Narendra sang pengusaha sukses terjebak dalam situasi yang mengharuskan dirinya untuk bertanggung jawab untuk menikahi Arania, putri dari korban yang ia tabrak hingga akhirnya meninggal. Karena rasa bersalahnya kepada Ayah Arania akhirnya Rendra bersedia menikahinya sesuai wasiat Ayah Arania sebelum meninggal. Akan tetapi kini dilema membayangi hidupnya karena sebenarnya statusnya telah menikah dengan Gladis. Maka dari itu Rendra menikahi Arania secara siri.
Akankah kehidupan pernikahan mereka akan bahagia? Mari kita ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergok?
"Berenang? Malam-malam begini?" Tanya Arania seolah tak percaya dengan keinginan suami sirinya. Karena selama ini ia hanya melakukan kegiatan itu pada waktu pagi, siang atau sore harinya, itupun hanya di sungai yang ada di desanya.
Rendra menganggukkan kepalanya serta menatap mata Arania lekat. "Tenanglah, air nya tidak dingin karena suhu airnya sudah ku atur agar tetap hangat."
"Coba celupkan kakimu ke kolam." Titah Rendra pada Arania.
Arania tanpa ragu mencelupkan sedikit ujung kakinya tak terasa dingin hingga air menyentuh sampai ke mata kakinya. "Eh.. ini hangat Mas." Ujarnya takjub dengan wajah yang berbinar memancarkan kecantikan alami dibalik keluguannya.
Rendra lagi-lagi terpana oleh kepolosan istri kecilnya itu. Dalam waktu beberapa saat ia terpaku menatap Arania sampai tak berkedip.
"Jadi... Bagaimana? Mau berenang sekarang?" Tanya Rendra yang kemudian dibalas dengan anggukan kecil Arania.
"Kalau begitu... Bukalah pakaianmu!" Ujar Rendra.
"Apa?" Tanya Arania terkejut, dipikirannya kenapa harus repot membuka baju toh ia juga biasa berenang memakai pakaian lengkap saat berenang di sungai.
Rendra yang tengah mengenakan kaus oblong langsung saja membukanya di hadapan Arania. Mata Arania melotot saat melihat tubuh atletis suaminya yang kekar dan penuh otot telah terpampang dihadapannya. Pandangan gadis itu menjalar ke seluruh tubuh besar berkulit kuning langsat itu hingga kini matanya terpaku pada bagian perut yang seperti roti sobek menurutnya.
Rendra yang melihat Arania yang terpaku memandangi tubuhnya kemudian memiringkan sudut bibirnya. Dengan pikiran nakalnya Rendra mempertontonkan aksinya lagi saat ia mulai membuka celana boxernya hingga menyisakan celana dalamnya saja saat ini.
Arania yang terus melotot dan mulutnya mengaga refleks menelan salivanya yang tetasa nyangkut di tenggorokan. Rendra kembali tersenyum nakal kepada Arania.
"Sekarang giliranmu!" Ujar Rendra yang menyadarkan Arania dari keterpakuannya.
"A-apakah aku harus?" Arania mulai gugup.
"Tentu, kamupun harus telanj ang seperti suamimu. Sini aku bantu." Tanpa menunggu persetujuan Arania, Rendra seketika membuka kancing pakaian panjang yang dikenakan istri kecilnya. Hingga pakaian itu berhasil lolos dari tubuh kecil Arania hingga jatuh ke lantai.
Rendra seketika menelan salivanya saat melihat tubuh mungil nan berisi milik Arania yang kini hanya berbalut bra hitam di dada yang terlihat sintal serta menantang itu.
Rendra lebih mendekati Arania hingga tubuh mereka nyaris menempel. Tangannya membelai lembut wajah hingga ke leher Arania.
