Dijodohkan sejak bayi, Zean Andreatama terpaksa menjalani pernikahan bersama aktris seni peran yang kini masih di puncak karirnya, Nathalia Velova. Memiliki istri yang terlalu sibuk dengan dunianya, Zean lama-lama merasa jengah.
Hingga, semua berubah usai pertemuan Zean bersama sekretaris pribadinya di sebuah club malam yang kala itu terjebak keadaan, Ayyana Nasyila. Dia yang biasanya tidak suka ikut campur urusan orang lain, mendadak murka kala wanita itu hendak menjadi pelampiasan hasrat teman dekatnya
--------- ** ---------
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
-------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09 - Air Mata Zean
"Huft, untung saja ranjangnya tidak basah."
Zean menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Usai menyempatkan diri makan malam barusan, keduanya kembali ke kamar karena memang hari sudah malam. Kasur ini tidak seempuk di kamarnya, akan tetapi Zean benar-benar suka bahkan mungkin kali pertama dia tidur nyenyak setelah empat tahun adalah di ranjang ini.
"Syila."
Zean memanggil sang istri begitu pelan, hari ini sudah berapa kali nama Syila dia ucapkan. Akan tetapi, kali ini Syila tidak menjawab meski Zean sudah memanggilnya hingga dua kali.
"Nasyila, tidur?"
Zean menoleh ke arah sang istri. Pria itu menghela napas pelan kala menyadari wanita itu sudah terdiam dengan posisi membelakanginya. Perlahan dia merubah posisinya dengan menjadikan lengan sebagai bantalan, Zean memandangi punggung sang istri.
Lama, dia bertahan cukup lama dengan berbagai lamunan yang tertuju pada kenangan buruknya. Sejak awal menerima Syila dia sudah kerap menjadikan Syila sebagai sasaran emosi. Dia kerap kali melakukan hal itu, tidak hanya pada Syila saja, tapi sekretarisnya sebelum Syila juga sama.
Namun, di antara para mantan sekretarisnya, mental Syila yang paling baja. Biasanya hanya mampu bertahan satu minggu, mereka memilih menghilang karena tidak tahan dengan tekanan dari Zean.
Akan tetapi, berbeda dengan Nasyila yang bahkan tetap bertahan sekalipun gajinya Zean potong hingga 30 persen akibat datang terlambat. Kini, baru Zean bisa pahami kenapa Syila tetap bertahan meski dia bersikap semena-mena.
Perlahan pria itu mendekat, guling pembatas antara mereka sedikit mengganggu hingga Zean singkirkan hanya dengan sekali gerakan. Tanpa meminta izin lebih dulu, Zean mendekap tubuh sang istri dari belakang.
Zean menghirup aroma wangi yang berasal dari rambutnya, pria itu mengeratkan pelukan hingga Nasyila merasa tidak nyaman. Dia melenguh dan merubah posisi tidurnya, mungkin tidak sadar jika Zean tengah memeluknya.
Deg
Dada Zean semakin berdebar kala wajah cantik Syila menghadap ke arahnya. Meski hanya bermodalkan lampu tidur, istrinya memang cantik sekali. Siall, kenapa Zean tidak sadar jika sekretarisnya secantik ini.
Tatapan Zean belum beralih, pemandangan sang istri yang menggaruk kepalanya terlihat lucu. Nasyila juga berdecak sebal, mungkin dia bermimpi aneh sebenarnya.
"Apa yang terjadi denganku."
Jantung Zean kian menggila, dia bahkan merasakan panas dalam dadanya. Malam sebelumnya dia memang sudah memandangi Syila, akan tetapi belum sekhusyuk ini. Tanpa dia sadari, perlahan Zean mengikis jarak hingga mengecup bibir mungil Syila beberapa saat.
Tentu saja itu tanpa Syila ketahui, karena ketika Syila bergerak Zean segera menjauhkan wajahnya. Dia kembali menatap langit-langit kamar seraya mengigit bibirnya. Takut ketahuan padahal memang Syila adalah haknya. Belum berhenti gugupnya Zean, Syila justru melingkarkan tangannya ke tubuh Zean bak bantal guling.
