Era Kekacauan dimulai setelah seorang pengembara misterius datang membawa sebuah pusaka suci. Pusaka yang dikatakan memiliki kekuatan bahkan dapat membelah dunia, siapa yang bisa mendapatkannya maka dia akan berdiri di atas puncak.
Dunia dimana seni beladiri adalah segalanya, semua orang berlomba untuk mendapatkan pusaka tersebut. Seorang pemuda bernama Zhen Liang muncul sebagai orang yang tidak pernah disangka di dunia persilatan.
Kultivator muda itu membuat para orang tua dan sesepuh di dunia persilatan tercengang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Maestro Terkena Racun Mematikan
"Tebing benar-benar hancur. Apa itu ulahku?" Zhen Liang berbisik pada dirinya sendiri.
Tebing tercipta dengan tanah yang seolah terbelah. Tidak heran orang yang bernama, Xie Chen itu mengharapkan suatu jawaban darinya.
"Aku... Sama sekali tidak tahu, apa yang Saudara Xie Chen ini tanyakan?" Zhen Liang membuat wajah bodoh. Dia sungguh ingin bisa menggerakkan tubuhnya dan berlari sekarang, tetapi tidak ada yang terjadi.
"Bukan hanya itu saja, siapa sebenarnya dirimu sampai membuat Dewi dari Sekte Pedang Ilahi kita menangis?"
Satu lagi sosok seseorang muncul dari belakang Xie Chen.
"Hentikan Wang Ying, kita tidak sedang bermain sekarang."
"Senior Xie Chen, kau sebenarnya cemburu, aku tahu jadi aku mewakilimu yang sekarang terlihat malu-malu seperti kucing."
"Haha. Wang Ying benar, bukan hanya Senior Xie Chen, kurasa bila pemandangan barusan sampai terlihat oleh semua orang di sekte. Maka hari itu akan menjadi patah hati terbesar mereka."
Satu lagi kultivator perempuan muncul, membuat Zhen Liang menjadi tidak tenang karena dirinya sedang dikelilingi para ahli kultivator. Sebab mereka adalah kultivator, pasti ada niatan tersembunyi di belakang mereka, dalam hatinya Zhen Liang bertanya, "Siapa sebenarnya mereka, apa mereka adalah komplotan dari Kelompok Ular Putih?"
"Kalian bertiga berhenti, pemuda itu baru saja terbangun."
Sebuah suara menggelitik telinganya, memaksa Zhen Liang untuk menoleh. Seketika matanya terbelalak karena tidak percaya.
"Satu lagi perlu dikoreksi, aku tidak menangis. Kalian hanya salah melihatnya. Setelah misi ini selesai, kalian bertiga akan mengunjungi tabib dan memeriksa kesehatan mata kalian."
Zhen Liang membuka mulutnya, "Tidak disangka bisa melihat wajahmu secepat ini."
"Kau barusan mengatakan sesuatu?" Xue Hua mendekatkan dirinya. Dia menaikan salah satu alisnya sebab mendengar suatu suara.
Zhen Liang menghembuskan napas lega, dia sungguh bertemu kembali dengan perempuan yang bisa membuat jantungnya berhenti. Jurus terakhir sebelumnya juga ditujukan untuk perempuan tersebut. Keindahan yang tidak bisa dirinya lepaskan.
"Xue Hua."
Suara Zhen Liang sangat jelas sampai Xue Hua dan ketiga murid lain terbelalak. Tanpa memperkenalkan diri, pemuda tersebut bisa tahu mengenainya, membuat semua orang di sana tidak percaya.
Dalam cahaya bulan purnama, Xue Hua berdiri dengan aura penuh keanggunan dan kelembutan. Wajahnya, seindah porselen yang dipoles sempurna, memancarkan kesempurnaan dengan kulit yang bercahaya.
Matanya memiliki warna indah dari bunga plum yang menyegarkan. Bibirnya tampak mungil dan sangat menggoda untuk dinikmati. Rambutnya yang panjang dan hitam terurai lembut, berkilauan seperti sutra dalam cahaya bulan.
Xue Hua memiliki lekuk tubuh sempurna, ukuran dada yang tidak sembarangan dan bokong bulatnya membuat air liur para pria dewasa menetes.
"Bagaimana bisa kau mengetahui namaku?" Xue Hua bertanya, dirinya juga penasaran siapakah sosok dan darimana pemuda ini berasal.
"Ah..." Zhen Liang teringat, bahwa sosok Xue Hua yang sekarang bukan perempuan yang dikenalnya dari masa depan. Mereka berdua masih belum berkenalan satu sama lain di kehidupan sekarang.
"Tetua muda, perkenalkan, namaku Zhen Liang. Aku hanya begitu saja langsung mengetahui bahwa itu adalah kamu."
