Setelah memergoki pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Kinara aurora tercebur ke sebuah danau setelah di dorong oleh selingkuhan kekasih nya, namun bukannya tenggelam jiwa kinara justru berpindah dimensi ruang dan waktu ke tubuh pemeran wanita di sebuah novel yang ia baca sebelumnya.
Masalahnya di sini jiwanya memasuki tubuh pemeran wanita yang lemah dan selalu di injak- injak, dan berakhir mati tragis karena menyelamatkan suami yang bahkan tak pernah melihat ke arahnya.
Bagaimana caranya kinara merubah takdir istri yang teraniaya itu? ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 06: keributan di pagi hari
Kinara berjalan santai meninggalkan Claudia yang masih tergeletak di lantai, sambil terus mengumpat nya dengan nada tinggi, namun kinara tidak memperdulikan nya lagi, toh wanita itu juga akan capek sendiri, pikirnya.
Sampai di meja makan, kinara melihat tempat itu kosong melompong, tak ada satupun makanan yang tersaji di atasnya, lalu dia melirik ke arah jam dinding, masih menujukkan pukul tujuh lewat delapan menit.
"Padahal masih pagi, tapi di mana sarapannya? " gumamnya, perutnya sedari tadi sudah keroncongan karena dari semalam belum diisi oleh makanan apapun.
Lantas kinara melihat ke arah dapur, ada beberapa pelayan di sana.
"Hei kau! " panggilnya kepada pelayan yang ia taksir masih berumur dua puluhan itu.
"Kau memanggilku? " si pelayan balas menatap namun dengan ekspresi culas membuat kinara kontan mengernyit heran.
"Ck, kenapa sih sejak tadi ketemu pelayan yang kurang ajar terus?Kinara Wijaya, kau benar-benar selemah itu ya? sampai-sampai semua pelayan di sini berani padamu. " Kinara membatin kesal.
"Ya tentu saja aku memanggilmu memangnya siapa lagi? " Balas kinara tak kalah ketus.
"Oh." si pelayan itu hanya menyahut singkat lalu melangkah ke arah kinara.
Benar- benar tak sopan! pikirnya. Kinara menanti dengan air muka kesal, ia mengetuk- ngetukkan kakinya di lantai.
"Ada apa? " tanya pelayan itu, ketika sampai di hadapan nya, nada bicaranya sungguh tak sopan membuat kinara semakin kesal saja.
Pelayan ini harus di beri pelajaran, pikirnya.
"Kenapa di meja makan tidak ada makanan? bukankah ini waktunya sarapan? aku lapar. "
"Oh kau lapar? baiklah aku akan menyiapkan makannya. " Si pelayan itu benar-benar bicara kepada kinara seperti seorang kawan saja, tidak menunjukkan rasa hormat sama sekali.
Kinara kemudian duduk di salah satu kursi, ia biarkan si pelayan itu bertingkah sebelum ia memberikan pelajaran. Untuk saat ini kinara memilih untuk mengisi perutnya dulu. Cacing- cacing di perutnya sudah demo sejak tadi.
Tidak berapa lama kemudian, si pelayan itu datang kembali, menghidangkan piring- piring di atas meja. Namun, sesuatu hal yang membuat kinara sontak tercengang adalah, yang tersaji di piring- piring itu adalah makanan sisa, terlihat jelas dari bentuk nya.
"Apa- apaan ini? " kinara lantas saja menggebrak meja, merasa di permainkan.
"Kenapa? kamu minta makan, jelas sedang aku hidangkan! " si pelayan menyahut tak kalah sewot.
Kinara mengepalkan tangan, geram. "Ya bukan makanan sisa juga, kau kira aku kucing?! "
"Heh, bukankah setiap hari memang seperti ini? kami akan menyisakan makanan untuk mu setelah tuan dan nyonya besar makan. Masih untung kami berikan makanan kau! "
Kinara sungguh tak tahan lagi, jadi seperti ini kehidupan kinara Wijaya di lingkungan keluarga winata yang terkenal sebagai keluarga kolongmerat nomor satu? tapi malah memberikan makanan sisa untuk menantu nya dan semua pelayan di sini juga benar- benar kurang ajar padanya. Dia harus segera memberikan perubahan agar para pelayan di sini tak ada lagi yg akan semena- mena padanya.
Kinara berdiri dari duduknya, ia melangkahkan kaki ke tengah aula meja makan. Si pelayan yang menyajikan makanan sisa padanya tadi, menatapnya malas seraya mencebik.
Kinara melihat nya memberikan tatapan tajam untuk wanita itu. Lalu dia membuka suaranya kembali. "Untuk semua pelayan yang ada di sana, ku harap berkumpul di sini sekarang! " teriaknya, para pelayan yang sedang fokus bekerja dengan cepat melirik sinis ke arahnya, lalu saling menatap dan berbisik- bisik.
