluarkan cairan yang mengucur deras hingga membasahi kaos kakiku.
Terasa sekali cairan hangat itu semakin mengotori kaos kakiku dan menimbulkan aroma yang tidak enak. Karena rasa tidak nyaman itulah aku kemudian meminta ijin agar melepas kaos kakiku sekalian, sehingga saat ini aku hanya mengenakan kerudung dan cadar tali yang menutup wajahku. Sedangkan sisanya, aku telanj4ng tanpa sehelai benangpun.
“Aku dataaangg....” ujar Bagong, pemuda gemuk yang tadi diutus membeli beberapa botol mir4s dan obat-obatan.
Beberapa lelaki kemudian berebutan mengambil botol mir4s dan kembali menikmati pertunjukanku. Bagong terlihat terkejut melihat kondisiku yang sedang disandwich oleh dua orang temannya.
Apalagi terlihat lantai di bawahku yang basah karena cairan yang daritadi mengucur deras membasahi alas tanpa keramik bangunan terbengkalai ini.
Kemudian lelaki bertubuh kurus mirip pecandu narkob4 mendatangiku dan kembali mencekoki dengan sebuah p1l yang aku sendiri tidak tahu apa itu.
Tak lupa mulutku pun dicekoki sebotol b1r. Tidak ada lagi penolakan dariku saat benda haram itu ia kucurkan ke rongga mulutku. Kuteguk tanpa ragu, demi mengobati rasa eneg benih yang tanpa sengaja tertelan olehku.
Beberapa saat aku minum p1l tersebut, benar saja kembali tubuhku kembali merasa begitu panas dan bergair4h. Buih-buih keringat langsung keluar dari seluruh pori-pori kulitku, dan parahnya put1nk susv, lubang pant4t dan juga vagin4ku pun tiba-tiba terasa kembali gatal dan begitu menyiksa. Aku semakin mengalami rasa syahwat yang tidak tertahankan.
Aku yang sudah tidak tahan kemudian memilih berhenti bergoyang dan mulai menggaruk kel4minku sendiri di hadapan mereka. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku yang tiba-tiba menggaruk vagin4ku tanpa rasa malu sama sekali.
“Kenapa gatal ya mem3k lu?” ujar Si Boss menggodaku.
“Ssshhh.. Iyaaaa...” jawabku dengan jujur.
“ya udah lu mainin dulu gih, kita buat live di instagram lu yaaa.. Tenang jam segini paling jarang yang online,” ujar Bagong sambil mulai mengarahkan kamera ponselku ke tubuh telanj4ngku.
“I—Iyaaah....” tanpa sadar aku tidak keberatan mereka merekam live Instagramku.
Aku yang sudah kehilangan akal mulai memainkan kemalu4nku sendiri. Tanganku dengan lincah mengoc*knya, sedangkan tanganku yang satunya memainkan put1nk susvku. Rasanya luar biasa nikmat saat bagian tubuh sensitifku kumainkan sendiri dengan kedua tanganku.
“Eh ada yang join lihat live lu nih, namanya Rian Pangestu,” ujar Bagong mengejutkanku
"Rian? Temen SD aku yang dulu terkenal paling badung di sekolah," kataku dalam hati.
“Ariefna? Kamu ngapain malam-malam gini? Wkwkwkwkw... Colm3k?” tulis Rian di kolom komentar sambil di bacakan Bagong.
“Busyet bin4l juga ya kamu ternyata. Kukira kamu cadaran alim, ternyata sang3an... Seru, nih, aku kabarin temen2 yang lain,” imbuh Rian dalam kolom komentar.
"Rian jangaaannnn...." pekikku dalam hati.
Aku semakin panik menyadari teman SDku yang dulu paling nakal dan suka ngintip cel4na dalam murid-murid perempuan malah menonton live Instagramku.
Tapi anehnya, selain rasa panik yang melandaku, ada rasa excited yang membuatku vagin4ku semakin becek tak karuan. Entah mengapa aku malah merasa tertantang saat ini, membayangkan teman-teman SDku yang nakal melihatku sedang mastulvrb4si.
Aku kembali meneruskannya, mengucek dengan liar kemalu4nku yang kini kuexpose pada live Instagramku. Vagin4ku banjir, dan rasanya semakin gatal saja. Saat membayangkan auratku kuumbar di live kali ini, aku justru semakin bergair4h dan nafsvku semakin tidak bisa kubendung. Telunjukku semakin liar memainkan bagian dalam liang kewanit4anku hingga muncrat-muncrat.
“Cadar Lovers Joined,” ujar Bagong.
Entah siapa itu, aku tidak peduli.
“Aaahhh.. Terus sayang mainin mem3k kamu.. punya kamu gatal ya sayang?” komentarnya.
“Aldo Putra joined,” ujar Bagong kembali.
