NovelToon NovelToon
The CEO’S Saturday Obsession

The CEO’S Saturday Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Kekasih misterius
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Diaz, CEO yang menjual bunga dan coklat setiap hari Sabtu. Dia mencari wanita yang cocok dengan sepatu kaca biru milik ibunya. Apa sebenarnya tujuan mencari wanita itu? Memangnya tidak ada wanita lain? Bukankah bagi seorang CEO sangat mudah mencari wanita mana pun yang diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lili Tidak Punya Sepatu

Bab 21

Lili menggenggam jemarinya erat, mencoba menahan diri. Dion yang melihat situasi itu bergegas mendekat untuk melindungi Lili.

“Cukup, Nona. Kalau Anda merasa terganggu, kita bisa menyelesaikannya dengan baik tanpa harus menghina,” kata Dion tegas.

Monica mendengkus dan melirik Dion dengan sinis. “Apa hakmu bicara denganku? Urus saja mobil yang penyok itu!”

Dion mengepalkan tangan, tetapi ia memilih menahan emosinya. “Baik, kami akan menyingkirkan mobilnya. Tapi tolong jangan berlaku tidak sopan lagi, Nona.”

Keributan di parkiran masih panas, meski pihaknya Dion sudah berbesar hati mengalah.

Monica yang kesal terus mengomel, menuduh Lili dan Dion tidak tahu aturan. Lili tetap memilih diam, hanya sesekali menjawab singkat tanpa emosi.

Tiba-tiba, sebuah mobil lain berhenti tak jauh dari tempat mereka berdebat. Eriva turun dari mobil dengan anggun, mengenakan gaun semi-formal. Ia berjalan mendekati Monica dan bertanya, “Ada apa ini?”

Monica, dengan nada penuh manipulasi, segera menjelaskan versinya. “Mobil mereka menghalangi jalan dan malah marah-marah padaku. Lihat saja, tidak ada sopan santunnya.”

Eriva mengangguk, tampaknya lebih percaya pada Monica karena mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Ia memandang Lili dengan tatapan dingin.

“Kalau kalian memang salah, kenapa tidak langsung minta maaf saja? Menghalangi parkir itu tidak sopan, tahu?”

Lili menarik napas dalam-dalam. Ia tahu ini tidak akan berakhir baik jika ia ikut terpancing. Ia hanya menjawab, “Kami sedang menunggu mobil di depan, tapi kami akan pergi sekarang. Tidak perlu diperpanjang.”

Namun, Monica yang tidak terima dengan sikap Lili justru semakin memprovokasi.

 “Lihat? Bahkan dia tidak tahu cara meminta maaf dengan benar. Dari pakaiannya saja dia bukan kalangan kita, tapi tidak tahu menempatkan diri sedang bicara dengan siapa."

Debat tidak kunjung usai, bahkan saat mobil-mobil di belakang mereka sudah mulai bergerak melewati. Hingga akhirnya, mobil Diaz tiba, diikuti oleh mobil Tuan Gunawan.

Diaz turun dari mobil dengan ekspresi datar namun tajam. Ia melirik ke arah keributan yang berlangsung.

"Ada apa ini?” tanyanya dingin, suaranya cukup untuk membuat mereka semua terdiam sesaat.

Tuan Gunawan, yang baru turun dari mobil, mendekat untuk ikut menyelesaikan masalah. Sebagai salah satu penyelenggara acara pelelangan, ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran acara. Setelah mendengar penjelasan sepihak dari Monica, Gunawan memandang Lili dengan tatapan tidak ramah.

“Sepertinya kita perlu membahas ini nanti,” kata Tuan Gunawan sambil menghela napas. Ia melirik ke arah Lili. “Kalau kau memang karyawan Tuan Asher, sebaiknya sikapmu diperbaiki. Tidak ada tempat untuk perilaku seperti ini di acara penting.”

Lili menahan emosi, mencoba tetap tenang. Namun, Dion yang berdiri di sampingnya tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Sebelum ia sempat membela Lili, Diaz melangkah maju.

“Cukup. Tidak perlu diperpanjang lagi,” kata Diaz tegas. Ia menatap Monica dan Eriva dengan pandangan tajam. “Kalian sudah dewasa. Apa tidak malu membuat keributan di tempat seperti ini?”

Monica hendak menjawab, tetapi Diaz mengangkat tangannya, menghentikan protesnya.

“Aku tidak peduli siapa yang benar atau salah. Kita semua ada di sini untuk urusan penting. Selamatkan muka kita masing-masing dan sudahi ini sekarang.”

Gunawan mengangguk setuju. Ia menepuk bahu Monica dan berkata, “Kita bahas ini nanti saja. Sekarang fokus ke acara.”

###

Di Ruang Makeup

Setelah keributan mereda, Lili segera menuju ruangan makeup yang telah disiapkan untuknya. Maminya, Meralda, sudah menunggunya di sana dengan pakaian ganti dan perlengkapan makeup.

“Nak, apa yang terjadi di luar? Sopir Mami bilang kau sempat berselisih dengan seseorang,” tanya Meralda dengan nada khawatir.

