Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Semerbak harum dari bunga bunga yang bermekaran di taman, membuat Savierra sedikit lebih rilex. Walau ia merasa gugup setengah mati, ia tetap memasang wajah datar dan santai.
Ketika kakinya memijak lantai mansion megah itu, ia tak bisa mencegah datangnya rasa gugup yang amat luar biasa. Tangannya sudah berkeringat, kakinya sedikit ragu untuk melangkah. Ia merasa jikalau nyawa nya berada di ujung tanduk.
Ia mengingat, jika setiap sarapan, pasti suaminya berada di ruang rawat Caroline. Ia berhenti sebentar, lalu kakinya melangkah ke arah ruang rawat tersebut.
"Tunggu, nyonya!" cegah pengawal yang baru sampai itu membuat Vierra menghentikan langkahnya.
Perempuan itu berbalik dan menaikkan sebelah alisnya. "Mengapa? Bukankah jalan menuju ruang rawat kesini?" tanya Vierra ketus.
"Benar nyonya. Tapi tuan menunggu anda di ruang makan, bukan ruang rawat nona Car-"
"Tunjukkan jalan!" potong Vierra menatap tajam sang pengawal.
Pengawal tersebut menunjukkan jalan ke arah ruang makan yang ternyata di sana sudah ada lelaki yang menunggu Savierra.
Tubuh Savierra membeku, kakinya terasa lemas, dan seakan ia merasakan hawa dingin yang amat menusuk saat menatap lelaki yang menjadi suaminya.
Leonardo Ryden Hander.
'Datang.. Itu dia, aku harus mencari aman!' batin Savierra sembari melangkah pelan menuju meja makan.
Sedangkan, Ryden menatap Vierra heran. Pasalnya, di hari sebelum sebelumnya, Savierra selalu memakai pakaian lusuh, dan penampilannya acak acakan namun tetap menampilkan ketakutan yang mendalam padanya. Namun hari ini, perempuan itu memakai pakian sopan, dan berdandan. Walau pipinya terlihat tirus, namun kecantikan nya tak pernah memudar. Dan.. hari ini terlihat lebih banyak diam.
"Ekhem, apa bisa dimulai sarapannya?" peringat Vierra membuat yang ada di ruangan terkesiap.
Para pelayan dan ajudan pun ternganga melihat sang nyonya yang berani menegur tuannya. Bahkan ini kali pertama, sang nyonya menatap sang tuan rumah tanpa ketakutan.
Ryden menatap datar kearah Savierra yang dibalas tak kalah datar oleh perempuan itu. Ryden mengangguk, "Mulai," titahnya.
Ryden dan Savierra makan tanpa ada nya suara. Hanya suara dentingan sendok yang bersahutan membuat suasana cukup mencekam.
10 menit kemudian..
"Cukup, saya selesai. Jika tidak ada hal penting lain, saya mohon pamit," kata Vierra sarkas dan langsung beranjak dari tempat duduknya.
'Huft, akhirnya selesai. Bisa mati jantungan jika tetap berada satu ruangan dengannya!' batin Savierra. Ia melangkah menuju pintu keluar.
"Siapa yang mengizinkanmu pergi?"
Deg!
Suara berat itu membuat langkah Savierra terhenti. Ia memaksakan senyumnya, dan berbalik perlahan. "Apakah anda menginginkan hal lain?" tanya Vierra.
"Duduk. Jangan sok bertingkah seperti pelayan."
Shitt!
Bak petir si siang bolong, Savierra menggeram dalam hati saat ucapan sarkas tersebut terdengar di telinganya. 'Sialan! Dasar bajingan! Mati saja sana!' maki nya kesal.
Ryden menatap Savierra dalam, "Jangan memaki saya."
Mata Savierra membola, ''apakah dia cenayang?'
Dengan ogah ogahan, Savierra kembali duduk di kursinya. Ia menatap Ryden yang tengah memerintahkan para pelayan untuk pergi.
"Kenapa?" tanya Vierra singkat setelah selama 10 menit mereka saling terdiam dengan pikiran masing masing.
Ryden menatap Vierra dengan tatapan yang sulit diartikan. Savierra hanya diam, menunggu Ryden berbicara, namun ternyata sangat melelahkan.
"Kenapa? Cepat bicara, saya ingin segera kembali. Bukankah anda yang tidak memperbolehkan saya menginjakkan kaki di mansion ini terlalu lama?" ketus Vierra sedikit menyindir.
Walau keterkejutan nampak di wajah tampan Ryden, lelaki itu mencoba tetap berwajah datar. "Apa mau mu?" tanya lelaki itu tak jelas. Mendengar itu Savierra menaikkan sebelah alisnya.
"Maksudmu?" tanya Vierra bingung.
"Apa kau sedang melakukan trik tarik ulur? Asal kau tahu, saya tidak akan tertarik dengan permainan sampah macam itu" kata Ryden sarkas. Ia berdiri, dan berjalan menghampiri Vierra yang tak jauh darinya.
'Hah? Maksudnya apa? Aku sama sekali tidak mengerti, Dasar aneh!'' pikir Savierra bingung. Perempuan itu tersadar, jika Ryden sudah berada di hadapan nya.
"Hey, bicara yang jelas tuan Ryden. Jangan berbelit belit. Saya tidak paham dengan cara anda berbicara!" sanggahnya telak. Ia memundurkan duduknya saat Ryden mendekatkan tubuh atletis itu ke arahnya.
