Karena menghindari perjodohan yang dilakukan orang tuanya, Khavi Zean Rakhayasha terpaksa harus kabur dari rumah dan mengganti identitasnya.
Namun di tengah pelarian nya, Khavi harus terjebak menjadi bodyguard seorang Nona muda arogan bernama Shena Athalia Sarfaraz.
Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ada satu fakta yang menjadi penghalang cinta keduanya. Mereka sama-sama telah dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing.
Akankah cinta mereka bersatu?
Atau justru harus gagal sebelum berkembang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Harus Bertanggungjawab
"Bos, ada yang ingin bertemu denganmu."
Shaga menghentikan aktivitasnya saat asistennya mengatakan ada yang ingin menemuinya. Pria tampan itu mengerutkan keningnya, karena merasa tidak ada janji dengan siapapun hari ini.
"Siapa?"
Belum sempat menjawab, namun seseorang telah lebih dulu masuk ke ruangan Shaga.
"𝘒𝘩𝘢𝘷𝘺𝘢."
Shaga tersenyum tipis, sangat tipis. Bahkan Khavya pun tidak menyadari senyuman mahal pria tampan itu. Dalam hati Shaga bersorak karena wanita cantik itu sudah masuk ke dalam perangkap nya.
Shaga memberi kode pada asistennya untuk meninggalkan ruangannya. Setelah asisten Shaga keluar, Khavya mendekati Shaga yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Matanya menatap lurus pada Shaga yang tengah menatapnya datar.
Dengan tidak tahu malu nya, Khavya duduk menyamping di pangkuan Shaga sambil mengalungkan tangannya. Dalam hati Khavya merutuki kegilaan yang tengah dia lakukan saat ini. Namun, ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui perasaannya pada Shaga.
Cup
Satu kecupan mendarat di bibir Shaga. Hanya sekilas saja, namun mampu membuat Shaga nyaris kehilangan kesadarannya.
"Tidak terjadi apapun, jantung ku juga baik-baik saja," gumam Khavya, namun masih bisa Shaga dengar dengan jelas.
Di tengah-tengah rasa shock nya, Shaga memicingkan matanya. Pria tampan itu mulai bisa menebak apa yang wanita cantik itu coba lakukan padanya.
Khavya hendak bangkit dari duduknya, namun Shaga memeluk erat pinggang rampingnya. Pria tampan itu tidak membiarkan wanita cantik itu lolos begitu saja setelah mencuri ciuman nya.
Khavya menatap Shaga yang juga tengah menatapnya. Pria tampan itu mendekatkan wajahnya dengan Khavya yang masih berada di pangkuannya. "Kalau sekilas mana berasa," ucap Shaga terdengar ambigu di telinga Khavya.
Deg... deg... deg...
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘣𝘢𝘳?"
Khavya mencoba melepaskan diri dari Shaga, wanita cantik itu merasa malu setelah sadar telah melakukan hal bodoh. Namun tentu saja pria tampan itu tidak melepaskan nya dengan mudah.
"Lepaskan, Gha?" Wanita cantik itu memohon dengan lirih, Khavya sudah tidak tahan lagi dengan rasa malu nya. wanita cantik itu benar-benar ingin menghilang dari hadapan Shaga.
"Mau kemana? Setelah kamu mengambil ciuman pertama ku, kamu fikir bisa lepas begitu saja?"
Pria tampan itu menatap lekat Khavya yang tengah menahan malu. Shaga menyunggingkan senyumnya melihat tingkah gemas wanita cantik nya.
Cup
Shaga mengecup bibir Khavya, membuat wanita cantik yang berada di pangkuannya itu melotot sempurna. Bukan hanya kecupan sekilas, namun perlahan pria tampan itu memagut dengan lembut bibir Khavya.
Walaupun ini yang pertama kali bagi Shaga, namun pria tampan itu mencoba mengikuti naluri nya. Begitupun dengan Khavya, wanita cantik itu merasa jantung nya semakin berdebar. Apalagi saat tangan Shaga bergerak meremas pegunungan kembarnya.
Keduanya berhenti sejenak untuk mengambil napas, sebelum akhirnya mereka sama-sama melanjutkan lagi kegilaannya.
Shaga bahkan sudah membuka kancing depan pakaian yang dikenakan Khavya, membuatnya semakin leluasa memainkan pegunungan menantang itu.
Napas keduanya memburu saat pagutannya terlepas, beruntung saja kewarasan mereka kembali sebelum terjadi kekhilafan yang mengenakan.
