NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Ibu Pengganti / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: safea

Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.

Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.

Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.

Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.

Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31

Tak ada wajah yang bersahabat, yang terlihat hanyalah rahang yang terus saja mengetat sejak pagi tadi sehingga membuat beberapa orang di sana nampak begitu ketakutan dibuatnya.

Ibra tengah marah, bukan marah biasanya. Amarahnya kali ini sangatlah besar sampai berhasil membuat suasana di ruangan rapat ini menjadi hening seketika dan tak ada satu orang pun yang berani membuka suaranya.

"Jadi, siapa yang harus disalahkan atas kerugian ini?" Semakin ia menelaah apa yang sebenarnya sedang terjadi, justru Ibra semakin merasa kalau amarahnya sudah membumbung tinggi.

"S-saya Pak, saya mengaku salah karena tidak kembali memeriksa dokumennya sebelum dikirim kepada perusahaan itu." Seorang wanita berambut pendek sontak menarik perhatian semua orang yang ada di sana.

Kepalanya masih setia menunduk dengan dalam dan tidak berani sama sekali untuk menatap langsung ke arah sang atasan di seberang sana.

Sepertinya ada yang salah di sini. Seingat Ibra, dokumen yang kemarin itu bukan ditangani oleh karyawan yang ini melainkan kepala divisi langsung. Darimana Ibra bisa mengetahuinya? Tentu saja karena mereka sempat membahas hal ini sebelumnya.

"Kamu yakin kalau dokumen itu kamu sendiri yang mengerjakannya." Anggukan pelan Ibra terima dari wanita tersebut.

Mungkin Ibra terlalu fokus dengan karyawan wanitanya sehingga ia tidak sadar kalau ada seorang pria yang kini sudah berkeringat dingin di sana. Tapi sayangnya hal itu tidak luput sama sekali dari mata tajam Asher.

Asher baru saja akan menginterupsi Ibra, namun Ipad yang berada di pangkuannya bergetar dan menampakkan notifikasi sebuah pesan singkat.

Ah iya, hampir saja Asher lupa kalau siang ini Ibra masih harus melakukan makan siang bersama dengan salah satu koleganya.

"Pak, anda masih memiliki jadwal untuk makan siang bersama dengan Pak Antonio." Suara Asher memang terdengar sangat pelan dan hanya bisa didengar oleh Ibra.

Namun ternyata suara itu berhasil mengembalikan kewarasan Ibra yang sempat terenggut tadi. Kalau begitu Ibra harus mengakhiri rapat yang cukup penat ini, tetapi ia tidak akan diam begitu saja dengan kerugian yang cukup besar ini.

"Rapat hari ini saya akhiri sampai di sini. Saya mau setelah makan siang nanti Pak Rendra dan karyawan perempuan yang tadi untuk datang ke ruangan saya." Ibra memang tidak menunjuk secara langsung, tapi sepertinya mereka sudah mengerti siapa yang Ibra maksud.

Helaan napas penuh kelegaan terdengar begitu saja tak lama setelah Ibra dan Asher pergi meninggalkan ruangan yang entah kenapa terasa sangat mengerikan itu.

"Saya akan meminta supir untuk menyiapkan mobil terlebih dahulu, anda bisa menunggu di ruangan saja Pak." Kaki panjangnya boleh sedang sibuk melangkah, namun tangan dan matanya sedang fokus pada layar Ipadnya.

"Ya." Sepertinya suasana hati Ibra belum membaik juga. Ya wajar saja sih, pasalnya karena kesalahan kecil yang karyawannya lakukan beberapa waktu lalu , perusahaan hampir saja merugi dalam jumlah yang sangat besar.

"Biar saya saja yang menyiapkan semua dokumen yang akan kita bawa, Pak." Sesampainya di ruangan pribadi Ibra, Asher bergerak dengan cepat menuju meja kerjanya sendiri dan mulai mencari dokumen yang ia maksud di tumpukan sana.

"Asher." Sang empu nama lantas menoleh untuk beberapa detik pertama dan tentunya ia juga memberikan jawaban untuk panggilan tersebut.

"Berapa lama Ayuna ikut berpartisipasi dalam acara gathering itu?" Di tengah kegiatannya yang sedang memasukkan bebeberapa buah dokumen itu, Asher menukikkan kedua alisnya dengan tajam.

"Tiga hari, Pak." Namun tak ayal pria muda itu tetap menjawab pertanyaan Ibra dengan begitu tenang.

Sayangnya Asher tidak tahu kalau saat ini Ibra tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Ayuna dari kepalanya sendiri, apalagi sudah dua hari lamanya mereka tidak bertemu karena Ayuna harus pergi bersama dengan rekan kerjanya yang lain.

