Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Setelah selesai makan, Naura duduk sebentar. Setelahnya ia membayar semua makanan yang dia pesan.
"Terima kasih kak, jangan lupa mampir lagi kesini ya,"
"Oke," Naura pun pergi kembali ke restoran itu.
Sesampainya disana, Naura tidak melihat Revandra keluar dari sana.
"Si Revandra belum keluar ya?" tanyaku.
"Dia yang makannya lama atau aku yang makannya kecepetan?" tanyaku.
Naura menunggunya keluar dari restoran sambil main hp. Lalu sebuah mobil mewah berwarna putih datang. Seorang pria tampan dengan pakaian kasual keluar dari mobil itu.
Saat melihat pria itu, Naura langsung bersembunyi di balik mobil Revandra.
"Astaga, kenapa aku harus ngeliat dia lagi sih?" batinku kesal.
Pria itu tidak lain adalah Leo. Leo membukakan pintu sebelahnya dan keluarlah seorang wanita cantik dari dalamnya yang tidak lain adalah selingkuhannya waktu itu yang bernama Lisa.
Leo bahkan menggandeng wanita itu dan mereka tampak sangat mesra. Mereka masuk ke dalam restoran karena sebelumnya mereka sudah memesan tempat.
"Pria si4lan itu tampak tidak ada beban hidup. Mereka tampak bahagia sekali," ucapku sedikit tidak terima.
"Kalau saja dia tidak selingkuh, mungkin sekarang hubungan kami baik-baik saja,"
"Huh, melihatnya lagi membuatku muak! Mereka seperti tidak ada penyesalan dan tidak merasa bersalah," ucapku kesal.
"Semoga saja mereka segera diberi karma,"
Naura masuk ke dalam mobil dan berdiam diri di dalamnya. Moodnya kini berubah menjadi buruk kala melihat kedua sejoli itu.
"Hah, in menyebalkan!!" ucapku.
"Kenapa mereka muncul lagi di depan gue?" tanyaku heran.
Wajahku berubah jadi kesal dan marah tanpa sebab. Emosiku kembali lagi dan rasanya aku ingin menjambak perempuan itu lagi biar kapok.
"Hmm, nanti kalau gue ketemu lagi sama tuh perempuan, bakal gue jambak abis-abisan," ucapku kesal.
Rasa marah dan dendamku masih ada sampai sekarang. Rasa sakit setelah dikhianati adalah yang paling menyedihkan dalam hidupku.
"Hah, si Revandra mana sih? Dia ngapain aja di dalam? Lama amat?" aku mengomel sendiri di dalam mobil.
"Apa gue samperin aja ya? Tapi.....kalau gue ketemu sama mereka berdua gimana? Bisa-bisa nanti emosi gue naik dan gue malah ngelakuin yang enggak-enggak," ucapku.
Naura pun memutuskan keluar dari mobil dan berencana menyusulnya ke dalam. Namun saat baru berjalan beberapa langkah, Naura merasa pusing.
"Astaga, kenapa denganku? Kenapa kepalaku pusing sekali?" tanyaku sambil mencoba menyadarkan diri.
Tiba-tiba perutnya juga terasa tidak enak dan terasa mual.
"Kok gue mau munt4h ya?" tanyaku.
Keringat dingin mengalir di seluruh tubuh. Rasanya aku tidak sanggup untuk berjalan.
Huek
Huek
Aku mual dan badanku jadi tidak enak.
"Aduh, gak enak banget," Naura memegangi perutnya yang terasa sakit.
Naura pun kembali ke mobil saja kerena badannya tiba-tiba tidak enak. Namun saat di dalam mobil, mual Naura malah semakin menjadi. Dia lantas segera keluar dari mobil dan memuntahkannya.
Revandra keluar dari dalam restoran mewah itu. Saat melihat ke arah mobil, dia melihat Naura yang tengah berjongkok di samping mobil.
Revandra segera menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan di bawah sana?" tanyanya dengan suara berat.
Naura berdiri dan berbalik badan. Wajahnya tampak pucat dan keringat membasahi wajahnya.
Pandangannya juga menjadi buram dan tidak jelas. Naura juga hampir kehilangan keseimbangannya dan membuatnya hampir terjatuh. Untungnya Revandra segera menangkapnya.
"Rev, gue-
Belum sempat berbicara Naura malah pingsan dan membuat Revandra panik.
