Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Di kamar, Hana, Hasna, Lastri, dan juga Husna mengobrol tentang wisuda Hasna. "Berapa IPK mu Hasna?" tanya Lastri. IPK adalah Indeks Prestasi Kumulatif atau nilai akhir saat kuliah.
"3,75 kak." jawab Hasna singkat. Dia sedang mengepak pakaiannya karena esok harus pergi ke Kota PP bersama sang ayah. Tidak lama masuk lah Mami Titik yang harus bersiap juga untuk mengemas barangnya.
"Tinggi itu nilainya, saya saja hanya 3,35." ujar Lastri, dia memang berkata jujur. Dia baik sama orang tapi manja sama kedua orang tuanya.
"Sudah mau langsung pulang juga bu?" tanya Ibu Setia.
"Iya Bu Setia. Ini mau singgah di rumah neneknya dari suami saya yang dulu." jawab Mami Titik menunjuk sang anak.
"Dimana kampungnya neneknya bu? Apa jauh?" tanya Ibu Setia lagi.
"Cukup jauh bu, makanya jarang berkunjung. Mumpung kesini sekali jalan kesana." jawabnya sambil tersenyum hangat.
Usai mengepak, waktunya istirahat. Tepat pukul 14.00 Ibu Setia sekeluarga pulang diantar Hasyim. "Hasyim antar dulu pulang, sudah siang ini. Mau istirahat juga mertuamu dan keluarganya." ujar ibu Setia.
"Iya bu, saya antar orang tua pulang dulu yah." pamit Hasyim pada ayah mertuanya. Ayah Ahmad mengangguk setuju. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.
"Itu tadi mertua kamu Hana?" tanya Mami Titik.
"Iya Mam, itu tadi anak keduanya namanya Lastri." jawab Hana menjelaskan.
"Itu tadi Bu Setia dan Pak Limin. Itu anak pertamanya Hasyim, anak keduanya perempuan, anak ketiganya laki-laki lagi. Tadi ayah mertua Hana yang cerita." ujar ayah Ahmad, duduk ditepian ranjang dekat isterinya.
"Anak ketiganya gak ikut Mas?" tanya Mami pada Ayah.
"Gak, pemalu anaknya! Mungkin ya di rumah kalau gak pergi main sama temannya." jawab ayah mengira-ngira. Sorenya mereka mandi, ada yang memanaskan makanan untuk makan malam.
Keesokan harinya Hasyim dan Hana mengantar keberangkatan Ayah dan Hasna ke Kota PP, sedang Mami Titik dan Yusuf menuju ke Kota KU. Mereka semua diantar ke Terminal untuk mencari mobil angkutan umum.
"Mau kemana bu?" tanya Agen mobil pada Mami Titik.
"Saya mau ke Kota KU sama ini anak saya pak. Kalau suami saya sama anaknya mau ke Kota PP. Mana mobilnya yang ke arah sana pak?" tanyanya.
"Oh, ayo ikut saya bu." ajak pak Agennya. Mereka menuju mobil yang akan berangkat sesuai tujuan.
"Masih lama ya pak berangkat mobilnya?" Tanya Hasna pada sopir mobil.
"Sebentar lagi de, masih cari penumpang dua orang lagi supaya penuh." Jawabnya santai.
"Ish lama banget. Ya sudahlah." Gumamnya dalam hati. Hasna bergabung dengan yang lainnya. Tidak lama berangkatlah mobil yang akan membawa Mami Titik ke Kota KU.
"Mami pamit nak, terima kasih jamuannya selama Mami disini. Maaf kalau merepotkan." Pamitnya pada Hana dan Hasyim.
"Gak merepotkan kok Mami, kapan-kapan kesini lagi ya ade!" Ucap Hana ramah.
Tidak lupa Mami berpamitan pada ayah Ahmad. "Kami duluan." Pamitnya menjabat tangan Ayah Ahmad dan juga Hasna.
Usai pamitan, Mami Titik naik ke dalam mobil. Sekitar dua puluh menit menunggu, akhirnya mobil yang dinaiki ayah dan Hasna berangkat.
"Kami berangkat dulu, kak Hana, kak Hasyim, Husna. Baik-baik disini dik." Pamit Hasna kepada semua. Husna mengangguk setuju dengan tersenyum.
Berangkat lah mobil yang Hasna naiki dengan ayah Ahmad. "Yah, Mami gak apa-apa gak ikut?" Tanya Hasna hati-hati.
