Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
010 - Neraka (5)
Gray meraih pisau itu. Benda itu terasa dingin dan berat di tangannya, energi yang samar terasa mengalir di sepanjang gagangnya. Simbol yang terukir di atasnya bercahaya redup, menimbul-kan sensasi hangat yang menenangkan di tengah suasana mencekam sekitarnya.
"Siapa kau?"
tanya Gray lagi, suaranya masih gemetar, meskipun rasa kagum dan rasa ingin tahu mengalahkan rasa takutnya.
Pria tua itu, Dryad yang memperkenalkan dirinya sebagai Dali, menjawab dengan tenang,
"Aku Dali. Aku telah berada di tempat ini selama satu abad."
Gray tercengang. Satu abad? Di dunia yang hancur ini? Bayangan ketakutan dan kebingungan kembali menyeruak dalam hatinya.
"Namaku adalah Gray. Tempat apa ini?"
Tanyanya, suaranya hampir tak terdengar.
Dali menghela napas panjang, seolah-olah beratnya beban yang ia pikul selama satu abad tertuang dalam hembusan nafasnya.
"Ini adalah Abyss. Ini... neraka."
Suaranya bergetar sedikit, mencerminkan kepedihan dan keputusasaan yang terpendam di balik ketenangannya.
"Sarang tempat monster dilahirkan,"
Lanjut Dali, tatapan matanya jauh, seperti sedang menatap ke kedalaman jurang yang tak berujung.
"Dan ada banyak eksistensi jahat di sini, dengan kekuatan yang tidak akan pernah bisa kau bayangkan."
Ia menunjuk ke sekeliling, ke arah pepohonan yang mati, ke tanah yang kering dan retak, ke langit yang redup.
"Tempat ini... ia penuh dengan korupsi, dengan energi jahat yang menyebar dan mengotori segalanya."
Gray merasakan hawa dingin menusuk tulang punggungnya. Ia baru saja menyadari betapa naifnya dirinya, betapa kecilnya ia dibandingkan dengan kegelapan yang membayangi dunia ini. Abyss... neraka... kata-kata itu bergema di dalam pikirannya, menciptakan rasa takut dan sekaligus rasa penasaran yang menggelora. Apa yang menunggunya di tempat ini? Apakah ia mampu bertahan hidup?
"Apa fungsi pisau ini?"
Tanya Gray, suaranya masih bergetar sedikit, namun rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa takutnya. Dali menjawab,
"Pisau ini... bukan sekadar pisau, Gray. Ia adalah kunci. Kunci untuk memahami kekuatan yang mengalir dalam dirimu, kekuatan gelap yang kau miliki. Simbol di atasnya... itu adalah tanda dari Para Penjaga Malam, sebuah perkumpulan rahasia yang berjuang melawan korupsi Abyss. Pisau ini akan membantumu mengendalikan kekuatanmu, mengarahkannya, dan mungkin... bahkan melawan kekuatan yang menciptakan tempat mengerikan ini."
Setelah menjelaskan fungsi pisau itu, sebelum gray bertanya lagi, Dali melanjutkan seakan tau isi pikiran nya,
"Kemana kau harus pergi? Di hutan ini, aku merasakan jejak energi anak-anak lain yang juga terjebak. Mungkin mereka berada di sekitar sini. Kau harus pergi dari tempat ini secepatnya, Gray. Malam di Abyss... sangat, sangat berbahaya. Kekuatan jahat di sini semakin kuat saat kegelapan mendekat."
Sebelum Gray sempat mengajukan pertanyaan lain, Dali menghilang dalam sekejap mata, secepat kilatan cahaya. Bersama dengannya, lenyap pula gulungan perkamen tua yang berisi teks kuno. Gray tertegun, sendirian di tepi sungai yang mengalir tenang namun dingin, hanya ditemani pisau misterius di tangannya. Angin berbisik di antara pohon-pohon mati, membawa aroma busuk dan hawa dingin yang menusuk tulang.
Perasaan takut memang masih ada, tapi diiringi tekad yang baru. Ia harus menemukan anak-anak lain. Ia harus bertahan hidup. Ia harus mencari tahu lebih banyak tentang Para Penjaga Malam dan kekuatan yang ada dalam dirinya. Membayangkan wajah Sol, Jazul dan anak-anak lainnya memberinya kekuatan baru. Mereka membutuhkannya.
Dengan pisau misterius dipegang di tangan, Gray melangkah masuk ke dalam hutan, meninggalkan tepi sungai dan menuju ke kedalaman Abyss. Langkah kakinya berat, setiap langkah terasa menghantam tanah yang kering dan berdebu. Ia harus waspada. Kegelapan Abyss mengintai di balik setiap pohon mati, di balik setiap bayangan. Suara-suara aneh menggema di telinganya, sebuah paduan suara yang menakutkan dari makhluk-makhluk yang hidup dalam kegelapan.