"Naura! Naura!" Revandra menggendong tubuhku.
Revandra segera berteriak memanggil pak supir dan mereka pun segera berangkat menuju rumah sakit.
Tubuh Naura tampak sangat lemas dan badanya juga sangat panas.
"Naura, bertahanlah! Kita akan segera sampai ke rumah sakit,"
Revandra memelukku dengan sangat erat sambil mengelus rambutku. Dia tampak sangat cemas dan panik.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa begini?" tanyanya heran.
Dengan kecepatan penuh dan kebetulan tidak ada kemacetan di jalan, mereka sampai ke rumah sakit dengan cepat.
Revandra segera mengeluarkan Naura dan menggendongnya masuk ke dalam rumah sakit. Naura juga dengan cepat mendapat penanganan dari dokter.
Revandra berdiri seperti patung di depan pintu UGD.
Setelah mendapat penanganan medis, dokter pun keluar dari ruangan.
"Apa yang terjadi pada Naura Dok?" tanya Revandra.
"Nona Naura sepertinya keracunan makanan. Untungnya segera di bawa ke rumah sakit dan mendapat penanganan medis jadi semua masih bisa di tangani dengan baik,"
"Apa? Keracunan makanan?"
"Iya tuan, apakah tadi nona Naura memakan sesuatu?"
Revandra berpikir sejenak.
"Nona akan di pindahkan ke ruangan rawat inap. Dia harus di rawat di rumah sakit agar kami dapat mengawasi keadaannya,"
"Keracunan makanan akut bisa berakibat fatal bagi penderitanya bahkan bisa menyebabkan kematian, ini sangat berbahaya!"
Dokter menjelaskan tentang keadaan Naura. Naura sudah membaik dan masih harus di rawat untuk memastikan keadaannya.
"Bocah itu.... sebenarnya dia tadi makan apa?" tanyanya heran.
***
Malam harinya, Naura membuka kedua matanya. Dia tersadar dari pingsannya dengan rasa pusing yang masih ada. Dan yang pertama kali ia lihat adalah Revandra yang tengah menatapnya. Naura langsung membuka lebar matanya saat melihat Revandra dengan wajah dinginnya.
"Revandra??"
"Sudah sadar?"
"Lo kok bisa ada disini?"
"Kamu bertanya? Kamu lupa apa yang terjadi padamu sekarang ini?"
Naura baru ingat kalau tadi siang dia pingsan. Naura melihat sekelilingnya dan melihat banyak alat medis di sana. Naura juga melihat infus yang menempel di tangannya.
"Aku di rumah sakit?" tanyaku.
"Sudah tau tapi masih bertanya? Kau membuat orang khawatir setengah m4ti,"
"Lain kali aku tidak akan membiarkanmu makan di sembarang tempat,"
"Gak bisa gitu dong! Lo gak bisa larang gue! Terserah gue mau makan di mana, itu bukan urusan lo!" tegasku.
"Jelas itu urusanku! Kalau kau m4ti bagaimana? Apa yang akan ku katakan pada mama dan papa?" tanya Revandra.
"Kok lo malah doain gue m4ti sih?"
"Naura dengar baik-baik! Tadi siang kau pingsan karena kau keracunan makanan. Untungnya cepat di tangani dan tidak berakibat fatal. Kalau sampai terlambat sedikit saja, nyawamu mungkin akan melayang," ucapnya dengan serius.
"Keracunan makanan?"
"Aku tanya padamu, tadi kamu makan apa?" tanyanya.
"Tadi gue makan nasi padang," jawabku.
"Hah, kau memang pembuat masalah," ucap Revandra.
"Kok bisa sih? Padahal biasanya gue makan di tempat manapun gak ada tuh keracunan?" batinku heran.
"Kau akan di rawat sampai beberapa hari disini," ucap Revandra.
"Hah, kok gitu?"
"Dokter masih harus memantau keadaanmu, karena kamu belum stabil,"
"Hah, aku gak mau kelamaan di rumah sakit! Aku mau pulang," ucapku.
"Tidak bisa, kau harus tetap di sini sampai keadaanmu benar-benar sehat,"
"Tapi aku gak mau! Besok aku mau pu-
Lagi-lagi Naura merasa mu4l. Revandra yang melihat Naura akan munt4h pun mengambil wadah untuknya.