Shaga merapikan kembali pakaian wanita nya. Sedangkan Khavya hanya terdiam membiarkan Shaga melakukan keinginannya. Entah kenapa, Khavya yang biasanya bawel dan banyak bicara itu, kini wanita cantik itu tidak berkutik di hadapan Shaga. Bagai kerbau yang di cucuk hidungnya, Khavya hanya menurut saja dengan apa yang dilakukan Shaga.
"Kamu harus bertanggungjawab karena sudah mengambil ciuman pertama ku," ucap Shaga.
Khavya melebarkan bola matanya mendengar ucapan Shaga. Pria tampan itu bilang harus bertanggungjawab hanya untuk kecupan sekilas yang Khavya lakukan, sedangkan pria tampan itu bahkan melakukan hal lebih dari apa yang dirinya lakukan, fikir Khavya.
Shaga yang paham arti tatapan wanita nya, kemudian berbisik di telinga wanita cantik yang masih setia berada di pangkuannya. "Aku juga akan bertanggungjawab, dan mulai sekarang kamu adalah milikku."
Khavya mengerjapkan matanya berulang kali, Shaga mengklaim wanita cantik itu sebagai miliknya. Namun Khavya perlu memastikan maksud perkataan Shaga itu, wanita cantik itu tidak ingin salah mengartikan maksud Shaga.
"Maksud mu, kita---"
"Ya, mulai sekarang kamu adalah milikku dan aku milikmu," ucap Shaga dengan mantap.
Melihat wanita nya hanya diam, Shaga kemudian memastikan jika wanita cantik itu paham dengan maksudnya. "Kamu paham, kan?"
Khavya hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
"Bagus, itu artinya kamu jangan pernah memikirkan si duda brewok itu lagi!"
...----------------...
"Dasar bodoh! Mendekati wanita itu saja kamu tidak becus!"
"Maaf, ayah."
Arthur hanya menunduk saat ayahnya menghardik dirinya. Duda tampan yang masih perjaka itu tidak pernah berani melawan ayahnya. Karena ayahnya itu selalu mengancam tidak akan memberinya sepeserpun dan akan mencoret nya dari hak ahli waris semua kekayaannya, jika Arthur tidak menuruti keinginannya.
"Kamu bilang putri Tuan Kawindra sangat mencintaimu, lalu kenapa dia menikah dengan pria lain?"
"Itu karena dia kecewa padaku, aku mengkhianatinya karena aku menikahi wanita pilihan ayah yang ternyata pelacur itu," ucap Arthur. Ada kegetiran dalam ucapannya, Duda menawan itu sengaja menekankan kata pilihan ayah, dengan maksud supaya ayahnya itu tidak terus menerus menyalahkan nya.
"Kamu sudah berani menjawab ayah, Arthur?"
Arthur hanya menunduk, tanpa menjawab pertanyaan ayahnya yang egois itu.
"Harusnya kamu bilang Shena itu putrinya Tuan Kawindra, mungkin ayah tidak akan memaksamu untuk menikah dengan Dara," ucap Ayah Arthur tidak tahu malu.
"𝘈𝘯𝘥𝘢𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶." 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘶𝘵𝘶𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. "𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘮𝘣𝘢𝘵, 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘋𝘢𝘳𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘣𝘰𝘥𝘺𝘨𝘶𝘢𝘳𝘥 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶."
Bukan keinginannya menikah dengan Dara, bukan salahnya juga jika tidak mengetahui identitas Shena. Andai Arthur mengetahui identitas Shena sebelum dijodohkan dengan Dara, mungkin kepahitan hidupnya sekarang tidak akan pernah dirinya alamai.
Namun terpuruk pun tidak ada gunanya, Shena telah bahagia bersama suaminya. Arthur tidak ingin merusak kebahagiaan wanita yang masih sangat dia cintai itu. Walaupun hatinya sesak membayangkan wanita nya kini dimiliki orang lain. Namun Arthur sadar itu karena kebodohannya sendiri yang tak mampu memperjuangkan cintanya.
"Itu yang aku sesali, kenapa aku harus mengetahui identitas Shena setelah menikah dengan wanita ular itu."
Ayah Arthur menghela napasnya kasar, percuma saja memperdebatkan sesuatu yang sudah terjadi, pikirnya. Sesaat kemudian pria paruh baya itu tersenyum saat terlintas ide yang menurutnya sangat menguntungkan.
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Jangan lupa tinggalkan jejak😘
Kasih semangat buat Arthur yuk supaya cepat move on 🤧