Pria itu mengullum senyumnya, dia menggigit jemari lantaran salah tingkah. Jika sekelompok jin tengah melihat tingkah Zean, mungkin mereka akan bergunjing dan bingung sendiri kenapa pria itu menjadi tidak waras setelah tenaganya terkuras malam ini.
"Tidak selamanya selingkuh itu indah, ada kalanya sangat indah ... maka dari itu ayo selingkuh!! Hidup selingkuh!!"
Zean mengingat semboyan hidup Sean, saudara kembarnya yang memang terkenal sebagai playboy kelas kakap sejak SMA. Tingkah gila saudaranya itu kerap membuat Zean terjebak dalam masalah, bahkan akibat Sean yang memacari banyak siswi dari sekolah lain dalam waktu yang sama membuat Zean diserbu ketika bertemu mereka di tempat umum hingga babak belur.
Untuk kali pertama, dia meyakini ucapan Sean. Wajar saja pria itu selingkuh seenaknya, mengobral cinta ke sana dan ke sini tanpa peduli tangisan anak gadis orang ketika dia tinggalkan. Siallnya, Zean baru mencoba ketika dia sudah menikah.
"Cih, cecunguk siallan ... kenapa kau pergi badjingan, aku sudah melakukan seperti yang kau lakukan. Kembalilah, Sean ... kau harus tahu hal ini." Dia bicara dengan air mata yang tiba-tiba mengalir di pelupuk matanya, padahal baru beberapa detik yang lalu dia salah tingkah lantaran istrinya. Kini, air mata mahalnya itu berurai lantaran mengingat gelak tawa Sean yang tiba-tiba dia rindukan.
Zean tenggelam dalam kesedihannya, hingga dia tersadar kala jemari halus mengusap air matanya. Pria itu membuka mata perlahan, secepat mungkin Zean mengalihkan pandangan. Syila sudah terbangun dan kini menatapnya bingung, mungkin khawatir lantaran Zean tiba-tiba menangis begitu.
"Kenapa? Apa takut tidur di sini? Tidak apa-apa, hujannya juga sudah reda, jangan takut."
Kampret, Syila menganggapnya anak mama. Zean sama sekali tidak takut, sekalipun dia turun di bawah guyuran air hujan sama sekali tidak masalah. Akan tetapi, air matanya itu keluar begitu mengingat separuh jiwanya, Sean Andreatama.
"Siallan, apa aku banci di matamu?"
"Terus kalau bukan takut kenapa menangis?" tanya Syila berusaha menahan emosinya, dia pikir benar-benar takut karena tangis Zean cukup mengkhawatirkan.
"Ini bukan menangis," jawab Zean asal dan memijat pangkal hidungnya, demi apapun dia malu sekali.
"Lalu apa? Apa gentengnya bocor sampai basah? Kan tidak mungkin pas kena mata begitu," ucap Syila yang terdengar mengejek, sungguh harga diri Zean seakan dikikis habis.
"Berhenti mengejekku, cepat tidur, Syila."
"Siapa yang menge_"
"Syila tidurlah, kau mau tidak bisa jalan besok pagi?" ancam Zean yang sontak membuat Syila menurut, dia kembali terbaring dan membelakangi tubuh Zean.
"Jangan lihat sana, sopan sedikit padaku," titah Zean sedikit memaksa karena dia sebal jika Syila kembali membelakanginya.
"Begini?"
"Harus persis seperti tadi," ungkap Zean yang merasa kehilangan posisi nyamannya.
Syila yang tidak ingin berdebat segera menuruti kemauan sang suami dan memeluk erat Zean. Persetan dianggap murrahan, ini adalah kesepakatan yang harus dia lakukan selama menjadi istri Zean. Ya, tidur harus dipeluk, sekalipun dalam kondisi marah ataupun ada masalah di luar sana.
"Tidak salah aku memilihnya, penurut sekali ... dan tidak banyak tanya."
.
.
- To Be Continue -