Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istana Naga Yin(4)
Mata Luo Yan dan Yuan Rui terbuka lebar, terpesona oleh harta-harta yang berkilau di hadapan mereka.
Semua benda itu adalah harta nasional milik Istana Naga Yin, jelas bukan barang sembarangan. Setiap artefak seolah menyiapkan diri untuk dipilih, memancarkan aura magis yang menggoda.
Luo Yan terdiam sejenak, bingung memilih satu di antara sekian banyak benda berharga yang terhampar. Di sisi lain, Yuan Rui tampak berbeda, ia memilih dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Melihatnya, Luo Yan menghela napas panjang, merasa teringat kebiasaan umum makhluk bernama perempuan yang seringkali lambat dan bingung dalam mengambil keputusan, tetapi kasus itu berbeda untuk Yuan Rui dan malah terjadi kepadanya.
Apa yang salah denganku? pikirnya.
"Eh, Bukankah ini, Pil Abadi Bunga Es!" seru Yuan Rui, wajahnya bersinar cerah saat ia meraih pil yang bersinar cerah dari tangan pelayan.
Luo Yan terkejut. Pil Abadi Bunga Es terkenal menyimpan energi yin luar biasa ekstrim, bunga salju yang diambil langsung dari wilayah salju abadi di kutub selatan.
Energi yang ditawarkannya setara dengan dua puluh tahun pengasahan diri. Namun, kabar menyebutkan bahwa pil ini hanya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh perempuan.
"Sepertinya Yuan Rui baru saja mendapatkan jackpot," gumamnya, cemburu akan keberuntungannya. Inilah alasan kenapa para Tujuh Pendekar Legendaris bisa menjadi sangat kuat; tidak hanya bakat, tetapi juga mereka memiliki keberuntungan yang mengiringinya.
"Fyuh! Untung saja aku bisa mendapatkannya," Yuan Rui tampak lega, memeluk erat pil itu dalam dekapan hatinya.
Melihat kebahagiaan itu, Luo Yan tersenyum puas. Keputusan untuk mundur dan mengalah dalam ujian kekuatan kemarin sejatinya adalah pilihan yang tepat.
Yuan Rui kemudian melangkah maju menuju singgasana Kaisar Naga Yin dengan langkah percaya diri.
"Kau memilih 'Pil Abadi Bunga Es'?" tanya Yin Mue, matanya berkilau penuh apresiasi. "Keputusan yang sangat baik. Aku setuju, pil ini akan sangat berharga jika kau gunakan."
Kini tinggal Luo Yan seorang diri, yang mulai melirik ke kanan dan kiri, berjalan mengitari pajangan harta yang menakjubkan itu.
"Pedang Hitam Kehancuran!" serunya, mengagumi pedang yang pernah digunakan oleh salah satu pendekar agung yang membuat sejarah di dunia persilatan.
"Pil Darah Bulan Merah," dia melanjutkan, memandangi pil yang memberikan penggunanya energi setara sepuluh tahun berlatih.
"Kalung Penjinak Binatang Buas!" teriaknya lagi, terpesona dengan artefak yang mampu menjinakkan binatang buas bintang lima.
"Kitab Langkah Angin!" Suaranya kembali membahana saat ia menemukan panduan yang bisa membuat langkahnya menjadi secepat angin.
"Sabit Bintang Kebengisan!" Dia menghela napas, menghadapi sabit yang pernah menumpahkan darah ribuan musuh, sabit yang menjadi simbol kekuatan dan ketakutan bagi para pesaingnya.
“....”
Luo Yan cemas dengan banyaknya pilihan yang ada. Dalam kebingungan, semua pilihan itu terasa seperti hadiah yang tiada ujung. Apa yang harus dia ambil?
Yang dibutuhkannya sekarang adalah sebuah kitab—sebuah panduan yang dapat mengasah keterampilan beladirinya dan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan konstruksi Tubuh Dewa Naga yang dimilikinya, dia menyadari bahwa semua kitab keterampilan yang pernah dia pelajari di kehidupan sebelumnya mungkin sekarang menjadi sia-sia.
"Kaisar Naga Yin, tidak, Ayahanda. Bolehkah saya membuat permintaan padamu?"
Usulan tulus dari Luo Yan menarik perhatian Yin Mue, membuatnya mengerutkan dahi penuh rasa ingin tahu.
"Apa permintaanmu?" tatapannya tajam, penuh fokus.
Luo Yan merasa putus asa tetapi tetap tegar. Jika dia ingin menjadi lebih kuat, dia harus menemukan pencerahan di sini. Meskipun memohon, ini adalah jalan satu-satunya yang tersisa.
"Saya memiliki konstruksi tubuh yang sama seperti Anda."
Mata Yin Mue terbelalak, dan Yuan Rui, yang kebetulan mendengar, mengangkat kedua alisnya dalam keheranan. Yuan Rui tidak menduganya sama sekali.
"Begitu, ternyata begitu!" canda Yin Mue, tawanya bergema dalam ruangan, mengisi atmosfer dengan nuansa segar dan antusiasme yang menggugah.