Menceritakan seorang pemuda berasal dari kampung yang mencoba mengadu nasib ke kota, namun sampai di kota dia tidak sengaja melihat seorang gadis yang akan di culik orang berbaju serba hitam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Setelah menikmati makan malam mereka, syahid dan nayla menuju kamar, nayla tidak berani menolak jika pak prabu yang berucap.
" eh kamu mau apa." Ucap nayla saat melihat syahid akan menaiki tempat tidur.
" mau tidur, masak mau berenang." Jawab syahid dengan sedikit candanya.
" nggak lucu, nggak kamu jangan tidur di kasur, kamu tidur di sofa sana." Ucap nayla melarang syahid tidur di kasurnya.
" gak mau, enakan disini." Jawab syahid sambil merebahkan tubuhnya di kasur. Reflek nayla berdiri.
" cepat bangun, kanu jangan ngelunjak ya, sudah untung aku bolehin kamu tidur satu kamar sama aku." Ucap nayla.
" ya iya, nyonya pemilik kamar." Jawab syahid sambil bangun dan segera menuju sofa, namun syahid tidak duduk atau pun tidur melainkan mengambil pakaiannya, dan segera berjalan memasuki kamar mandi yang terletak di kamar nayla.
" hufft.. Semoga dia tidak macam macam saat tidur nanti." Gumam nayla sambil melihat syahid yang memasuki kamar mandi. Nayla pun mengambil Hp dan mengecek pesan dari sahabatnya.
.
Tidak lama syahid keluar dari kamar mandi dan sudah memakai sarung dan baju koko milinya. Nayla yang melihat penampilan syahid menjadi mengalihkan pandangannya dari Hp yang ada di depannya. Syahid sendiri tidak memperdulikan nayla yang sedang menatapnya.
" apa dia mau Sholat.?" Gumam nayla dari dalam hati, menatap syahid yang sedang melebarkan sajadah.
" dia sangat tampan kalau pakai seperti itu." Gumamnya lagi terus memperhatikan syahid yang sudah mulai Sholatnya.
" eh, nggak, nggak, gua nggak boleh tertipu dengannya, pasti dia akan manfaatin gue setelah dia tau jika gue putri orang kaya." Lanjut nayla, dan nayla pun kembali menatap Hpnya dan membalas pesan dari sahabatnya yang menanyakan kemana dia seharian tidak masuk ke kantor.
Tidak lama syahid selsai dengan Sholatnya, syahid Dzikir terlebih dulu sebelum dia menyudahi kegiatannya, nayla yang mendengar suara merdu syahid pun menjadi teringat terakhir kalinya dia melakukan Sholat.
" Ya Allah, sudah sangat lama hamba tidak menghadap mu, apa masih pantas jika hamba menghadap mu lagi." Gumam nayla dari dalam hati, dan tidak terasa air matanya sudah menetes di pipinya.
" nay kamu nggak Sholat.?" Ucap syahid yang ternyata sudah selsai Sholat dan Dzikir Nya, nayla dengan cepat mengusap air matanya, namun syahid sudah melihatnya dari tadi.
" kamu nangis. Kenapa.?" Lanjut syahid.
" aku lagi datang bulan, siapa juga yang menangis." Jawab nayla berbohong, syahid pun hanya mengangguk dan segera mengganti pakaiannya. Nayla memberi alasan sedang datang bulan dengan maksud supaya syahid tidak meminta haknya malam ini.
"Bisa nggak sih kamu kalau lepas baju jangan di depan ku." Ucap nayla melihat syahid yang kembali melepas bajunya di hadapannya.
" kenapa, kamu nggak tahan ya lihat otot ku ini." Jawab syahid sambil menunjuk perutnya yang terbentuk segi empat yang rata.
Nayla yang melihat pun menelan ludahnya dia tidak bisa membohongi pikirannya, karna memang otot syahid yang pertama menarik perhatiannya sejak awal pertemuan mereka.
" arghhh.. Jangan, jangan buka di sini kalau yang itu." Ucap nayla saat syahid akan membuka sarungnya, dia segera menutup matanya dengan tangan.
