Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Bisa ya, Mbak Sekar dan Mas Arya bulan depan kita melangsungkan pernikahan anak-anak kita" tanya Mama Dian sebagai perwakilan keluarga. Papa Dion menyerahkan semua urusan pembicaraan kepada Mama Dian.
"Gimana, Din? Bisa?" tanya Mama Sekar setengah berbisik dengan Dini.
"Emang bisa nolak, Ma?" sahut Dini masih duduk rapi.
Mama Sekar menggeleng pelan. Mama Sekar merasa bersalah dengan Dini. Anak perempuan satu-satunya akan melepas masa lajangnya dalam waktu dekat dengan orang yang tidak terlalu dia kenal.
"Baik, Mbak Dian dan Mas Dion. Pernikahan antara Dimas dan Dini bisa dilangsungkan awal bulan depan" ucap Mama Sekar sedikit bergetar sambil meremas tangan Dini dan Papa Arya. Semoga keputusan yang dibuat keluarga Kusumanegara menjadi keputusan yang terbaik buat Dini.
"Alhamdulillah. Untuk masalah resepsi biar Keluarga kami yang mengaturnya. Sekitar 2 hari lagi, Dini dan Dimas bisa fitting baju. Nanti Mama kasih tahu untuk tempat dan jamnya. Bagaimana kalian bisakan?" Mama Dian bertanya ke Dimas dan Dini.
Mau gak mau mereka berdua mengangguk setuju walau dalam hati kesal setengah mati.
"Karena pembicaraan tentang pernikahan Dimas dan Dini sudah selesai, mari kita ke ruang makan untuk menyantap makan malam kita. Pasti semua sudah lapar kan?" kata Papa Arya mencairkan suasana dan disetujui yang lain dengan anggukan kepala.
***
"Cie, yang bulan depan sudah ganti status" ganggu Davina didalam mobil.
"Eh, anak kecil bisa ga kamu diam" omel Dimas
"Wkwkwkkw, ada yang marah merajuk disuruh nikah. Tapi lihat Kak Dini baru turun dari kamar, mata sampai ga berkedip. Cinta oh cinta bikin orang jadi munafik" goda Davina, lucu.
Dimas diam saja tidak mau membalas perkataan Davina lagi meski wajahnya sudah bersemu merah. Untung saja malam jadi tidak terlihat.
Mama Dian dan Papa Sekar hanya tersenyum. Mereka yakin Dimas sudah ada rasa ke Dini tapi masih saja ditepis oleh laki-laki itu. Sejak kepergian wanita yang pernah singgah dihati Dimas, Dimas menjadi orang yang tertutup
***
Menurut Dini, Hari minggu adalah hari bermalas-malasan apalagi ditambah rumitnya kehidupan asmara. Pas sekali, Dini masih berada didalam selimut meski matahari sudah menampakkan senyumannya.
"Membayangkan tinggal bareng kanebo kering membuat kepala gue pusing" gumam Dini, kesal.
"Bagaimana ya caranya biar kami suatu saat pisah" Dini mencoba mencari ide. Pernikahan tanpa Cinta itu sebuah kemustahilan bisa berlangsung lama. Yang nikah dengan Cinta aja bisa pisah apalagi yang tanpa Cinta. Sebuah kehidupan yang nyata dan pasti ada disekitaran kita.
Drrrt..drrttt
Sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Dini mengerutkan keningnya.
"Sapa ya?"
Telepon mati dan berdering kembali.
"Assalamualaikum" sapa Dini setelah mengangkat teleponnya.
"Walaikumusalam, Kak Dini maaf mengganggu ini Davina" jelas orang yang disebrang sana.
"Eh, Vina. Ada apa?" Setahu Dini mereka tidak ada rencana untuk hari ini tapi kenapa Davina menelpon dan masih pagi lagi, menurut Dini.
"Kak Dini ada acara hari ini? Jika tidak ada, Vina mau ngajak Kak Dini nonton. Kak Dimas diajak tidak mau" tanya Davina. Davina yang disana sengaja menyaringkan suaranya agar didengar Dimas. Namun, Dini tidak mengerti dengan rencana Davina.
"Heem, boleh deh. Mau dijemput atau ketemu disana?" tanya Dini
"Ga usah dijemput Kak. Nanti Vina kerumah Kak Dini sebelum makan siang ya. Vina diantar supir aja, baru nebeng Kak Dini. Boleh Kan?"
"Oke , Vin. Ditunggu ya"
Panggilan pun berakhir.