"Aldooo? Temen Rian yang dulu pernah nembak aku waktu SD?” aku terkejut.
“Ariefna... Luar biasa.. Tubuhmu s3xy banget. Aku liat sambil ngoc*k ya...” komentar Aldo.
Aku semakin bersemangat saat menyadari live instagramku semakin ramai. Aku tak peduli jika anak-anak berandal ini yang melihat kenakalanku. Yang aku takutkan tiba-tiba teman-teman kajian dan juga ikhwan yang kukenal menonton live instagramku kali ini.
“Mainin pent1l kamu Ariefna....” ujar Rian.
Aku pun segera menuruti permintaannya, segera kumainkan kedua payud4r4ku. Kurem4s perlahan dan kupilin dengan nakal. Tak lupa, kubuka vagin4ku lebih lebar agar mereka yang melihat live ku bisa melihatnya lebih jelas.
“Indra Setiawan joined,” ujar Bagong.
"Indra.. teman Rian yang sama nakalnya..." ujarku dalam hati.
“Wah seriusan lu Rian, Ariefna yang katanya hijrah live di IG?” tanyanya.
“Lihat dulu dodol,” jawab Rian.
“Mana buktinya kalau itu Ariefna, orang cadaran”, ujar Indra.
“Oiya, Ariefna coba buka cadarmu. Ini Ariefna asli bukan? Jangan-jangan di hack,” ujar Rian.
Ya, memang saat aku SD, aku belum berkerudung seperti sekarang. Sehingga mereka pasti sulit mengenaliku apalagi saat ini aku selalu memakai cadar sehari-harinya. Bertahun-tahun tidak bertemu, pasti mereka lupa dengan wajahku. Dan Betapa bodohnya aku, aku malah merasa tertantang untuk membuka cadarku serta kerudungku.
Kemudian aku mulai melucvti kerudung dan cadar taliku. Aku benar-benar ingin membuktikan bahwa aku adalah Ariefna yang mereka kenal. Ariefna yang dulu murid paling pintar di sekolah, Ariefna yang dulu selalu jadi siswi teladan di sekolah. Ariefna yang selalu bersikap dingin kepada para murid-murid nakal yang hampir tidak naik kelas.
Ya Ampun aku kok malah jadi sombong gini.
“Ariefna ini beneran Ariefna! Cantik bener lu sekarang,” ujar Rian.
“Ariefna... sialan lu s3xy bener anj1rrr..” ujar Iwan.
“Aaahhh.. Dari dulu juga udah cantik. aku langsung keluar ini liat tubuh kamu Naa....” imbuh Aldo.
“Ya Ukhti, cadar dan kerudung anti jangan dibuka. Itu aurat ukhti... Tutup lagi Ukhti, biarkan tubuh anti aja yang anti buka,” komentar cadar lovers.
“Ariefna, close up dong,” pinta Iwan.
Lalu Aku pura-pura berjalan dan mengambil ponselku, agar seolah aku melakukan live instagram ini atas kemauanku sendiri. Kuambil ponselku dari tangan Bagong, lalu Bagong diam-diam membantuku memegangi ponselku dan mengarahkan kameranya ke vagin4ku lebih dekat.
“Arggghh Ariefna, seger banget anj1rrr.. Gak nyangka mem3k kamu brutal bentuknya,” ujar Rian.
“Mem3k brutal.. Wkwkwkw.., udah ndower,” komentar Iwan.
“Brutal mat4mu. Mem3k terindah itu.. Ayo Colm3k lagi Ariefna....” pinta Aldo.
Aku sedikit kesal saat mereka mengatai bentuk vagin4ku. Andai mereka tahu ini akibat ulah para gang motor yang menggilirku hingga bentuknya tak karuan seperti sekarang.
Aku mencoba bersabar dan kembali meneruskan mastvrb4siku di hadapan teman-teman SDku saat live instagram. Toh aku yakin walau bentuknya sudah ngga cantik, vagin4ku tetap saja membuat mereka bir4hi.
Kumainkan ujungnya yang sudah basah dan kukoc*k dengan cepat sambil sesekali kutusukkan jari telunjuk dan jari tengahku untuk menggapai bagian gatal yang menyiksa di dalam.
Aku tampa sadar mendesah nakal memainkan kemalu4nku di live Instagram ini. Sialnya, aku justru merasa menikmati sambil ditonton oleh teman-teman SDku yang dulu terkenal berandal itu.
Kubiarkan mereka melihat detail aurat yang saat ini sedang dalam kondisi becek-beceknya.
“Ariefna kapan-kapan reuni Yokkkkk.. Pingin silaturahmi sama mem3k kamu. Berempat aja gimana? Aldo udah ga tahan tuh liat pujaan hatinya dari dulu. Heheheheh,” ujar Rian.
Belum sempat aku menjawab, Bagong sudah mengakhiri live instagramku.
Live ended.