"Kamu luar biasa, sayang." Tanpa aba-aba Rendra kembali menyambar bibir tipis nan mungil Arania. Pria itu melahap bibir itu dengan kasar karena gairah yang menggebu yang terus-menerus menuntutnya. Hingga di sela-sela ciuman panas itu Rendra menarik resleting rok panjang yang dikenakan Arania hingga akhirnya rok itupun jatuh ke lantai dengan menyisakan segitiga berwarna senada dengan bra yang digunakan Arania
Rendra melepaskan tautan bibir mereka saat merasa telah kehabisan oksigen. Seraya terengah-engah Rendra menempelkan keningnya dan Arania.
"Kita lanjutkan di dalam air." Ujar Rendra dengan suara yang serak saat menahan gairahnya yang mulai bergejolak.
Pria tampan itu mencium kening Arania sebelum menarik pergelangan tangan mungil itu menuju ke air.
"Ayo.. hati-hati." Rendra terus menggenggam erat tangan Arania saat memasuki kolam renang agar tak terpeleset.
Saat telah berada di kedalaman air sebatas dada, Rendra kembali menyambar Arania hinnga penyatuan mereka yang kedua kalinya terjadi dengan panas di dalam air.
"Kamu benar-benar nikmat, sayang. Mulai sekarang tubuhmu menjadi canduku." Ujar Rendra setelah menyemburkan kembali benihnya ke dalam rahim istri sirinya.
***
Tok.. Tok..
Gladys yang masih tertidur dengan keadaan yang berantakan seketika membuka matanya saat mendengar ketukan pintu. Ia melihat jam dinding kamar penginapan itu yang menunjukkan pukul 9 pagi. Ia dengan mata yang masih mengatup karena masih mengantuk serta dengan rasa malasnya ia terpaksa melangkahkan kakinya ke arah ketukan untuk membukakan pintu.
Ceklekk...
"Selamat pagi? Owhh..." Ujar pria itu terkejut saat tiba-tiba melihat pemandangan yang terpampang di hadapannya, karena gaun malam Gladys yang masih tersingkap hingga bra di dada wanita cantik menyembul keluar. Pria itu memalingkan wajahnya cepat-cepat.
"Maaf-maaf nona, saya tak sengaja." Ujarnya saat memalingkan wajahnya ke samping.
Gladys yang baru menyadari pria di hadapannya itu adalah Arga yang sedang terkejut kala melihat dirinya, reflek ia menundukkan pandangan ke badannya untuk memperhatikan dirinya. Wanita itu seketika merasa terkejut saat melihat keadaannya sendiri. Dengan gerakan refleks pula Gladys menutup pintu itu kembali untuk membenarkan pakaiannya serta mengambil piyama untuk menutupi gaun malamnya yang terlihat seksi. Setelah tubuhnya telah tertutup piyama, barulah pintu itu kembali di buka oleh Gladys.
"Pak Arga. Maaf tadi saya_"
"Saya yang seharusnya minta maaf, nona. Saya datang kesini tak kenal waktu. Saya ingin melihat kondisi nona. Apakah sudah baikan atau belum. Dari tadi saya mencari asisten anda tapi tak juga menemukannya hingga saya memberanikan diri langsung mendatangi nona." Ujar Argani dengan sopan.
"Saya sudah jauh lebih baik, pak. Mungkin nanti sore sudah bisa mulai syuting." Ucap Gladys dengan rona wajah yang memerah karena malu telah kepergok.
"Ah, syukurlah... Kalau begitu lekaslah bergabung dengan kami. Karena saat ini para kru tengah mengadakan sarapan bersama di cafe dekat pantai." Ujar pria yang menggunakan kemeja pantai serta celana chinos pendek serta kepalanya bertopi ala coboy itu.
"Baiklah, pak. Saya akan mandi dan bersiap-siap terlebih dahulu."
Pria dengan satu anak itu tersenyum kemudian meninggalkan penginapan itu dengan langkah yang santai. Gladys kembali menutup pintu kamarnya dan meruntuki dirinya sendiri.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Grutu Gladys seraya berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah ritual mandinya telah selesai wanita cantik itu sedang duduk di depan cermin dan menghias wajahnya dengan makeup. Tidak ada hari tanpa make-up bagiannya. Karena ia ingin lebih terlihat terkesan berani menjalani hidup di balik topeng kaca yang dikenakannya.
