Celia adalah seorang ibu tunggal yang menjalani kehidupan sederhana di kota Bandung. Setiap hari, dia bekerja keras di toko perkakas milik ayahnya dan bekerja di bengkel milik seorang kenalan. Celia dikenal sebagai wanita tangguh, tapi ada sisi dirinya yang jarang diketahui orang, sebuah rahasia yang telah dia sembunyikan selama bertahun-tahun.
Suatu hari, teman dekatnya membawa kabar menarik bahwa seorang bintang basket terkenal akan datang ke kota mereka untuk diberi kehormatan oleh walikota dan menjalani terapi pemulihan setelah mengalami cedera kaki. Kehebohan mulai menyelimuti, tapi bagi Celia, kabar itu adalah awal dari kekhawatirannya. Sosok bintang basket tersebut, Ethan Aditya Pratama, bukan hanya seorang selebriti bagi Celia—dia adalah bagian dari masa lalu yang telah berusaha dia hindari.
Kedatangan Ethan mengancam untuk membuka rahasia yang selama ini Celia sembunyikan, rahasia yang dapat mengubah hidupnya dan hidup putra kecilnya yang telah dia besarkan seorang diri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENAMZKIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MALAM PESTA KOBOI
Celia membungkuk untuk membetulkan sabuk Rion.
"Kamu senang malam ini, sayang?" tanya Celia padanya.
Rion mengangguk, dan topi koboinya melorot menutupi wajahnya, menyembunyikan matanya. Celia tertawa.
"Oh, maaf, topinya agak kebesaran, sayang," katanya sambil mengangkat topi itu, memperlihatkan mata abu-abu gelap Rion yang tersenyum padanya.
"Tidak apa-apa, Mommy. Hans punya kepala besar dan ibunya membelikan dia topi yang kekecilan. Aku bilang aku mau bertukar topi sama dia," katanya, mengambil jeda untuk bernapas di antara kata-katanya.
"Hebat," Celia berdiri.
"Ayah yakin tidak mau ikut?" Celia bertanya pada ayahnya.
Heru mendongak dari televisi.
"Aku yakin. Apa urusanku di pesta koboi?" gumamnya sambil kembali fokus pada televisi. "Sampai mati pun aku tidak akan mau memakai topi seperti itu," lanjutnya sambil mengganti saluran.
Celia menghela napas dan melihat ke arah Rion.
"Ayo, Rion, kita pergi sekarang."
"Dadah kakek," kata Rion sambil menggenggam tangan ibunya dan mengikutinya keluar pintu.
"Dah Rion," jawab Heru sambil mengganti saluran lagi.
Celia memarkir mobil truknya di lapangan parkir, dan Rion menatap keluar jendela ke arah sebuah gudang tempat pesta serta semua keramaian yang terjadi di dalamnya.
"Wow, Mommy, lihat! Apakah ada sapi di dalam sana?"
Celia mengangkat alis. "Iya, hanya saja bukan sapi seperti yang kamu bayangkan, sayang," katanya sambil melepas sabuk pengamannya. "Kamu siap untuk pesta koboi?" tanyanya.
Rion menoleh ke ibunya sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi di atas kepala. "Aku siap!"
Celia tersenyum. "Kamu ingat aturannya, kan?"
"Tidak boleh bicara dengan orang asing dan tidak boleh menggigit," jawabnya dengan senyum licik.
"Mommy serius, Rion. Mommy tidak mau kamu menggigit siapa pun malam ini. Kalau kamu melakukannya, kita langsung pulang. Kamu mengerti?"
"Ya, Mommy," jawabnya dengan sedikit cemberut.
"Baiklah, ayo kita mulai pestanya." Celia membuka pintu mobilnya dan berkeliling untuk membuka pintu Rion. Begitu kaki kecilnya menyentuh tanah, dia langsung lari ke arah gudang.
"Ayo, Mommy, ayo!" teriaknya sambil melompat-lompat penuh semangat.
"Aku datang." Celia mengambil topi koboinya dari bagian belakang truk dan mengenakannya di kepala. Dari gudang terdengar alunan musik, dan tampak sebuah bola disko tergantung di salah satu balok. Celia sedikit memutar mata melihatnya, lalu mulai mencari Rani atau Siska. Banyak orang dari kota yang datang, dan tempat itu hampir penuh sesak.
Setelah mengambil bir dari pendingin, Celia menemukan sebuah meja kosong dan duduk. Sementara itu, Rion berlari mencari teman-temannya.
"Celia, akhirnya ketemu!" Rani datang dengan rambut dikepang dan mengenakan gaun jeans. "Kamu kelihatan luar biasa!"
"Kamu tahu tidak, aku sampai harus mencukur kaki untuk penampilan ini," kata Celia sambil memutar tutup botol birnya dan mengambil tegukan.
"Kamu benar-benar memikat malam ini," kata Rani sambil duduk di sebelahnya. "Aku tebak Rion sudah kabur duluan."
"Iya, dia harus bertukar topi dengan anak bernama Hans," Celia mengangkat bahu. "Sekarang aku tinggal duduk di sini sampai dia lelah dan ingin pulang."
"Kamu tahu, Celia, kamu juga bisa mencoba bersenang-senang sendiri," kata Rani sambil melirik ke lantai dansa dan tersenyum. "Mungkin mencari seseorang untuk diajak berdansa?"
"Aku sudah memakai gaun, sepatu bot koboi, dan topi. Aku sudah melakukan bagianku. Lagipula, hanya karena aku memakai pakaian seperti ini, bukan berarti sikapku ikut berubah." Celia mengangkat bir ke bibirnya. "Aku tidak mau terlibat dengan laki-laki, aku tidak butuh."
Rani menghela napas. "Kamu keras kepala persis seperti ayahmu."
"Jangan bawa-bawa ayahku," kata Celia sambil menunjuk ke arah Rani. "Dia cukup pintar untuk tinggal di rumah dan menonton televisi."
"Dan di situlah kamu nanti dalam beberapa tahun, sendirian dan menonton televisi," kata Rani sambil menggeleng. "Aku mau pergi berdansa dengan suamiku."
"Love you, sayang. Sisakan satu dansa untukku nanti," kata Celia sambil tersenyum. Rani mengacungkan jari tengahnya sambil tertawa kecil.
Celia tersenyum dan menggelengkan kepala saat melihat sekeliling ruangan. Sepertinya malam ini akan terasa panjang.