Mengisahkan Tentang Perselingkuhan antara mertua dan menantu. Semoga cerita ini menghibur pembaca setiaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Arumy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arman Berkenalan Dengan Sonya
Arman Berkenalan Dengan Sonya
Hari-hari Arman di luar kota semakin penuh dengan tugas yang menumpuk. Proyek yang ia pimpin memerlukan perhatian penuh, dan segala sesuatu harus berjalan lancar agar semuanya selesai tepat waktu. Namun, meskipun sibuk dengan pekerjaannya, Arman merasa bahwa perasaan kesepian dan kerinduan terhadap Maya semakin sulit untuk ditahan. Setiap kali ia selesai bekerja, ia segera menghubungi Maya, memastikan bahwa ia baik-baik saja di rumah.
Namun, di luar itu, ada satu pertemuan yang tak terduga terjadi selama Arman berada di luar kota.
Pada suatu sore, setelah sebuah rapat yang panjang, Arman memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di sekitar hotel tempat ia menginap. Ia merasa jenuh dan butuh udara segar. Ketika melewati sebuah kafe kecil di pinggir jalan, ia melihat seorang wanita duduk sendirian di meja dekat jendela, memandangi layar laptopnya. Arman tidak sengaja menatap wanita itu, yang tampaknya sedang bekerja, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang menarik perhatian.
Wanita itu, Sonya, mengenakan gaun kasual yang sederhana, namun terlihat elegan. Rambutnya panjang dan tergerai dengan sempurna. Arman sempat terkejut dengan kesan pertama yang ia dapatkan, karena wanita itu terlihat sangat fokus dan serius dengan pekerjaannya. Namun, ada sesuatu dalam sikap Sonya yang membuatnya merasa tertarik.
Setelah beberapa saat ragu, Arman memberanikan diri untuk mendekat dan menyapa.
“Permisi, bolehkah saya duduk?” tanya Arman dengan sopan, meskipun ada sedikit kecanggungan di awal.
Sonya menoleh ke arah Arman dan tersenyum tipis. “Tentu, silakan,” jawabnya dengan suara lembut, tanpa terlihat terkejut atau bingung.
Arman duduk di kursi yang disediakan, lalu memperkenalkan dirinya. “Nama saya Arman. Saya baru beberapa hari ini di sini untuk tugas pekerjaan. Apa Anda sering datang ke sini?”
Sonya menatapnya sejenak sebelum menjawab, “Saya Sonya. Saya bekerja di bidang desain grafis, jadi saya sering menghabiskan waktu di sini untuk menyelesaikan pekerjaan.” Ia kembali menatap layar laptopnya, tapi kali ini ia terlihat sedikit lebih santai.
Obrolan mereka berlanjut dengan lancar. Sonya mulai menceritakan pekerjaannya dan bagaimana ia bisa bekerja dari mana saja, termasuk kafe-kafe seperti ini. Arman pun berbagi sedikit tentang proyek besar yang sedang ia tangani, meskipun ia tak ingin terlalu banyak bercerita tentang pekerjaan. Ada sesuatu tentang Sonya yang membuatnya merasa nyaman dan terhibur.
Seiring berjalannya waktu, mereka saling bercerita lebih banyak. Sonya memiliki kepribadian yang tenang dan menyenangkan, membuat Arman merasa sejenak melupakan kerinduan dan kecemasan terhadap Maya. Namun, semakin lama Arman duduk di sana, semakin ia merasa ada perasaan bersalah yang menyelinap. Ia ingat bahwa Maya sedang menunggunya di rumah, dan ia seharusnya tak menghabiskan waktu terlalu lama dengan wanita lain.
“Apa kamu sering merasa seperti ini, bekerja dan merasa terasing di tempat yang jauh dari rumah?” tanya Sonya, mengubah topik pembicaraan.
Arman tersenyum tipis, merasa pertanyaan itu mengena. “Iya, terkadang perasaan itu datang. Rasanya seperti berada di antara dua dunia—pekerjaan yang harus aku selesaikan dan keluarga yang aku tinggalkan di rumah.”
Sonya mengangguk, seolah bisa memahami perasaan Arman. “Aku mengerti. Pekerjaan memang bisa menyita banyak waktu, tetapi keluarga selalu ada di hati, bukan?”
Arman mengangguk setuju, namun dalam hatinya, ada perasaan yang berbeda. Meskipun ia merasa nyaman berbicara dengan Sonya, ia tahu ia tidak seharusnya terlalu melibatkan dirinya dalam pertemuan ini. Maya adalah prioritas utamanya, dan perasaan yang mulai tumbuh untuk Sonya seharusnya tidak ada.
"Maaf jika aku mengganggu waktumu," kata Arman setelah beberapa lama. "Aku benar-benar perlu kembali ke hotel dan melanjutkan pekerjaanku. Terima kasih sudah mengobrol dengan aku."
Sonya tersenyum ramah. "Tidak masalah, Arman. Senang bisa berbicara denganmu. Semoga pekerjaanmu berjalan lancar."
Arman berdiri dan meninggalkan kafe, tetapi hatinya terasa sedikit lebih berat. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang salah dengan pertemuan itu. Itu hanya obrolan biasa, bukan lebih dari itu. Namun, ia tidak bisa menepis perasaan bahwa pertemuannya dengan Sonya sedikit menggoyahkan ketenangannya. Ia merasa bersalah, meskipun ia tahu, itu hanya sebuah perkenalan yang biasa.
Sesampainya di hotel, Arman duduk di kursinya, menatap telepon yang bergetar. Itu adalah pesan dari Maya, menanyakan kabar dan bagaimana pekerjaannya.
Arman segera membalas dengan penuh perhatian. "Aku baik-baik saja, Mama. Baru selesai kerja. Aku kangen kamu."
Maya membalas, "Aku juga kangen, Arman. Jangan lupa istirahat, ya."
Arman tersenyum tipis, menatap pesan dari Maya. Meskipun ia baru saja berkenalan dengan seseorang yang menarik, hatinya tetap milik Maya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan pertemuan singkat dengan Sonya merusak hubungan yang telah dibangun dengan begitu banyak usaha dan cinta.
Namun, pertemuan itu meninggalkan bekas di dalam dirinya. Arman mulai bertanya-tanya apakah ia bisa terus menjaga jarak dari godaan-godaan yang datang saat ia jauh dari rumah. Pertanyaan itu tidak langsung dijawab, tetapi menggantung di pikirannya, semakin sulit untuk diabaikan.