NovelToon NovelToon
Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Nandana Panesthi, seorang istri yang sempurna di mata orang-orang, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Dimas Larung Mahdiva, pria ambisius yang lebih mencintai kekuasaan daripada dirinya. Kehidupan rumah tangga mereka yang tampak harmonis hanyalah topeng dari kebekuan yang semakin menusuk hati Nanda.
Hingga suatu hari, Sanjana Binar Rimbawa hadir seperti badai di tengah gurun kehidupan Nanda. Seorang pria dengan tatapan yang dalam dan kata-kata yang mampu menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati. Sanjana bukan sekadar selingkuhan dia adalah pria yang menempatkan Nanda di singgasana yang seharusnya, memperlakukannya bak ratu yang selama ini diabaikan oleh suaminya.
Namun, cinta terlarang ini tak semudah kelihatannya. Di balik kelembutan Sanjana, tersimpan rahasia yang mengancam segalanya. Sementara Dimas mulai mencurigai perubahan sikap Nanda dan bertekad untuk mengungkap siapa pria yang berani merebut perhatian istrinya.
Akankah Nanda menemukan kebahagiaan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Tak terduga

Siang itu, matahari bersinar terang, membuat suasana di kafe yang dikelola Nanda terasa hangat dan nyaman. Pelanggan menikmati minuman sambil membaca buku di sudut-sudut ruangan yang dipenuhi aroma kopi yang harum.

Nanda sedang sibuk melayani pelanggan ketika bel pintu masuk berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk. Tanpa menoleh, ia mengambil nampan berisi dua gelas kopi pesanan meja sebelah. Namun, langkahnya terhenti mendadak saat melihat sosok yang sangat dikenalnya berdiri di depan pintu Dimas.

Wajahnya langsung memucat, tangan gemetar hingga tanpa sadar ia menjatuhkan nampan yang dipegangnya. Gelas-gelas kopi berisi minuman hangat jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping, dan menciptakan suara yang memecah suasana tenang kafe. Semua orang menoleh, sementara Nanda tertegun, tubuhnya kaku seperti patung.

Dimas melangkah maju dengan tenang, sorot matanya penuh kesungguhan. “Aku tidak ingin membuatmu takut,” ucapnya pelan, suaranya terdengar lembut namun sarat emosi.

Nanda berusaha mengendalikan diri, menunduk untuk memungut pecahan gelas, namun tangannya bergetar. Sebelum ia bisa bergerak lebih jauh, Dimas berjongkok di sampingnya dan membantu membersihkan pecahan itu.

“Kamu tidak seharusnya di sini,” bisik Nanda dengan suara bergetar.

Dimas menatapnya dalam-dalam. “Aku hanya ingin bicara... Tidak ada niat buruk.”

Nanda menelan ludah, hatinya berdebar tak menentu. Kehadiran Dimas, yang tak disangka-sangka, mengacaukan ketenangan yang baru saja berhasil ia bangun bersama San. Perasaan lama bercampur dengan ketidakpastian memenuhi pikirannya, membuat dadanya terasa sesak.

Nanda mengajak Dimas ke taman yang tidak jauh dari kafe. Di bawah pohon rindang yang memberi keteduhan, suasana terasa sedikit lebih tenang. Nanda menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri meski hati masih penuh keraguan. Dimas, yang selama ini menjadi sosok yang menakutkan baginya, kini tampak lebih tenang. Namun, rasa takut masih menggelayuti pikiran Nanda.

"Ada yang ingin kau bicarakan?" Tanya Nanda dengan suara pelan, berusaha tidak menunjukkan kecemasannya. Di hadapan Dimas, ia merasa seolah-olah terperangkap antara masa lalu yang pahit dan masa depan yang belum pasti.

Dimas menatapnya dengan serius, seolah ingin mengatakan sesuatu yang penting. "Aku tahu apa yang telah aku lakukan salah, Nanda. Tapi aku masih mencintaimu. Aku ingin memperbaiki semuanya," ucap Dimas, mencoba untuk meyakinkan Nanda.

Mendengar kata-kata itu, Nanda merasa gelisah. Ia ingin melupakan semuanya, namun ada bagian dari dirinya yang masih ragu. "Dimas, aku... aku tak tahu harus bagaimana," jawab Nanda dengan suara gemetar. "Aku takut jika kembali lagi, aku akan terluka."