Meskipun rasa takut menggigit hatinya, Gray mengabaikan bisikan-bisikan mengerikan dari hutan Abyss. Tiga jam telah berlalu, langkah kakinya tak henti-hentinya menerjang semak belukar dan reruntuhan bangunan kuno yang hancur. Cahaya redup menembus kanopi pohon-pohon mati, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang menari-nari di sekelilingnya. Keheningan yang mencekam hanya diselingi oleh derit ranting kering dan desiran angin yang dingin.
Keputusasaan mulai merayap. Apakah ia salah jalan? Apakah ia akan sendirian selamanya di tempat neraka ini? Dalam keputusasaan itu, Gray mencoba memanggil, suaranya bergema di antara pepohonan yang mati,
"Apa ada orang di sini? Adakah yang mendengar saya?"
Suaranya terdengar lemah, hampir hilang ditelan keheningan Abyss yang menakutkan. Ia mengulang panggilannya beberapa kali, berharap ada jawaban, berharap ada tanda kehidupan selain dirinya sendiri.
Namun, tak ada jawaban yang datang. Hanya keheningan yang semakin mencekam. Lalu, dari balik reruntuhan batu yang runtuh, sesuatu bergerak. Bayangan besar dan gelap muncul, menyeruak dari kegelapan, membuat bulu kuduk Gray berdiri. Sosok mengerikan itu perlahan-lahan mendekat, tinggi besar dan berbentuk seperti manusia namun dengan kulit yang membusuk dan mata merah menyala bagai bara api neraka. Bau busuk menyengat menusuk hidungnya, bau kematian dan pembusukan yang tak tertahankan. Tangan-tangannya yang kurus dan panjang terulur, menunjukkan cakar tajam yang berkilauan di bawah cahaya redup. Gray terpaku di tempatnya, pisau misterius di tangannya terasa ringan dan tak berdaya di hadapan monster mengerikan di depannya. Pertemuan ini akan menentukan nasibnya.
"Aku tidak takut!"
Seru Gray, suaranya bergetar namun tegas. Ketakutan masih ada, merayap di tulang punggungnya, tetapi rasa penasaran dan keinginan untuk menguji pisau misterius itu lebih kuat. Monster itu sudah sangat dekat, bau busuk dan hawa kematian yang dipancarkannya sangat terasa. Gray merasakan aliran energi aneh mengalir dari pisau ke tangannya, energi yang dingin namun bertenaga. Ini adalah kesempatannya untuk menguji kekuatan baru ini. Ia mengingat latihan brutal bersama Jordan, ingat akan tebasan energi gelap yang pernah ia ciptakan dengan kekuatan lumut hijau. Namun kali ini, ia akan mencoba sesuatu yang berbeda, menggunakan pisau misterius ini sebagai media.
Dengan napas yang dalam, Gray mengumpulkan seluruh konsentrasinya. Ia mengayunkan pisau itu, bukan hanya tebasan biasa, melainkan tebasan yang dipenuhi dengan energi yang ia salurkan dari dalam dirinya. Sebuah tebasan energi, tetapi berbeda dari yang pernah ia lakukan sebelumnya. Tegas, cepat, dan mematikan.
Hasilnya jauh melampaui harapannya. Tebasan energi yang dihasilkan bukan hanya sekedar cahaya yang menyilaukan. Ia seperti gelombang kejut yang memotong udara, menciptakan sebuah semburan angin yang kuat. Monster itu bahkan tak sempat berteriak. Tubuhnya terbelah dua dengan rapi, terlempar ke belakang dan hancur menjadi debu hitam yang menghilang dalam sekejap. Keheningan kembali menyelimuti hutan, hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan mati.
Gray tertegun. Ia menatap pisau di tangannya dengan tak percaya. Kekuatan yang terkandung di dalamnya sangat besar, jauh lebih kuat daripada yang ia bayangkan. Ini bukan hanya senjata biasa; ini adalah alat yang mampu menghancurkan kejahatan di Abyss. Sebuah harapan baru muncul di hatinya, sebuah harapan untuk bertahan hidup dan mungkin... bahkan untuk menyelamatkan anak-anak lainnya. Namun, kejutannya belum berakhir. Dari debu hitam sisa monster itu, sebuah benda kecil jatuh ke tanah, berkilau redup dalam cahaya yang remang-remang. Sebuah batu kecil, berwarna hijau gelap dan memancarkan aura energi yang kuat. Apa arti benda ini? Pertanyaan baru muncul di benaknya, menambah misteri Abyss yang semakin dalam.