Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 : Hari Anniversary Perusahaan The Bloodhound
Satu minggu kemudian...
Bulan sudah berganti. Dan inilah saatnya untuk di adakan berbagai macam acara. Khususnya pentas seni drama Cinderella. Meskipun latihannya singkat, tapi ini yang ditunggu-tunggu setelah latihan dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya di kantor, tapi juga di rumah.
Yang datang juga tidaklah sembarangan orang. Pastinya para orang berada yang pernah menjadi klien atau yang hingga sekarang masih menjadi klien Hugh. Kebanyakan dari mereka menjadi tamu VIP.
Pentas drama Cinderella akan segera dimulai. Justin sengaja menjadi tamu VIP juga oleh Hugh karena suami sekretarisnya, meskipun ia menyebalkan. Justin duduk di paling depan seperti Hugh. Hugh harus paling depan karena ia Boss besar di sini. Namun keduanya tidak duduk berdampingan. Hugh duduk di sebelah kanan Justin, tapi terhalang dua tamu VIP yang juga klien Hugh. Barulah setelah itu Justin yang duduk.
Vera juga diundang atas permintaan Soraya. Meskipun sahabatnya Soraya sekaligus termasuk tamu VIP juga, namun ia duduk dibarisan kedua. Di sebelah kanannya adalah suami Vera, yang pernah menjadi klien Hugh juga. Tapi hanya sementara.
Pembawa acara mulai bicara terlebih dahulu, sebelum membuka tirai untuk memulai pentas dramanya.
"Baiklah. Setelah melihat bernyanyinya dari pegawai kita yang berbakat itu, Gerdi, terima kasih, ya! Dan sekarang, kami tampilkan drama yang menggiurkan, yang tidak asing lagi pastinya oleh kita semua. Inilah dia, drama Cinderella! Selamat menyaksikan!"
Para penonton sebagian bertepuk tangan biasa, sebagiannya lagi bertepuk tangan sambil bersorak-sorai. Termasuk Vera, yang sejak tadi tak sabar ingin melihat Soraya pentas di panggung. Ia sudah pernah lihat Soraya pentas drama sewaktu masih sekolah menengah pertama dulu. Pentas drama saat itu biasanya saat acara kenaikan kelas, atau kelulusan untuk para siswa-siswi kelas 3.
Tirai di naikkan. Dan terlihatlah panggungnya yang besar. Mion kembali membacakan teks naskah drama sebagai naratornya, sebelum memulai. Setelah membaca alur untuk yang pertama, para pemain pun keluar. Dan terlihatlah sang wanita yang ditunggu-tunggu, sebagai pemeran utamanya.
Justin melihat istrinya hanya dengan senyum kecil biasa. Namun wajahnya serius dengan rasa penasaran untuk melihatnya memainkan drama di bawah sinar sorot lampu panggung. Dan ternyata sangat memikat hati.
Melihat istrinya jadi tokoh Cinderella yang malang membuatnya terbawa suasana hati. Ada rasa iba padanya. Namun, ia melempar senyum kecil biasa ke panggung. Karena tersadar ini hanya drama biasa.
Datanglah tiga wanita yang menjadi tokoh ibu dan dua kakak tirinya. Mereka berakting memarahi Cinderella yang dianggap tidak becus mengurus rumah. Jika ada dialog yang lucu, sebagian penonton tertawa. Ada yang tertawa terbahak-bahak, ada yang biasa saja.
Justin hanya terus senyum-senyum sendiri melihat Soraya yang beradegan menangis tersedu-sedu terus. Sering sekali di marahi oleh rekan-rekan kerjanya yang berperan jadi tokoh yang jahat.
Hugh melirik Justin. Ada mimik wajah yang nampaknya terasa olehnya, bahwa Justin terlihat senang melihat istrinya beradegan di atas panggung. Bisa ia rasakan dengan tepat, senyuman Justin itu senyuman salut dan kagum pada Soraya. Hugh tidak marah dengan dugaan itu. Ia biarkan saja Justin menonton dengan puas. Tatapan matanya pun kembali ke panggung.
...***...
Waktu istirahat...