Dimas mendekat sedikit, mencoba untuk mengurangi jarak di antara mereka. "Aku tak akan pernah menyakitimu lagi, Nanda. Percayalah padaku," kata Dimas, berharap Nanda bisa melihat ketulusannya.

Nanda menunduk, berpikir sejenak. Meski Dimas berkata demikian, hatinya masih diliputi keraguan. Ia ingin percaya, tapi rasa takut itu masih menguasai dirinya. "Aku butuh waktu, Dimas. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan diri."

Dimas mengangguk pelan, memahami perasaan Nanda. "Aku akan menunggu," ujarnya dengan suara penuh harap. "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki semuanya."

Nanda hanya bisa diam, mencoba untuk menerima kenyataan bahwa meski dirinya masih ragu, perasaan itu tetap ada terjebak di antara keinginan untuk melanjutkan hidup dan rasa takut akan masa lalu yang tak mudah dilupakan.

San merasa cemas ketika tiba di kafe dan tidak menemukan Nanda. Ia langsung bertanya pada Dayu yang sedang sibuk di belakang meja kasir.

“Mbak Nanda kemana?” tanya San, suaranya terdengar penuh kekhawatiran.

Dayu yang sedang menyusun beberapa buku menu menoleh dan melihat ekspresi khawatir di wajah San. “Mbak Nanda tadi pergi ke taman bareng Dimas,” jawab Dayu, sambil menunjuk ke arah taman yang tak jauh dari kafe.

Mendengar itu, San langsung merasakan ketegangan yang meningkat dalam dirinya. Ia tahu, meskipun hubungan Nanda dan Dimas sudah penuh kerumitan, masih ada perasaan yang belum sepenuhnya hilang di antara mereka. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan Nanda didekati begitu saja oleh Dimas, apalagi setelah apa yang terjadi di masa lalu.

Tanpa pikir panjang, San berlari ke arah taman dengan langkah cepat, berharap bisa menemui Nanda sebelum suasana semakin rumit. Setiap langkahnya terasa begitu berat, perasaan cemas semakin membebani hatinya. Ia tahu Dimas masih memiliki cara untuk mempengaruhi Nanda, dan San tidak ingin hal itu terjadi lagi.

Sesampainya di taman, San melihat Nanda dan Dimas sedang duduk di bangku taman, berbicara dengan serius. Nanda tampak tenang, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat San merasa khawatir. Ia berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menunggu momen yang tepat untuk menghampiri.

Ketika Dimas melihat San berdiri di sana, dia tersenyum tipis dan berdiri, memberi ruang bagi San untuk mendekat. "Kamu datang juga, San," ucap Dimas, suaranya datar namun ada nada tantangan yang terselip di dalamnya.

Nanda menoleh ke arah San dan terlihat terkejut, seolah tidak menyangka dia akan datang begitu cepat. San hanya mengangguk singkat dan berjalan menuju Nanda, berusaha menenangkan dirinya.

"Nanda, apakah kamu baik-baik saja?" tanya San dengan suara lembut, namun penuh perhatian. Ia memegang tangan Nanda dengan pelan, memberikan kenyamanan yang dibutuhkan Nanda saat ini.

Nanda menatap San sejenak, merasakan kehadirannya yang menenangkan. "Aku... aku baik-baik saja, San," jawab Nanda dengan suara lembut, meskipun hatinya masih berat dengan perasaan yang belum jelas.

San menatap Dimas dengan tajam, mengingatkan pria itu bahwa Nanda bukan lagi miliknya untuk dipermainkan. Namun, ia berusaha menjaga ketenangan. “Dimas, jika kamu tidak ada urusan penting, lebih baik kau pergi saja,” ujarnya dengan nada yang tak terburu-buru namun tegas.

Dimas menghela napas, lalu dengan sedikit senyum pahit berkata, "Aku hanya ingin Nanda tahu bahwa aku masih mencintainya. Aku tidak akan menyerah begitu saja."

