Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Aku tidak mendengar suara air gemericik. Loly ngapain di dalam sana. Jangan-jangan dia di dalam pingsan lagi. "Loly, kamu baik-baik aja 'kan?" Ucap ku dari luar toilet.
Nggak ada nyahut. Fiks, bener nih. Si Loly di dalam pingsan. "Eehh Loly, jangan bikin orang cemas. Kalau udah selesai buka pintunya, Loly." Aku kembali berteriak sambil menggedor-gedor pintu toilet.
"Sebentar, Nat." sahutnya membuat ku menarik napas lega. Beberapa menit kemudian Loly membuka pintu.
Ceklek.
Loly menunduk, berdiri tepat di depan ku. "Ly, ada apa? Kepalanya pusing? Sakit perut? Mencret? Kebelet pipis?" tanya ku memberondong pertanyaan. Kedua tangan menyentuh bahunya, wajah cemas, takut Loly kenapa-napa.
Loly mendongak, menatap kedua netra ini. Duuhh.. membuat jantung rasanya dag dig dug serr..
"A-aku.. aku menstruasi, Nat." Lirihnya pelan hampir tak terdengar.
"Menstruasi?."
Loly menganggukkan kepalanya. "Iyaa, Nat." Kedua tangan ini terlepas dari bahu Loly, menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan kepala agak miring ke kanan, menatapnya dalam.
"Bukankah itu normal. Lalu masalahnya apa?" Tanya ku heran.
"Masalahnyaaa.. aku nggak pake pembalut." Aku mengernyitkan dahi. Nggak paham arah pembicaraan Loly.
"Kalau aku nggak pake pembalut, nanti darahnya tembus. Bisa belepotan kemana-mana." Terangnya membuat ku menganggukkan kepala.
"Oohh.. yaa, iyaa aku sudah paham. Yaa udah beli pembalut."
"Nyuruh siapa?"
"Kok nyuruh siapa? Yaa aku yang beliin." Mata Loly membulat sempurna. Menatap ku dengan wajah sulit percaya.
"Serius?"
"Serius lah."
"Kamu beneran mau, Nat?"
Ku anggukkan kepala. "Mau."
"Nggak malu?"
"Hahh, malu? Enggak lah, ngapain juga malu. Orang beli pembalut doang. Lagian malu kenapa coba?"
"Nanti kalau mbak-mbak kasirnya nanya, ‘pembalut buat siapa?’ kamu jawab apa?"
Tangan kiri ku masih di depan dada, jari tangan kanan mencolek-colek dagu, sementara kedua mata melihat ke atas, seolah sedang berpikir. Hehe.. goda Loly ahh.. pasti wajahnya merah merona nih.
"Hmmm.. bilang aja, buat bini yang lagi datang bulan." Ucap ku dengan senyum mengembang. Loly mendorong bahu ku.
"Iiiiihhhh... Nathaaann..."
"Kenapa?"
"Bikin aku malu tau."
"Pantesan, pipinya merah kek tomat rebus."
"Haahhh, tomat rebus? Pipi aku peot dong." Loly memegangi pipinya.
"Enggaklah.. peot kalo lagi marah doang. Kayak nenek-nenek. Hahaha..."
Loly majukan bibirnya beberapa senti, cemberut. Hihihi.. lucu, plus imut-imut manja.
"Mulai deh jahilnya."
"Sorry! Aku beli pembalut dulu yaa. Jangan kemana-mana!"
"Iyaa, iyaa."
"Eehh, bentar." Aku berlalu, mengambil bangku di pinggir ranjang lalu menyimpannya di depan pintu toilet.
"Sambil nunggu aku, kamu duduk di sini. Capek kalo kamu berdiri terus."
Loly tersenyum manis kayak gula. Ehh, lebih manisan senyum Loly dari pada gula. Asyeekk.. uuhhhuuuyy... Ku geser tiang infus agar lebih dekat dengan Loly. Tubuh sedikit membungkuk, wajah tepat di depan Loly.
"Aku pergi dulu yaa, Istriku." Goda ku.
"Nathaaann!!" Loly mencubit perut ku pelan. Aku tertawa puas melihat pipinya merah merona. Setelahnya aku berlalu, keluar ruangan untuk membelikan Loly pembalut.
Ku cari minimarket terdekat. Biar lebih cepet dapet pembalutnya. Kasihan juga kalo Loly nunggunya lama. Kebetulan sekali rumah sakit ini dekat dengan minimarket.
Gegas membawa langkah ini menuju minimarket. Mencari deretan pembalut yang ada di minimarket. Ternyata banyak banget jenis pembalut. Ukurannya pun berbeda-beda. Ku garuk kepala yang tak gatal.
"Yang mana nih." Ku lihat berbagai jenis pembalut dan warna yang berbeda ini. Ada warna pink, oren, hijau, biru, ungu, hitam.
Sejenak aku berpikir, 'cewek kalo datang bulan pertama tuh darahnya banyak pasti.' ku putuskan mengambil pembalut yang warna hitam dan juga hijau.
Setelahnya aku menuju kasir. Eits,, tapi kok ngantrinya panjang banget. Bisa lama nih.
"Mas, pembalutnya buat siapa?" Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu bertanya pada ku. Netranya tak luput menatap pembalut yang aku bawa.
"Buat bini, Buk."
Ibu ini malah mencubit pipi ku sambil berkata, "duuuhh.. suami idaman banget sih. Mas, saya punya anak masih gadis. Bolehlah jadi istri kedua Mas nya. Nggak papa anak ibuk jadi istri kedua Mas. Ibuk ridho, ibuk restuin."
Astaga! Nih ibuk-ibuk gila apa! Masa' anaknya di suruh jadiin istri kedua. Nggak waras nih ibuk-ibuk.
"Eehh, nggak, Buk. Bini satu udah cukup." Rasanya nggak betah nih kalo ada ibuk-ibuk kayak gini. Yaelah, masih kurang dua lagi ngantrinya. Duuhh.. cepetan dikit mbak, cepet-cepet.
"Yaelah, Mas, punya bini dua juga nggak papa kali. Di agama 'kan poligami di perbolehkan. Anak ibuk cantik plus sexy lagi. Di jamin Mas nya pasti langsung klepek-klepek kalo lihat anak ibuk."
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya