"Hey, Dad !!"
Tidak ada angin maupun hujan tiba-tiba Kaizar di panggil ayah oleh dua bocah kembar yang kebetulan ia temui di sebuah mall.
"Jangan panggil aku Daddy, aku belum menikah." Tolak pria itu dengan tegas.
Namun sejak saat itu hidup Kaizar selalu di ganggu oleh ke dua bocah nakal itu.
Siapa sebenarnya mereka dan ada hubungan apa mereka dengan Elle sekretaris sekaligus partner ranjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~08
Pagi itu Elle nampak menemani sang putra yang mulai melakukan kemoterapi pertamanya, mereka anak-anak yang kuat dan itu membuatnya terharu.
"Mommy, apa nanti rambutku akan botak ?" Tanya Justin yang terlihat berbaring di atas ranjang dengan pakaian rumah sakit membungkus tubuh mungilnya.
"Siapa yang mengatakan itu, sayang ?" Elle nampak mengernyit, sebelumnya ia belum mengatakan efek dari perawatan yang mereka lakukan saat ini.
"Aku lihat di televisi, mommy." Timpal sang putra menanggapi.
"Tidak semua berita yang ada di televisi itu benar sayang, jadi jangan terlalu mempercayainya ya." Nasihat wanita itu, ia berharap putranya tak hilang semangat nantinya karena pasti rambutnya perlahan akan rontok akibat obat yang ia konsumsi.
"Baiklah, walaupun nanti botak aku yakin kadar ketampananku takkan berkurang." Timpal Justin lagi dengan kepongahannya dan itu membuat sang ibu langsung terkekeh, putranya tersebut memang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi.
Lalu pandangan wanita itu beralih ke ranjang sebelahnya di mana putra satunya sedang terbaring di sana. "Sayang, kamu merasa lebih baik ?" Tanyanya saat melihat Austin hanya memperhatikan saudara kembarnya berbicara, sesekali ikut terkekeh namun enggan menimpali.
"Sedikit mual, mommy." Ucapnya, wajahnya terlihat pucat dan itu membuat Elle langsung mendekatinya.
"Ada mommy di sini, sayang." Elle langsung memeluknya, memberikan semangat agar mereka tegar dalam menjalani ujian hidupnya.
Kini setelah dua hari ijin tak bekerja karena harus menemani putranya di rumah sakit, pagi ini Elle kembali masuk kantor.
"Enak ya karyawan baru tapi bisa ijin terus."
"Diamlah, nanti dia dengar."
"Biarkan saja dia dengar, memang kenyataannya seperti itukan? Dia sudah menggoda tuan Marc agar jatuh ke pelukannya."
"Benar, diakan janda anak 2 pasti butuh pria kaya untuk menghidupinya."
Sepanjang Elle melangkah, ia mendengar berbagai cacian miring yang di tujukan padanya. Meskipun mereka tak menyebutkan namanya, tapi mungkin hanya dirinya satu-satunya karyawan yang lebih banyak ijin.
"Selamat pagi, tuan Marc." Ucap Elle setelah menghadap ke ruangan atasannya tersebut.
Sebelum menjawab tuan Marc nampak menatap sedikit lama wajah wanita itu yang terlihat pucat dengan make up tipisnya.
"Pagi nona, Elle. Bagaimana kabarmu hari ini ?" Ucapnya beberapa saat kemudian.
"Baik, tuan." Elle mengangguk kecil.
"Bagaimana dengan anak-anak, apa sudah lebih baik ?" Imbuh pria itu lagi.
"Mereka sangat bersemangat untuk sembuh tuan Marc dan saya ucapkan terima kasih banyak karena mengizinkan saya untuk libur selama beberapa hari." Terang Elle.
Tuan Marc nampak menghela napasnya sejenak. "Duduklah, ada sesuatu yang mau saya bicarakan !!" Perintahnya kemudian.
Elle langsung mengangguk dan segera menarik kursi di depan meja kerja pria itu.
"Nona Elle, saya sangat senang memiliki asisten sepertimu. Selain kinerjamu yang cekatan kamu juga seorang pemikir yang handal." Ucap pria itu kemudian.
"Terima kasih, tuan Marc." Elle nampak tersanjung mendapatkan pujian.
"Tapi itu semua tidak cukup karena seorang asisten harus setiap saat siap jika di butuhkan." Imbuh tuan Marc.
"Maafkan saya, tuan." Entah kenapa tiba-tiba Elle memiliki firasat yang kurang baik.
"Jadi, aku mohon maaf jika kita tak bisa bekerja sama lagi nona Elle dan ku harap kamu bisa mengerti itu." Ucap pria itu dengan keputusasaannya.