“Bukan apa-apa, Mi. Hanya salah paham kecil,” jawab Lili sambil tersenyum lelah.

Meralda menatap putrinya dengan ragu, tetapi memilih tidak memperpanjang masalah. Ia segera membantu Lili bersiap-siap. Pakaian semi-formal yang dipilihnya membuat Lili terlihat anggun namun tetap sederhana.

"Kenapa tidak pakai baju kantor saja, Mi. Biar gak repot."

Lili memberi saran, biar simple. Sebab sayang baju kantor yang ia bawa kemarin dari rumah papinya, saat akan menginap di rumah Pak Wahyu. Lili pikir tidak akan pergi ke acara lelang. Tadinya mau langsung berwngk ke kantor.

“Cantik sekali anak Mami...," puji Meralda setelah selesai merias wajah putrinya. “Tidak ada yang bisa meremehkanmu sekarang.”

Lili tersenyum kecil, meski pikirannya masih terganggu oleh kejadian di parkiran. Namun, ia tahu ini bukan waktunya untuk larut dalam emosi. Ia harus tetap tenang dan fokus pada acara pelelangan yang akan segera dimulai.

Lili berdiri di depan cermin besar di ruangan makeup, mengenakan gaun beige klasik yang membuatnya tampak elegan. Potongan berlengan puff dengan deretan kancing di bagian depan memberikan sentuhan vintage yang memukau. Rambut panjangnya yang bergelombang tergerai sempurna, membuat penampilannya semakin memikat. Namun, meski semua tampak sempurna, ada sesuatu yang mengganjal.

“Kayaknya ada yang kurang, Mi,” ujar Lili pelan, sambil menatap bayangannya di kaca.

Meralda, yang sedang sibuk merapikan meja rias, menoleh ke arah putrinya. “Apa, Sayang? Makeup-nya sudah pas, gaunnya juga cantik sekali.”

“Sepatunya, Mi. Sepatu yang aku bawa nggak cocok sama gaun ini,” jawab Lili, suaranya sedikit gugup.

Meralda langsung tertegun. Ia lupa membawa sepatu yang seharusnya dipakai Lili.

"Ya ampun. Kenapa aku sampai lupa bawa sepatu." Meralda menjatuhkan tubuhnya di kursi.

“Kita ganti baju aja, Mi? Aku pakai pakaian kantor aja,” kata Lili, mulai panik melihat waktu yang semakin sempit. Ia tahu acara ini sangat penting, terutama karena beberapa rekan bisnis papinya akan bertemu sebentar sebelum acara pelelangan dimulai.

Derrt!

Derrt!

Saat itu juga, telepon Meralda berdering. Tuan Asher menghubungi mereka. “Kalian di mana? Acara akan dimulai sebentar lagi, Lili harus segera ke ruang pertemuan,” suara Tuan Asher terdengar tegas, seperti biasa.

Meralda menjelaskan apa yang terjadi. “Lili... belum siap, sayang,"

"Kok bisa belum siap? Padahal Lili berangkat duluan."

"Aku lupa membawa sepatu untuk gaunnya. Kalau tampil seperti ini, akan jadi pembicaraan, apalagi dia anakmu,” kata Meralda dengan nada cemas.

Di ujung telepon, Tuan Asher menghela napas panjang. "Cari solusi cepat. Waktu kita tidak banyak."

Tanpa diketahui mereka, percakapan itu didengar oleh Diaz yang kebetulan sedang berbicara dengan Tuan Asher. Tatapan dinginnya sedikit berubah, menunjukkan rasa penasaran. Ia menduga sesuatu. Sepatu? Kenapa mereka membahas sepatu?

"Maaf ya, Diaz. Harusnya Lili juga datang, ikut diskusi ini, tapi ...," keluh Tuan Gunawan menggantung.

"Ada apa, Om?" tanya Diaz.

"Em, begini ..."

Tuan Gunawan menceritakan apa yang terjadi. Dan kenapa juga Lili harus berganti pakaian di sini.

"Mungkin aku bisa bantu."

"Maksud Anda Nak Diaz?" Tuan Gunawan meminta penjelasan.

"Om tenang saja," ucap Diaz.

Kemudian CEO itu seperti berbincang dengan seseorang di ponselnya.

###

Samir menyusuri lorong gedung yang akan dilaksanakan lelang. Dia tahu di mana bagian makeup. Sebab gedung itu tak asing untuknya. Samir hanya butuh nomor ruangan yang Diaz beritahukan dari Tuan Gunawan.

"Ah, ini dia!" seru Samir lirih.

Tok!

Tok!

Tok!

Bersambung...

1
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
aduh lili kasian Diaz tuh kamu harus segera menjadi Leri sebelum Diaz menikah
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
emang enak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
sabar lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Diaz mau pilih yg mana tuhbsepatu Uda cocok untuk lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya selalu 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
wah tambah seru nih kayaky
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
lili emang jodohmu Diaz
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
semoga sepatu nya cocok dengan lili
LISA
Aq mampir Kak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Monica sombong banget belum tahu aja lili anak siapa sekarangg
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
Diaz mending lili dulu yg disuruh pake sepatu kaca nya
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!