Istri Bisu Milik Sang CEO

"Moira.." Sapa Theo, ia mengetuk ruangan wanita tersebut sebelum masuk. Kebetulan Moira memang sedang berlatih dengan Nia, ia bangkit untuk membuka pintu.

Theo masuk kedalam ruangan disusul oleh Moira dibelakangnya, tangan Theo memegang secarik kertas penting yang akan diberikan kepada Moira nantinya.

"Ada apa?" Tanya Nia kepada Theo yang terlihat lagi terkena masalah besar saja.

Pertanyaan Nia membuat Theo tersadar dari lamunannya, ia memberikan kertas tersebut kepada Moira. "Ini surat rekomendasi dari Perusahaan Dante Corporation untukmu, Moi." Kata Theo sampai membuat Nia terkejut setengah mati.

"Rekomendasi dari Perusahaan Dante?" Nia langsung merebut surat tersebut dari tangan Moira untuk lebih memastikan lagi. Dan benar saja sampai bola mata Nia mau keluar semua karena membaca surat tersebut.

"Sebagai pendamping Tuan Leon?" Nia saling tatap dengan Theo, sepertinya mereka belum mengerti dengan semua hal ini.

Lain dengan Moira yang hanya terdiam menatap kertas ditangan Nia tersebut. Moira tidak menyangka jika akan cara seperti ini Leon membuatnya untuk bekerja disisi pria menyebalkan itu.

"Kesempatan bagus, Moi. Banyak orang yang ingin bekerja di Perusahaan besar itu.." Ucap Theo, ia mencoba mendukung Moira kali ini meskipun Theo berat melepaskan Moira.

Moira mengambil kertas itu dari tangan Nia, ia mengatakan sesuatu kepada Theo melalui bahasa isyarat. "Kalau aku tidak menerima tawaran ini... apa dendanya?"

Kedua tangan Theo yang sedari tadi tersimpan di kedua kantong celana langsung menuju ke arah pundak Moira. Seperti memberikan kekuatan dari sana, lebih tepatnya Theo ingin memberikan keyakinan kepada Moira.

"Kenapa kau tidak menerima tawaran ini, Moi? Karirmu akan memuncak nantinya, percaya padaku." Apa yang dikatakan Theo menandakan jika tidak setuju dengan apa yang Moira pikirkan.

"Theo benar, Moi. Banyak penerjemah yang mendaftarkan diri ke Perusahaan itu, tapi kau malah mendapatkan undangan khusus." Nia menimpali, ia merasa kesempatan bagus begitu sayang sekali untuk ditolak.

"Tidak apa, aku akan mengantarkan dirimu menuju Perusahaan itu. Santai saja.." Theo berlalu pergi setelah mengatakan itu, ia tidak ingin Moira mengetahui kesedihan hatinya.

Nia yang tahu jika Theo menyukai Moira menjadi sedikit lega karena saingannya telah pergi sekarang. "Kau beruntung, Moi. Aku juga beruntung, setidaknya tidak ada orang yang menganggu antara aku dengan Theo." Ucap Nia asal, ia tertawa senang sembari pergi meninggalkan Moira seorang diri.

Moira terduduk di bangku kerjanya, ia meremas erat kertas tersebut. Sekalipun Moira tetap bersikukuh tidak mau menerima rekomendasi tersebut tetap saja Leon akan memiliki cara lain nantinya. Kepala Moira tergeletak di meja kerjanya, terus ia hentakkan di meja berulang-ulang kali. Hal yang selalu Moira lakukan disaat dilanda kebingungan seperti yang ia rasakan hari ini.

"Bagaimana bisa aku bekerja disampingnya setiap hari? Bagaimana?!" Kepala Moira seakan mau pecah memikirkan semua itu.

Rasanya Moira sebal sekali dengan Leon yang selalu memiliki keputusan sepihak pada hidupnya. Padahal dalam perjanjian pernikahan jika mereka tidak boleh saling mengurusi hidup satu sama laih. Bahkan tidak boleh dalam satu ruangan yang sama, tapi semua ini apa? Mengapa Leon seenak jidat begitu mengubah semua yang sedang disepakati.