Elle nampak terdiam, ia benar-benar di pecat dan memang salahnya karena terlalu sering ijin.
"Ambillah, anggap saja ini kompensasi selama nona Elle mengabdi di sini !!" Tuan Marc mengulurkan selembar cek bernilai 50 juta.
"Maaf tuan Marc, saya belum ada satu bulan bekerja di sini dan rasanya tak pantas menerima sebanyak itu." Elle langsung menolaknya.
"Ambillah, itu adalah hasil kerja kerasmu karena telah membantu saya dalam menangani beberapa proyek." Tuan Marc sedikit memaksa.
Akhirnya Elle terpaksa mengambilnya, karena memang sedang membutuhkan uang saat ini. "Kalau begitu saya mengucapkan terima kasih banyak tuan Mark dan maaf karena belum bisa bekerja dengan baik." Ucapnya.
Setelah berbincang sejenak, Elle segera meninggalkan ruangan tersebut. Kini ia mengakui jika perkataan-perkataan miring yang ia dengar tadi memang pantas di tujukan padanya yang merasa kurang berkompeten dalam bekerja.
"Maafkan aku, nona Elle." Gumam tuan Marc saat melihat kepergian mantan asistennya tersebut.
Sebenarnya pria itu sangat menyukai kinerja wanita itu, meskipun sering meminta ijin tapi selalu bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan ide-ide di luar nalarnya yang membuatnya selalu kagum.
Namun ia juga sedang menjaga kestabilan perusahaannya dari seseorang yang lumayan berpengaruh dalam proyek-proyeknya.
Kini Elle keluar dari kantor tersebut dengan perasaan kecewa, ia pengangguran saat ini dan ia harus segera mencari pekerjaan lain. Mengingat kedua putranya sedang menjalani pengobatan dan memerlukan biaya besar.
Hari pun masih pagi dan ia tak mungkin kembali ke rumahnya karena anak-anaknya pasti akan banyak tanya dan ia tak mau mereka bersedih jika mengetahui ibunya baru saja di pecat.
Saat mobilnya berhenti di sebuah traffic light pandangannya tak sengaja ke arah papan iklan di mana sedang di butuhkan seorang bartender di sebuah cafe.
Apa ia melamar pekerjaan di sana saja? Karena ia pun memiliki sedikit pengalaman di bidang itu saat masih tinggal di Jerman.
Meskipun bukan pegawai kantoran lagi paling tidak ia bisa menghasilkan uang saat ini, tak ingin menyia-nyiakan waktu Elle segera mendatangi cafe tersebut.
Saat baru masuk ia melihat beberapa pengunjung warga negara asing di sana dan ia segera menemui manager restoran tersebut.
"Silakan duduk, nona." Seorang pria dengan pakaian jas rapi segera mempersilakan ia duduk di salah satu meja restoran.
Meskipun masih pagi sudah ramai pengunjung di sana dan kebanyakan warga ekspatriat yang tinggal dan bekerja di Indonesia.
"Apa kamu memiliki sertifikat bartender, nona ?" Tanya pria itu setelah mengetahui maksud dan tujuan wanita itu.
Elle menggeleng, namun saat kuliah dulu ia pernah bekerja part time sebagai seorang bartender.
"Tapi kami tidak bisa menerima karyawan tanpa pengalaman tertulis." Tolak pria itu lantas segera meninggalkan Elle di mejanya.
Rupanya terlalu sulit untuk mencari pekerjaan, bahkan pekerjaan tanpa mengandalkan otak sekalipun. Kini Elle tak langsung meninggalkan tempat tersebut, namun wanita itu justru memesan segelas anggur pada pelayan.
Mungkin hari masih pagi dan tidak layak mengkonsumsi minuman berakohol, namun ia benar-benar pusing saat ini.
"Silakan nona." Ucap seorang pelayan seraya meletakkan segelas minuman berwarna pekat di hadapannya.
Tanpa berpikir panjang wanita itu segera mengambilnya dan saat hendak meminumnya tiba-tiba seseorang merebut gelas di tangannya hingga membuatnya langsung menoleh.
"Kau ?" Elle langsung memicing saat melihat seorang pria yang enggan ia temui, Kaizar Adiguna.
"Apa hidupmu sefrustrasi ini hingga pagi-pagi sudah ingin terbang ke langit ?" Cibir Kaizar dan tanpa menunggu persetujuan wanita itu, pria tersebut sudah duduk di hadapannya.
kapan Elle akan bahagia dan hidup tenang bersama buah hatinya...