Zhen Liang tersenyum, salah satu keinginannya untuk bertemu kembali dengannya terkabul.
Dirinya tidak mengharapkan bisa memiliki hubungan yang romantis sekalipun pada kehidupannya yang kedua ini, Xue Hua bisa bebas bersama dengan siapapun yang dimau.
Karena, dia tidak pernah mengetahui bagaimana perasaan sesungguhnya perempuan ini terhadapnya.
"Hanya dari melihatku?"
"Siapa yang tidak tahu itu, Dewi dari Sekte Pedang Ilahi. Seorang perempuan jenius beladiri yang masih sangat muda. Seseorang yang sering disimbolkan dengan keindahan sejati dan masih banyak lagi. Setelah melihat sendiri melalui kedua mata saya, anda memang layak dengan semua kabar yang beredar."
Semua orang terdiam, mereka perlu memuji mulut manis Zhen Liang saat berbicara. Mereka tidak percaya bahwa seseorang bisa seperti itu, apalagi saat mereka memiliki umur yang sama.
"Kau pintar sekali berbicara rupanya." Xue Hua sampai terperangah.
"Tetua muda bisa memuji seseorang?" Lin Sua kaget karena belum pernah mendengar Xue Hua memuji. Sedangkan dua murid pria di sana hanya mendengus terlihat tidak senang.
Zhen Liang yang melihatnya tertawa kecil, sampai melihat Xue Hua mengulurkan tangan padanya, "Kau bisa berdiri?"
Saat Zhen Liang akan meraih tangan indah Xue Hua, tiba-tiba dirinya merasakan sakit yang luar biasa dari dalam seperti seolah ada yang menggigit dirinya. Napasnya menjadi sesak dan pandangannya menyempit.
"Apakah aku telah terkena racun?" Pikir Zhen Liang menganalisa ciri yang ada pada tubuhnya membuat ketiga orang di depannya mengernyitkan dahi.
Xue Hua yang melihat perubahan ekspresi kesakitan Zhen Liang, segera memaksanya duduk dengan kekuatannya. Dia melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Zhen Liang kemudian menyadari sebuah simbol aneh.
"Kyaaa! Oh, apakah itu adalah simbol ular?!" Lin Sua menjerit sedangkan Xie Chen dan Wang Ying yang penasaran mendekat untuk melihat lebih jelas. Awalnya, Lin Sua terkejut karena salah paham saat melihat tubuh Zhen Liang yang menakjubkan, bahkan kedua murid pria di sana juga merasa minder dengan otot mereka.
"Simbol ular itu tiba-tiba saja muncul!" Kata Wang Ying padahal dirinya sudah mengecek seluruh kondisi di tubuh Zhen Liang sebelumnya.
"Tetua muda, apa yang harus kita lakukan padanya?" Wang Ying bertanya, mereka tidak bisa membiarkan seseorang mati keracunan tepat di depan matanya, karena mereka adalah sekte aliran lurus, seseorang yang memiliki pendirian lurus dan baik.
"Aku akan memberikan obat ini, cobalah berkultivasi dan serap seluruh khasiat dari obatnya."
Xue Hua mengeluarkan sebuah harta dari lengan bajunya. Sebuah pil obat yang berwarna pelangi, dari pil tersebut bisa tercium aroma yang menggugah hidung dan mulut seorang kultivator.
"Tunggu Tetua muda tapi itu adalah..." Xie Chen langsung menarik lengan Xue Hua untuk menghentikan apa yang akan dilakukannya.
"Anda tidak boleh sampai bertindak gegabah, bagaimanapun pemuda di depan kita hanya orang asing. Apa yang dia lakukan sampai anda memberikan obat berharga itu demi orang luar?!" Xie Chen menatap tajam pada Xue Hua.
"Murid Xie Chen, kau benar, tapi entah kenapa aku merasakan ada sebuah benang takdir yang menghubungkan kami berdua. Aku tidak bisa membiarkan pemuda ini mati begitu saja di sini."
"Tapi Tetua muda! Pil obat itu memiliki kelas tujuh! Dengan menyerap energi pil tersebut, anda mungkin bisa memperoleh pencerahan untuk kultivasi anda." Xie Chen masih bersikeras.
Tapi, Xue Hua tidak peduli apapun, prioritasnya adalah pemuda di depannya bahkan jika diharuskan bertarung melawan murid dari sektenya sekalipun.
"Dia sangat menderita sekarang, aku harus menolongnya apapun caranya." Xue Hua melepaskan cengkeraman Xie Chen dengan tenaganya.
"Tidak hentikan itu, Tetua muda!"
Xue Hua berhasil memberikan pil obat tersebut pada Zhen Liang.
\=\=
Ps. Jadi pengen punya satu.. Awww..