San menatap Dimas dengan tajam, namun tidak membalas kata-katanya. Ia tahu, meskipun Dimas berkata begitu, Nanda lah yang harus memilih jalan hidupnya sendiri, bukan Dimas yang memaksakan kehendak.

San menatap Nanda dengan penuh perhatian, merasakan ketegangan di udara. Nanda sudah cukup lama berjuang dengan perasaannya, dan San tahu betul bahwa saat ini, hanya dengan memberikan ruang yang tepat untuk Nanda bisa menemukan jalan terbaik untuk dirinya. Ketika Nanda menarik tangannya, San mengangguk setuju dan tanpa ragu mengikutinya.

Dengan langkah perlahan, mereka berdua berjalan meninggalkan Dimas yang terdiam di bangku taman, wajahnya tampak seperti menahan amarah yang semakin membuncah. Nanda berusaha menahan rasa cemas di dadanya, meskipun ia tahu ia telah membuat keputusan yang tepat. Setiap detik yang berlalu terasa berat, namun di sisi lain, keberadaan San di sampingnya memberikan ketenangan yang selama ini ia rindukan.

Sesampainya di luar taman, Nanda menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi," ucapnya pelan, masih merasa bingung dengan situasi yang baru saja terjadi.

San menatapnya dengan lembut, memastikan bahwa Nanda tidak merasa sendiri. "Kamu tidak perlu khawatir, Nan. Aku ada di sini," jawabnya, tangannya meraih dengan lembut tangan Nanda, memberi dukungan tanpa kata-kata yang berlebihan.

Nanda merasa nyaman dengan kehadiran San, dan meskipun hatinya masih diliputi keraguan, ia tahu bahwa keputusan untuk bersama San adalah langkah yang bisa membantunya pulih. Tidak ada lagi rasa takut akan masa lalu yang menghantuinya, dan ia perlahan mulai menerima kenyataan bahwa dirinya berhak bahagia.

Namun, jauh di dalam hatinya, Nanda tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah. Dimas masih menjadi bayangan yang terkadang muncul dalam pikirannya. Tetapi, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Nanda merasa memiliki seseorang yang benar-benar peduli padanya, tanpa pamrih.

Setelah beberapa saat berjalan dalam keheningan, Nanda menoleh ke arah San, "Terima kasih telah ada untukku, San."

San tersenyum hangat, meremas tangan Nanda dengan lembut. "Itu sudah seharusnya, Nan. Aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi."

Mereka melangkah bersama, melupakan sejenak semua yang telah terjadi, dan menikmati momen di mana mereka bisa saling berbagi, saling memahami, dan membangun langkah baru ke arah kebahagiaan yang sejati.

1
Dian
Semangat Thor, ayo saling dukung❤️
merry jen
jg mau nan balik sm dims tu buknny kdrt tp dh selingkhh jgg
merry jen
Bu Bu Nanda dan ankmu dh ceraii gk perlu imt cmpurr lgg x ,,klo san pyn niat jhtt terhdp Nanda biarinn itu urssn Nanda dan san ,,ursin ajj hdpmu dan ankmu yg kacau balau ituu Bu ,,cari selingkuh Dimas kmn pergi yaa
merry jen
San bukn org y kaya perushnn mntn suami Nanda ajj udd di tangan sann,,apa dan pura pura spy bs dptin Nanda atau ada niat terselubung gt sm nanda
Yuni Susanti
Kecewa
Yuni Susanti
Buruk
merry jen
jgn smpai Dimas bundir lgg biar kn Dimas nikmatin penyesalan hdpyy
merry jen
Bu Bu cb ank cwe mu di perlakukan sm laki y gmn cbb kmu sbgaii ibu pstii minta keadilan buat ank kmuu
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.
Menarik ceritanya/Smile/Saya suka story' perselingkuhan/Slight/.
NinLugas: terimakasih kka
total 1 replies
merry jen
mau sekaya apa pun klo tindkkn yg Dimas lakukan bklnn menghancurkan hdpp yaa Dimas
NinLugas: betul kk terimakasih sdh mampir
total 1 replies
merry jen
mata mmu buta dayuu jdii bgtu lahh gk pdlii anky mati di tangan mantu yaa sndrii
NinLugas: krna 10m kk 😭
total 1 replies
angel
Nextt!
NinLugas: siap kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!