Ryden tersenyum smirk, ia mengungkung Savierra, kedua tangannya mengapit tubuh Savierra, seakan mengunci pergerakan perempuan itu.
"Kau tidak seperti biasanya Vier.. apa ini trik barumu untuk menarik perhatianku? Tidak biasanya kau bersikap sopan dan berpenampilan rapi seperti ini," ucap Ryden membuat Savierra berdecih dalam hatinya.
"Percaya diri sekali anda? Saya hanya ingin tampil rapi karena saya kasihan pada anda yang harus melihat penampilan yang membuat anda sakit mata! Dan saya tahu, apapun yang saya lakukan tidak akan pernah menarik perhatian anda, terlebih anda yang sudah sangat tergila gila dengan nona Caroline," katanya menyanggah. "Jadi, apapun perubahan saya, itu tidak ada hubungannya dengan anda tuan Ryden yang terhormat! Saya hanya ingin memperbaiki diri sebelum kematian menjemput!" lanjutnya dengan sarkas.
Sungguh, Savierra tak habis pikir dengan isi otak Ryden ini. Apa yang ia harapkan dari wanita sekarat itu? Savierra sedikit mengetahui, jika dulu Caroline nyaris akan meninggal. Maka dari itu, Ryden sangat berusaha keras mencarikan organ dalam baru agar dapat menunjang kehidupan Caroline.
Caroline sudah terbaring selama satu tahun, dan Savierra menikah dengan Ryden hanya baru berjalan 2 bulan. Walau begitu, ia selalu mendengar kasak kusuk pelayan apalagi tentang wanita bernama Caroline Alexandra.
Mendengar nada ucapan sarkas yang keluar dari mulut Savierra, tangan Ryden mengepal. Kenapa Savierra bisa seberani itu dengannya sekarang? Apa dia melewatkan sesuatu?
Memicing tajam, Ryden berkata, "Kau.. apa kau tahu sesuatu?" tanyanya dingin.
"Sesuatu apa? Apakah tentang Caroline si wanita sekarat yang membutuhkan organ dalam baru, atau yang anda ingin mengorbankan saya untuk keselamatan hidupnya? Apakah anda tahu tuan Ryden. Kekejaman ini, adalah hal terparah yang saya rasakan. Apakah kehidupan manusia begitu sepele di mata anda?" ucap Savierra panjang dengan nada menggebu.
Ryden yang melihat Savierra begitu menggebu hanya menaikkan sebelah alisnya. Benar, apa yang dikatakan Savierra tak salah. Namun ia juga harus membalaskan dendamnya pada Keluarga Arlott, tak terkecuali Savierra.
"Hal yang berbahaya adalah saat kau tahu sesuatu terlalu banyak Savierra. Asal kamu tahu, Caroline begitu berharga di mata dan hatiku, dia satu satunya perempuan yang pantas mendapat gelar nyonya Hander, dan tinggal di mansion ku ini!" tegas Ryden berapi api. Netranya menatap tajam penuh kebencian.
Deg!
Entah kenapa mendengar pernyataan tegas Ryden saat mengucapkan hal itu, membuat hati Savierra terasa nyeri. Ia menatap Ryden dengan tatapan kecewanya. Ia memang belum mencintai Ryden. Namun, istri mana yang tidak merasakan sakit hati jika perkataan itu keluar dari mulut suami yang seharusnya menjadi sandaran hidupnya itu?
"Hah.. An-anda benar.. apalah saya di hidup anda. Anda hanya menikahi saya untuk balas dendam. Di sisi lain, saya akan dijadikan pengorbanan untuk wanita yang sudah akan sekarat," desah Savierra lirih.
"DIAM! KAU TIDAK BERHAK MENGATAKAN KEKASIHKU SEKARAT! Caroline itu masih hidup, dia akan hidup bersamaku suatu hari nanti. Aku akan memastikan keselamatan Caroline, walau harus menggunakan hidupmu untuk menunjang keselamatannya. Perhatikan pola makan dan jaga kesehatan tubuhmu. 2 bulan lagi akan menjadi hari kematianmu, dan juga hari dimana kekasihku akan kembali hidup!!" tekan Ryden tajam. Ia mengatakan itu dengan sangat yakin, seolah Caroline memang akan benar benar sembuh.
Tes!
Tak terasa air mata Savierra menetes. Ia menatap kecewa dan benci pada Ryden. Tak menyangka, Ryden sangat picik dan kejam. 'Sialan, kenapa air mataku menetes? Tapi perkataannya juga sangat menyakitkan tuhan.. Apakah manusia sepertinya benar benar tak memiliki empati sama sekali? Terlebih aku adalah wanita yang di nikahinya, wanita yang mengucapkan janji suci dengannya. Dasar bajingan! Robek saja wajah tampanmu itu jika hatimu sejahat iblis!' maki Savierra dengan benci.
"Haha, tak menyangka, wajah setampan ini memiliki hati bagaikan iblis." Savierra menatap tajam dan tertawa ringan yang siapapun melihatnya pasti akan tahu, jika Savierra tengah tertawa sinis yang mengandung kekecewaan dan kesedihan.
Ryden menatap tak suka. Ia menjauh dari Savierra yang terlihat frustasi dan kecewa. Ia tak peduli itu. Yang terpenting baginya adalah Savierra bisa sadar diri akan posisinya di sini. Menikah dengannya hanya salah satu tujuan balas dendam nya.