"Aku tidak akan terima begitu saja!" Moira mengambil ponselnya, ia ingin mengirim pesan pemberontakannya pada Leon.

Room Chat Moira untuk Leon

Moira: Jadi ini caramu membuatku kerja di Perusahaanmu itu, ha?!

Lama Moira menunggu jawaban pesan dari Leon, ia menyempatkan mengambil minum agar semua rasa dahaga panas ini segera menghilang tergantikan dengan rasa lega. Sampai jari Moira terus mengetuk dimeja menunggu balasan pesan dari Leon.

ting!

Singa Jantan🦁: Aku menunggu kedatanganmu, istriku.

Membaca balasan pesan dari Leon sampai membuat Moira tersedak air minum. Tangan Moira meraih ponselnya, ia melotot sempurna membaca balasan singkat tapi menyebalkan dari Leon. Dengan bibir yang saling mengigit Moira mengetik membalas pesan Leon, terlihat sepertinya Moira sangat sebal.

Moira: Kau sendiri yang mengatakan jangan sampai kita sering dalam satu ruangan, lalu bagaimana bisa aku bekerja disisimu?!

Dengan sedikit kasar Moira melempar ponselnya setelah mengirim pesan tersebut, anehnya malah Leon langsung membaca pesan tersebut padahal baru saja Moira kirim.

"Apa dia sedang tidak sibuk? Mengapa banyak waktu untuk membaca pesan dariku?"

Ting!

Singa Jantan 🦁: Bagaimana lagi, sekarang aku sangat ingin selalu berdekatan denganmu.

Ting!

Singa Jantan🦁: Untuk melindungi dirimu inilah caraku, jangan banyak protes. Aku menunggumu, kalau mau berdebat secara langsung saja. Aku capek mengetik!

Moira ingin sekali rasanya mengigit Leon yang menyebalkan itu, ia membuang napas secara kasar. Tidak akan mau membalas pesan dari Leon lagi, Moira menyimpan ponselnya didalam tas agar semua pesan Leon tadi tidak ia baca lagi.

"Aaaaaaaaaaaaa!" Moira menjerit untung saja tidak ada orang didalam ruangannya.

Menurut Moira lebih baik rasanya jika Leon tidak usah peduli padanya, tetap menjalani pernikahan sesuai perjanjian pertama. Tidak sok mau melindungi atau apapun, Moira tidak mau itu.

~

Di sisi lain Leon sendiri tengah mengadakan meeting, disela David yang tengah membicarakan tentang masalah bisnis mereka malah Leon asik dengan ponselnya. Ya, Leon menyempatkan waktu disela meeting hanya untuk berbalas pesan dengan Moira.

"Jadi, setiap saham yang tengah kita rancang harus mendapatkan...." David menjelaskan semua narasi kepada semua pekerja sambil sesekali melirik kearah Leon yang terlihat asik dengan ponselnya.

"Kenapa tidak kunjung dibalas?" Tiba-tiba saja Leon mengatakan itu hingga semua perhatian orang teralihkan padanya.

"Dibalas? Semua dibalas kok, Tuan. Hanya saja terkadang para kolega sedikit lamban memproses semua ini. Kami akan berusaha secepatnya semua urusan ini di selesaikan, agar para kolega segera membalasnya." Jelas David.

Leon mengangguk saja, padahal bukan itu maksudnya. Tangan Leon kembali memegang ponselnya, ia menantikan balasan pesan dari Moira tapi tidak kunjung ada.

"Jadi dia memang tidak mau membalas pesanku? Astaga, dia mengabaikan pesan sosok pria tampan sepertiku?" Leon terus mengoceh didalam hati.

"Meeting hari ini sampai disini!" Leon bangkit dari duduknya, semua orang juga melakukan hal yang sama. Menatap kepergian Leon dengan tatapan penuh tanda tanya, ini baru pertama kali Leon bersikap tidak disiplin.

"Astaga, kenapa lagi dia?" Akibatnya David jadi sakit kepala sendiri memikirkan semua yang harus ia bereskan.