Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta tak harus saling memiliki
Sepanjang makan siang bersama, tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana begitu sunyi dan hanya ada suara dentingan sendok.
Mereka tidak berhenti membahas hari-hari yang telah mereka lewati, dengan penuh canda dan tawa kecuali Bara yang hanya diam menyantap makanannya sembari mendengarkan ketiga orang itu.
Makan siang itu terasa begitu hangat dan menyenangkan,Lily juga begitu bersemangat berbicara dengan Rosa dan Maxwell, setelah selesai makan siang dan berbincang-bincang di ruang tamu cukup lama akhirnya Ia ijin untuk keluar sebentar dengan alasan ada hal penting yang ingin Ia lakukan.
Rosa sama sekali tidak keberatan dan begitu saja mengijinkan,saat ini Ia cukup senang karna Lily akhirnya kembali dan memaafkan nya.Sementara itu berbeda dengan Maxwell yang merasakan hal aneh ketika melihat kepergian Lily seolah Ia merasa kalau Lily akan pergi dari mereka selamanya, mungkin itu adalah nalurinya sebagai seorang ayah yang menyanyangi Lily sejak kecil seperti putrinya sendiri dan juga sebagai seorang pria.
"Aku juga pergi dulu"
Setelah berpamitan Bara langsung pergi menyusul Lily sebelum Lily meninggalkan rumah.
"Tunggu"
Mendengar suara Bara Lily menghentikan langkahnya dan berbalik,tak ada ekspresi marah atau dendam bahkan sedih di wajah cantik manis itu."Ya?"jawabnya dengan tersenyum tipis.
Senyum itu menghantam jantung Bara,senyum yang begitu cantik dan manis seolah itu adalah hal pertama kali yang di lihat Bara karna sebelumnya Ia jarang memperhatikan senyuman Lily.
"Aku ingin berbicara dengan mu"
"Mm katakan lah", jawab Lily dengan tenang.
Bara memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan berdiri berhadapan dengan Lily,ketika berdiri berhadapan seperti itu entah kenapa Ia kesulitan untuk bertanya bahkan Ia bingung dengan apa yang harus di tanyakan, alhasil keduanya hanya diam dengan tatapan yang bertemu.
"Apa maksud dari sikapmu hari ini?"
"Sikap yang mana?",tanya Lily tersadar kembali setelah Bara akhirnya membuka suara.
"Jangan berpura-pura,kau tiba-tiba datang dengan sikap biasa saja aku tidak mengerti?"
"Lalu apa yang harus ku lakukan?, apakah aku harus terpuruk dalam kekecewaan dan kesedihan ku kemudian kembali ke rumah ini?",tanya Lily tiba-tiba berubah sarkas setelah sejak tadi Ia menahan diri.
"Bukan...bukan seperti itu maksud ku"
"Sudahlah, tidak ada yang perlu kita bicarakan"
Lily berbalik dan melangkah pergi,tapi baru selangkah tangan nya langsung di tahan Bara dengan erat,Ia ingin melepaskannya tapi genggaman itu semakin erat dan baru saja Ia akan protes tiba-tiba Bara menariknya ke dalam pelukannya hingga wajahnya langsung menabrak dada bidangnya.
"Entah kenapa aku merasa kalau kau akan meninggalkan ku"
Suara itu terdengar lirih dan bergetar hingga jantung Lily rasanya berdegup lebih cepat,ada perasaan begelenyir terlebih mendengar ucapan Bara yang memang benar adanya,kenapa Bara bisa merasakan hal itu?
"Dan itu memang benar,karna itulah yang terbaik"
"Jangan tinggalkan aku"
Bara lebih terdengar seperti seorang bocah kecil yang memohon pada ibunya, suaranya terdengar begitu menyedihkan hingga membuat iba terlebih pelukannya yang semakin erat seolah begitu takut kehilangan.