Soraya berada di belakang panggung. Menunggu untuk babak kedua. Yaitu adegan saat pesta dansa di istana kerajaan Pangeran.
Ketika sedang di dandani oleh penata riasnya, tiba-tiba terlihat Carson masuk ke ruangan Soraya. Rekannya yang menjadi penata rias itu kaget, begitu juga dengan Soraya. Keduanya melihat kedatangan Carson di pantulan cermin.
"Mas Carson? Ada apa, ya?" tanya rekannya.
"Aku mau bicara dengan Soraya," jawab Carson dingin.
"Tapi, dia sedang didandani. Sedikit lagi saja."
"Percepat sedikit!"
Kaget di bentak sedikit oleh Carson barusan, rekannya menuruti dengan sedikit gemetar takut. Padahal di kantor ini, Hugh yang paling mengerikan kalau marah.
"Sudah," ucap rekannya.
Carson melirik dan berkata, "Tinggalkan kami!"
"Baik."
Rekannya yang juga perempuan seperti Soraya itu buru-buru pergi. Carson yang sudah memakai baju khas Pangeran Kerajaan negara Inggris, segera mendekati Soraya perlahan.
"Kamu mau apa?" tanya Soraya, mulai tegang.
Dengan gagah Carson berdiri di belakang Soraya. Membungkuk sedikit dengan kedua tangannya di atas meja. Membungkuk mendekati kepala Soraya. Lalu tersenyum dingin.
"Aku dengar, kamu mulai hamil anaknya Boss juga. Apa itu benar?" tanyanya.
Soraya serasa mau jatuh tersungkur ke belakang, saking kagetnya.
*DEGH!!!*
Tubuh semakin tegang. Ia balik bertanya, "Kamu tahu darimana?"
"Boss sudah memberitahu kemarin. Dennis juga tahu. Kami yang mafia di The Bloodhound wajib tahu. Dan ku rasa, aku juga."
"Kamu juga apa?"
Raut wajah Carson menjadi dingin. Berbisik ke telinga kanan Soraya dan menjawab, "Aku rasa aku juga bisa, mencakarmu. Jangan melawan, karena senjataku yang harus selalu bicara."
*DEGH!!!*
*GYUUUT!!!*
Soraya mengepalkan tangannya. Dan Carson sudah berubah wujud. Cakar di tiga jari tangan kanannya sudah siap. Hingga ada persilangan di leher Soraya.
"AKH!" serunya merintih sakit.
Namun, Carson langsung mengobati luka cakarnya sendiri. Ia pasang plester. Pria itu menutup matanya dan menghela nafas.
Hingga ia berkata, "Malam ini bulan purnama. Dan kau langsung mengandung anakku. Kelemahanku saat bulan purnama, dimana aku tidak bisa mengendalikan emosiku, termasuk gairahku."
"Apa?!" Soraya merasa terperosok. Baru mulai hamil anak Hugh, sekarang tambah lagi satu. Lewat cakarnya Carson.
"Maafkan aku..." ucap Carson melemas sedikit. Seperti gairahnya sirna dan pergi dari ruangan Soraya.
Namun dengan permintaan maaf itu, Soraya merasa ada yang aneh. Rasanya, Carson memang benar-benar seperti tulus meminta maaf. Sedangkan Hugh dan Justin nampak masih sulit terdeteksi. Entah alpha itu sungguh-sungguh tulus atau karena hawa nafsu.
Di hari anniversary seperti ini, rasanya pikiran Soraya hampir kacau. Tapi, ia bisa mementaskan drama dengan baik sampai selesai. Tapi saat melihat Carson, tiba-tiba seperti ada yang berbisik pada telinga di hatinya, untuk tidak mendekatinya dulu.
"Ya Allah. Apa ini? Ada apa dengan hamba ini?" gumamnya lirih.
{Tambahan: Di bulan purnama, selain lemah kendalikan emosi, Carson juga lemah kendalikan gairah dan hawa nafsunya. Karena itu, dia tak pernah minum miras dan selalu menjauhi perempuan di malam bulan purnama tiba. Agar emosi dan hawa nafsunya tidak meledak.}