" ck. Aku juga pake kolor kali, nggak mau juga aku lihatin punya ku sama wanita kaya kamu." Jawab syahid, nayla pun melepaskan pelan pelan tangannya dan benar saat terbuka terlihat jika syahid memakai kolor, namun pedang syahid membuat nayla bergidik melihatnya.
" besar banget, bisa pingsan gue kalau di masukin punyanya." Gumam nayla, dan dia segera menutupi badannya dengan selimut, dan dia berpura pura tidur.
" dasar wanita aneh." Gumam syahid yang melihat kelakuan nayla.
Syahid pun terpaksa tidur di sofa setelah kembali mengobati luka yang ada di pinggangnya. Walaupun sangat pas di tubuhnya namun syahid sulit bergerak bebas.
" huff.. Memang betul kata almarhum kakek, sebesar apa pun rumahnya, kalau bukan milik sendiri tidak akan nyaman." Gumam syahid sambil bangun dan mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya.
Syahid pun segera keluar kamar, karna tidak bisa tidur dia memilih mengobati lukanya dengan ramuan yang sudah dia racik dari kampung.
" mau kemana dia, apa dia nggak nyaman ya tidur di sofa, kok gue jadi nggak tega ya lihatnya." Gumam nayla yang memang belum tidur, dia masih merasa takut jika tiba tiba syahid menerkamnya.
Apa lagi setelah dia melihat junior milik syahid, walaupun masih tertutup celananya nayla bisa menebak jika junior milik syahid besar.
" loh nak syahid, kamu mau apa turun." Ucap bu ningrum melihat syahid sedang menuruni tangga, bu ningrum sendiri ingin mengambil minum di dapur.
" iya mah, aku nggak bisa tidur." Jawab syahid berbohong. Bu ningrum tersenyum.
" wajar kalau nggak bisa tidur, kan pengantin baru, dulu mamah sama papah malah tidur pagi." Ucap bu ningrum.
" hehe.. Mamah bisa aja, oh iya mamah sendiri mau apa, bukanya tidur malah keluyuran, mana pakaian mamah putih putih gitu bikin merinding." Jawab syahid membercandai bu ningrum.
" kamu berani ya bilang gitu." Ucap bu ningrum menjewer telinga syahid, syahid hanya terkikik melihat bu ningrum.
Saat sedang bercanda pak prabu melihat mereka, dia tersenyum melihat mereka yang sudah seperti anak dan ibunya.
" kalian ini, malam malam masih saja bercanda." Ucap pak prabu menghentikan canda mereka, bu ningrum pun melepaskan tangannya yang sedang menjewer telinga syahid namun bu ningrum tidak sengaja menyenggol pinggang syahid yang sedang terluka.
" arggh." Syahid menggeram menahan sakit, membuat mereka heran.
" kamu kenapa.?" Tanya pak prabu, yang menyadari jika syahid kesakitan.
" tidak apa apa pah." Jawab syahid mencoba mengelak, dan dia melepaskan tangan yang tadi memegangi lukanya.
Bu ningrum yang penasaran pun segera menaikkan baju syahid, dan saat melihat bu ningrum reflek menutup mulutnya dan melepaskan kembali baju syahid yang tadi dia naikkan.
" kamu terluka, kenapa tidak memberitahu kita, siapa yang melukai kamu." Ucap pak prabu memberondong pertanyaan pada syahid.
" tidak apa apa pah, hanya luka kecil." Jawab syahid.
" bisa tidak, kalau kamu di tanya itu langsung jawab jujur." Ucap ningrum kesal karna syahid tidak langsung menjawab, syahid sendiri tersenyum sebelum menjawab.
" iya mah maaf, sebenarnya." Ucap syahid memegang tangan bu ningrum sebelum menceritakan kejadian dia menolong nayla dari kejaran orang yang berpakaian serba hitam.
" oh jadi kamu yang menghajar orang orang itu, papah jadi yakin dan tidak salah memilih menantu, papah yakin kamu bisa menjaga putri papah yang satu itu." Ucap pak prabu setelah mendengarkan cerita syahid.
" iya pah, mamah juga nggak menyangka kalau syahid bisa bela diri, bahkan mengalahkan semua orang orang itu sendirian." Ucap bu ningrum ikut menimpali.
Bersambung...