Dengan perlahan Lily membalas pelukan itu dan mengusap punggung lebar dan hangat itu,Itu mungkin akan menjadi pelukan terakhir mereka sebelum berpisah,"Mungkin kita tidak akan bersatu dalam kehidupan ini mas Bara,tapi semoga saja di kehidupan selanjutnya kita bersama dan aku harap kita saling mencintai di kehidupan selanjutnya"
Setelah cukup lama, akhirnya Lily melepaskan pelukan itu meskipun dengan sedikit paksaan karna Bara tidak ingin melepaskannya.
"Kamu sangat memalukan,sebelumnya aku tidak pernah melihat seorang Bara yang bersifat dingin dan cool bisa seperti seorang bocah kecil",ejeknya meski matanya berkaca-kaca.
"Aku tidak peduli, sekalipun aku merendahkan diri ku di hadapan semua orang aku tidak akan peduli asalkan itu bisa membuat mu tidak meninggalkan ku,karna...karna..."
"Karna kau merasa bersalah kan",ucap Lily dengan sedikit terkekeh dan terdengar candaan.
"Sudahlah aku harus pergi sekarang,jaga diri mu baik-baik", setelah mengucapkan itu Lily berlalu pergi.
Bara merasakan tubuhnya tidak mempunyai tenaga seolah tenaganya telah habis dan Ia tidak punya kekuatan ketika melihat Lily pergi menjauh."Karna aku mencintaimu Liliana Regantara", ucapnya dengan lemah.
Tanpa keduanya sadari dari lantai atas,ada Maxwell yang melihat mereka dengan tersenyum sedih.
***
"Aku pernah begitu mencintaimu mas Bara,Tapi kamu selalu mengabaikannya dan selalu memukul mundur aku sejauh-jauhnya, tapi meski begitu aku tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian mu meski sedikit saja,hingga mengabaikan rasa sakit dan rasa malu karna untuk mendapatkan perhatian mu aku bahkan merendahkan diri ku tanpa tau rasa malu"
"Meski begitu selama bertahun-tahun dan selama setahun pernikahan kita,kau bahkan tidak melirik ku sama sekali bahkan tidak mempedulikan ku sedikitpun,maaf aku juga manusia biasa yang bisa merasakan capek dan sakit jadi aku minta maaf karna aku tidak bisa lagi untuk melakukan nya apalagi untuk bertahan dan mencobanya sekali lagi karna semuanya terlalu menyakitkan untuk di coba kembali"
Buliran air mata mengalir di pipi menjelaskan sebarapa sakitnya Lily saat ini membayangkan kisah percintaan nya dengan Bara dimana selama bertahun-tahun hanya Ia sendiri yang excited.
"Aku sadar kalau cinta tidak selamanya harus saling memiliki"
***
Di bandara internasional tiga orang dengan wajah asing baru saja tiba.
"Kira-kira kenapa adik tiba-tiba ingin kita mengunjungi dia ya ma, padahal kan sebelumnya dia melarang keras kita untuk mengunjungi nya ke negara ini"
"Entahlah,tapi bukankah itu hal yang baik jadi kita bisa mengunjungi adik kapan saja nanti"
"Benar itu papa setuju, akhirnya kita bisa mengunjungi nya kapan saja nanti karna menunggu Lily pulang ke rumah menunggu satu kali enam bulan rasanya itu menyiksa karna harus bertemu dengan putri kecil papa dalam waktu yang begitu lama"
"Benar pa, mama juga kesepian dan begitu rindu dengan putri kecil kita.Mama gak sabar banget ketemu Lily"
Saat ketiganya sedang berbincang dari arah lain terlihat Lily yang mencari-cari keberadaan mereka.
"Apa telfon mereka belum di aktifkan,kenapa gak bisa di telfon sih",ucap Lily dengan sedikit kesal sembari menatap ke setiap orang yang baru saja tiba dari pesawat yang beberapa menit lalu mendarat.
Namun saat itu juga Ia langsung terperanjat ketika akhirnya melihat orang yang Ia tunggu-tunggu dari sejam yang lalu akhirnya kelihatan juga,bak anak kecil Ia melompat-lompat sembari mengangkat tangannya dengan melambai-lambai dengan senyum yang mengembang Rasanya Ia begitu merindukan keluarga nya itu setelah enam bulan mereka tidak bertemu.
Bersambung...
mang harus di gtuin laki modelan gtu m