"Gak. Dia mau ke rumah mertuanya." Jawab ayah santai, Hasna hanya tersenyum kecil. Mereka melanjutkan perjalanan cukup jauh sekitar empat belas jam perjalanan.
"Tidurlah, kita tiba tengah malam ini." Ucap ayah memberi tahu sang putri.
"Jauh juga ya ayah?!" Ujarnya lalu bersandar di kursi untuk mencari kenyamanan akan tidur.
Empat jam perjalanan telah di lalui, saatnya makan siang. "Yah, sudah sampai di rumah makan. Kita singgah makan dan sholat ayah." Ajak Hasna. Justru ayah Ahmad yang tertidur pulas.
"Oh sampai mana ini??" Tanyanya sambil melihat-lihat ke arah luar. "Kayak di kampung T, ayo turun Hasna." Imbuhnya, Hasna lalu turun dari mobil, begitu juga dengan penumpang lainnya.
"Mau makan apa?" Tanya Ayah kepada Hasna. Dia masih sibuk menatap menu yang tertera di dinding lebar.
"Ayah mau makan bakso? Aku mau itu deh!" Tanyanya ke ayah Ahmad.
"Ayah mau makan nasi ayam saja yang ada sayur kuahnya." Jawab ayah Ahmad. Lalu Hasna memanggil waitersnya untuk memesan makanan.
"Mau bakso tanpa mie dan nasi ayam sayurnya Mbak." Ujar Hasna memesan makanan. Waitersnya mengangguk lalu pergi.
Beberapa menit menunggu, datang pesanan ayah dan Hasna. "Terima kasih Mbak." Pelayannya hanya tersenyum lalu pergi.
Ayah dan Hasna makan dengan nikmat, tidak lupa berdoa. Mereka sudah shalat Jamak dzuhur dan ashar sebelum makan.
"Enak ayamnya ayah?" Tanya Hasna penasaran. "Ayah mau coba baksonya?" Tanyanya memberikan dua baksonya pada ayahnya.
"Enak ayamnya empuk, karena ayam potong. Enak baksonya ternyata, berapaan harganya itu?" Tanya ayah melihat didinding warung makan.
"Lima belas ribu harganya ayah, tapi enak kok." Jawab Hasna melanjutkan makannya.
Usai makan siang, mereka bersiap berangkat lagi melanjutkan perjalanan. Di dalam mobil Hasna melamun. Dia memikirkan ke depannya untuk bekerja tentunya.
Masalah ijazah, ada kak Hana yang dapat mewakili untuk mengambilkannya. "Kalau pulang kampung nanti aku kerja apa ya?" Tanyanya dalam hati.
"Semoga dapat kerja segera supaya tidak merepotkan ayah lagi. Apalagi ayah sudah menikah, tanggung jawabnya bertambah. Bukan hanya ke isterinya, tapi ke anak-anaknya juga." Batinnya lagi.
"Aku harus bisa berdamai dengan keadaan yang rumit ini. Ya Allah.... kuat kan aku." Doanya tulus dalam hati.
Malamnya mereka sempat singgah di rumah makan kedua, tepatnya pukul 20.00. "Sudah sampai mana ini ayah?" Tanya Hasna penasaran.
Ayah Ahmad mengamati keadaan, "Mungkin daerah Kampung PO. Kayaknya sudah melewati perbatasan MT." Jawabnya lalu ke kamar mandi.
"Dimana tempat sholat kak?" Tanya Hasna pada pemilik warung makan.
"Di lantai dua de, lewat tangga disitu." Tunjuk pemilik warung makan. Hasna mengikuti arah yang ditunjukkan.
"Terima kasih kak." ucap Hasna meninggalkan pemilik warung tersebut. Dia hanya tersenyum dan mengangguk.
Hasna Sholat berjamaah bersamaan ayah Ahmad. Ternyata disamping Hasna ada dua orang wanita muda menyusul menjadi makmum.
"Hai, mau kemana de?" tanya cewek si A. Hasna menatap orang yang menyapanya.
"Oh, iya kak, saya mau ke Kampung PP." jawabnya singkat tanpa ada niat mau bertanya balik.
"Kami duluan de." pamit cewek si A lagi, sedang si B hanya diam sama.
"Mungkin mereka adik dan kakak, wajahnya mirip." batin Hasna sambil melipat alat sholatnya.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/