Ibra juga tidak mengerti kenapa dirinya justru merasakan hal yang sangat aneh ini. Semalam adalah jadwal dirinya untuk tidur bersama dengan Ayuna, namun karena gadis itu tak ada maka Ibra tidur bersama dengan istrinya—Lara.

Kalau boleh jujur, Ibra merasa sedikit kecewa karena tidak bisa tidur di kamar Ayuna yang entah bagaimana terasa begitu nyaman baginya.

......................

Kepanikan masih tercetak dengan jelas di wajah tampan Nevan meskipun saat ini ia tetap harus mengendari mobilnya dalam keadaan tenang karena ia tidak mau jika ada hal yang buruk terjadi pada mereka berdua.

Mereka berdua? Saat ini Nevan sedang bersama dengan Ayuna yang masih belum sadarkan diri juga. Sialnya mereka mengadakan acara gathering jauh di pedesaan sana sehingga dirinya harus berada cukup lama di perjalanan untuk menuju rumah sakit.

Nevan tidak mau hanya membawa Ayuna ke puskesmas terdekat, karena pria itu ingin memberikan pemeriksaan sekaligus perawatan yang baik untuk Ayunanya.

Tadi setelah mendapatkan kabar dari Hana jika Ayuna pingsan, Nevan tak menunggu lama dan langsung memasuki kamar gadis itu. Nevan juga nampak begitu terkejut saat menemukan secara langsung bagaimana keadaan Ayuna.

Suhu tubuhnya sangat tinggi dengan buliran keringat yang membasahi pelipisnya. Hanya ada satu kalimat yang ada di kepala Nevan saat itu 'Ayuna sedang berada dalam bahaya'.

Maka dari itulah Nevan segera membawa Ayuna menuju rumah sakit menggunakan mobil pribadinya dan meninggalkan semua bawahannya di sana.

"Ugh." Nevan segera menginjak rem dengan gerakan peralahan saat mendengar lenguhan yang berasal dari orang di sampingnya. Sepertinya Ayuna sudah sadarkan diri.

Benar saja, dari tempatnya duduk sekarang Nevan bisa melihat Ayuna yang sedang berusaha membuka kedua kelopak matanya. Gadis bermata bulat itu juga nampak terkejut saat menemuka entitas Nevan di sana.

"Pak Nevan?" Hati Nevan semakin tidak tenang rasanya saat mendengar suara Ayuna yang begitu serak, tidak seperti biasanya.

"Minum dulu, Yuna." Ya, ini memang panggilan yang biasanya Nevan berikan pada Ayuna. Berbeda sekali kan dengan orang lain.

Dengan bantuannya Nevan, Ayuna berhasil mengguyur tenggorokkannya yang terasa luar biasa kering.

"Kita mau kemana, Pak?" Seingat Ayuna, mereka akan melakukan permainan di sebuah kolam. Tapi kenapa sekarang mereka malah berada di dalam mobil?

"Ke rumah sakit, kamu demam tinggi Yuna." Pantas saja Ayuna merasa kalau tubuhnya sangat tidak enak sejak kemarin, ia juga terus saja merasa kedinginan meskipun ada matahari di sana.

Ditambah lagi dengan perutnya yang cukup sering bergejolak akhir-akhir ini sampai membuat dirinya harus berjongkok di depan closet sembari berusaha untuk mengeluarkan isinya.

Sebentar, sepertinya yang Ayuna alami saat ini bukan pertanda kalau dirinya sedang demam. Tapi tanda-tanda ini bukannya yang biasa dialami oleh seorang Ibu hamil pada trimester pertama?

Jangan bilang kalau saat ini Ayuna berhasil mengandung anaknya Ibra? Kalau begitu ia tidak bisa menyetujui keinginan Nevan yang mau membawanya ke rumah sakit.

Tidak bisa! Kalau Ayuna melakukannya maka Nevan akan bertanya-tanya bagaimana Ayuna bisa hamil padahal dirinya belum menikah.

1
Rafly Rafly
seperti nya hasil kerja bakti di jepang ada manfaatnya /Angry//Angry//Angry/
Muhammad Irpan
lanjuuuut thoor
Yona Panai
bgus
Rafly Rafly
Luar biasa
yani suko
pakai sistem bayi tabung khan bisa, jadi ndak harus tidur bareng
Ahmad Rezky
aku sudah mampir mampir juga ya
miilieaa
beruntung ayuna
only siskaa
ttp semangat thor jgn lupa utk mampir yahh
Jihan Hwang
hai aku mampir... ceritanya bagus
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!