"Apa lagi yang kalian tunggu? cepat kesini! " Teriak kinara lagi, kali ini suaranya naik beberapa oktaf yang kontan membuat para pelayan tersebut kaget dan kocar-kacir menghampiri nya.
Ketika kinara melihat mereka semua sudah berkumpul, dia berdiri di tengah-tengah dengan berkacak pinggang.
"Kau maju! " titahnya pada si pelayan yang menghidangkan makanan sisa padanya.
Semua nampak gentar melihat perubahan kinara yang tiba-tiba, menantu yang tak pernah di anggap kini membuat keributan serupa monster, di rumah suaminya. Para pelayan yang dulu selalu menatapnya dengan membusungkan dada dan penuh congkak kini semua nampak menciut dan menundukkan kepala padanya.
Si pelayan yang baru di panggil kinara itu maju, sempat melengos saat melewati nya.
"Masih berani kurang ajar rupanya dia. " gumam kinara.
"Sekarang berlutut! " perintahnya kemudian.
"Apa? " si pelayan itu terkejut, matanya melotot tajam, namun seolah terbungkam dengan aura yang di keluarkan kinara membuat ia tak membuka mulut nya lagi.
"Cepat berlutut, tunggu apalagi? "
Namun si pelayan itu tetap diam dengan masih mempertahankan wajah angkuhnya.
Karena kesal kinara menendang bagian belakang kaki wanita itu hingga membuatnya tersungkur berlutut di hadapannya.
"Apa aku harus melakukan ini dulu agar kau mau menuruti perkataan ku? ingatlah siapa aku dan siapa kau! kau di sini hanya pelayan tapi lagakmu seperti bos saja. "
Alis si pelayan itu menukik tajam. "Kenapa kau hanya menghukum ku? setiap hari kami secara bergantian menyajikan mu makanan sisa itu, kenapa hanya aku yang di permalukan seperti ini?! "
"Kata siapa hanya kau?" tukas kinara. "Ini juga berlaku untuk yang lain. Mulai hari ini, Kinara Wijaya yang mudah di tindas tidak ada lagi, aku adalah nyonya kalian maka hormatilah aku, jangan lagi bersikap semena- mena padaku! " kinara berucap lantang sambil menyapukan pandangannya ke arah mereka semua.
"Apa kalian mengerti?! " teriaknya lagi karena tak ada tanggapan sama sekali dari gerombolan pelayan itu.
"Kami mengerti! " setelah di gertak, mereka semua lantas menyahut kompak.
"Ada apa ini? " sekonyong-konyong dari arah belakang, muncul Kenantra dengan secara tidak terduga.
Para pelayan yang melihat kehadiran sang tuan yang secara tiba-tiba, sontak langsung menundukkan kepala, gugup.
Pak dandi lalu datang dengan tergesa-gesa. "Tuan! astaga tuan muda, kapan anda datang? " seru pria tua itu, yang sepertinya juga tidak menyadari kehadiran Kenantra yang mendadak saja datang.
"Baru saja. " jawab Kenantra dengan masih menunjukkan raut datarnya, kedua matanya kini hanya terfokus menatap ke arah kinara, seolah-olah hanya ada gadis itu di pandangannya.
"Sekarang keributan apa lagi yang kau perbuat?" kata Kenantra dengan dingin.
"Keributan? aku tidak membuat keributan. Aku hanya memberikan pemahaman kepada para pelayan untuk menghormati ku. " balas kinara tak kalah judes.
Kenantra diam, tak ada ekspresi di wajahnya, benar- benar seperti patung perunggu saja.
"Kebetulan kau ada di sini. Aku ingin melaporkan sesuatu padamu, " kata kinara lagi.
"Apa? " Kenantra menyahut datar.
"Selama ini para pelayan mu selalu memberikan makanan sisa kepada ku, apa menurut mu ini adil, mereka juga selalu memberikan ku baju- baju yang bekas dan lusuh. sedangkan kau sebagai suami tak menunjukkan konstribusi sama sekali sebagai kewajiban mu, apa menurut mu ini adil?" jelas kinara dengan panjang lebar, mengeluarkan uneg- unegnya yang terpendam selama ini.
Dia menunggu jawaban apa yang akan di berikan pria dingin di hadapannya ini, namun sampai beberapa detik setelah nya Kenantra hanya menatap seperti mengamati.
"Sejak kapan seorang kinara Wijaya jadi secerewet ini? " kata pria itu dengan tiba-tiba saja, membuat kinara mengernyit kan dahi.
"Siapa kau?" tanyanya lagi, yang langsung membuat kinara membelakakan mata.
"Gawat! apa dia sudah tau kalau aku bukan kinara wijaya yang asli? "
*
*
*
Bersambung