Gladys mematut dirinya yang telah cantik pada cermin itu, kemudian ia menambahkan kembali topi anyaman bambu yang terhias bunga-bunga di sekelilingnya.
"Sudah cantik!" Ujarnya bermonolog.
Setelah itu ia memeriksa ponselnya untuk mencari tau apakah suaminya menghubunginya atau tidak. Namun wanita itu merasa aneh, sejak kemarin kenapa suaminya tidak mengirimkan pesan apapun padanya. Ini tak seperti biasanya. Karena suaminya itu akan sering mengiriminya pesan untuk mengungkapkan kerinduan serta kesepiannya.
"Sudahlah, abaikan saja mungkin dia sedang sibuk dengan bisnisnya. Lebih baik aku dulu yang mengirim pesan padanya."
Gladys memotret dirinya dengan gaya yang girly kemudian mengirimkan gambar itu ke ponsel Rendra dengan caption 'Selamat pagi suamiku. Selamat menjalani hari yang penuh tantangan. Semoga harimu menyenangkan.' Tidak lupa pula Gladys menyematkan tanda hati yang bertebaran dimana-mana. Setelah itu wanita cantik itupun berhasil mengirimkannya ke ponsel Rendra.
Gladys menarik nafas beratnya kala pesan itu sudah terkirim. Dengan raut wajah yang sendu ia kembali pada dirinya. "Entah sampai kapan aku harus memainkan sandiwara pernikahan ini." Ujarnya dengan kepiluan.
**
Sedangkan di rumah Rendra, kini ketegangan tengah terjadi. Bik Erna yang sedari pagi akan membangunkan Arania terkejut saat mendapati kamar gadis itu telah kosong.
"Neng Ara?" Panggil bik Erna, "Mungkin gadis itu sudah berada di dapur." Pikirnya lagi.
Bik Ernapun berjalan menuju ke arah dapur. Saat telah berada di dapur ia juga tak menemukan tanda-tanda keberadaan gadis itu.
"Duh! Kemana perginya neng Ara ya? Aku takut nanti dia kena marah Tuan." Ujar Bik Erna dengan nada kecemasan.
Bik Erna menemui pak Udin di halaman yang sedang memangkas tanaman yang telah rimbun.
"Pak Udin..." Panggil bik Erna. Pak Udin yang sedang berkutat dengan pekerjaannyapun menengok ke arah orang yang memanggilnya.
"Ada apa, Bik Erna?" Tanya Pak Udin.
"Pak Udin ada liat neng Ara nggak? Dari tadi pagi bibik cari-cari gak ada di mana-mana."
"Bibik udah cari di mana aja? Di lantai atas udah dicari belum?" Ujar Pak Udin.
Bik Erna seketika menyadari sesuatu kalau dia baru mencarinya di sekitaran saja belum sampai lantai atas. Saat itu juga bik Erna bergegas menuju lantai atas ke lantai 2. Namun tak pula di temuinya di lorong atau di kamar-kamar yang berada di sana.
"Duh.. kemana neng Ara?" Ujar bik Erna dengan cemas. Wanita paruh baya itu mulai menaiki anak tangga menuju ke lantai 3. Ia menuju ke tempat gym, perpustakaan pribadi milik Tuannya hingga sampai ke kolam renang.
"Apa neng Ara tersesat? Dia kan belum tau menau seluk beluk rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali cemas dan memutuskan akan kembali lagi ke lantai bawah menngunakan lift.
Saat sedang melangkah, ia baru mengingat ada satu ruangan yang belum ia periksa. Akhirnya bik Ernapun berbalik badan, kembali lagi untuk mencari ke ruangan favorit sang majikan untuk beristirahat.
Perlahan bik Erna hampir sampai di tempat itu. Namun ia terdengar suara sesuatu.
Dug... Dug...
Bik Erna bergegas membuka ruangan itu.
Ceklekk ...
Bik Erna terkejut bukan main saat mendapati sesuatu yang berada di dalam ruangan itu.
***
Terimakasih /Pray//Pray//Pray/